2

459 85 9
                                    

"Sou.."

Ushijima berjalan kembali ke arah net. Baginya, bermain voli sudah seperti bernafas. Begitu mudah dan butuh. Tenaga ekstra besar yang dimilikinya perlu dituangkan.

Kageyama melemparkan umpan tinggi. Umpan sama seperti yang pertamakali ia berikan untuk Hinata saat melawan Nekoma.

Pengalaman pertama memang selalu membekas. Hinata adalah banyak 'pertama kali' dalam hidup Kageyama.

Saat bola masih mengudara, pikiran lelaki raven itu menjangkau kemana-mana.

BLAMMMM!!!

Seketika netranya membesar sebelum akhirnya melirik pada sang pemukul.

Kenapa Kageyama shock? Ushijima memang sudah sepantasnya sehebat dan sekuat itukan?

Tiga tahun menjadi pengumpan bagi anak Karasuno lain. Tidak ada yang seperti Hinata atau dirinya. Monster. Kalau orang biasa menyebut. Kini Kageyama meraskaannya lagi. Mengumpan bola pada seorang monster.

Si raven masih melebarkan netra pada Ushijima dan seolah bisa membaca isi pikirannya, bibir Ushijima merengut ke bawah.

"Jangan samakan aku dengan Hinata. Aku tidak akan melakukannya."

"Kenapa?"

"Serangan cepat, minus tempo kalian itu, bukan sepatu yang pas untukku."

Kageyama mendengus lalu melengos ke samping. Tentu saja, tempo cepat itu bukan ukuran bagi semua orang.

"Lalu?"

"Umpan tinggi. Aku lebih menyukainya."

"Tapi kau belum pernah mencoba serangan cepat, darimana kau tau kalau kau tidak akan suka?"

Dagu Ushijima sedikit terangkat. Masih dengan muka mengintimidasi dan kaku miliknya, pria itu mendekat. "Aku tidak suka berada di posisi yang aku tidak mengerti atau tidak tahu harus berbuat apa. Kau.." Telunjuknya mengacung ke arah Kageyama. "—dengarkan saja perkataanku."

Yang lebih pendek mengerutkan kening. Kalau saja di depannya itu bukan orang yang umurnya lebih tua, sudah dipastikan Kageyama akan bertindak kurang ajar.

Kageyama selalu menghargai orang yang lebih tua, terlebih mereka yang kuat dan berkemampuan spesial dalam voli. Tentu Kageyama menghormati Ushijima.

"Yeah.." ia memutar bola matanya dan menatap malas ke arah lain.

Tapi.. tetap saja seorang pemuda bisa mengalami masa puber dan lonjakan emosional di luar kebiasaanya. Seperti sekarang.

Kageyama menyilangkan tangan di dada.

"Yeah??" Ushijima makin merengut melihat pada Kageyama.

Ushijima menyadari iritasi dari nada suara dan bagaimana cara Kageyama menatapnya. Pria itu menbaca semuanya. "Aku bukan makhluk oranye itu yang akan menurut pada lemparanmu. Kau ingin jadi raja lapangan lagi?"

Kageyama mengepalkan tangan.

"Kampus punya setter yang lumayan. Meskipun tidak seterkenal dirimu. Asal dia patuh dan melempar umpan tinggi seperti yang kumau. Dia akan lebih berguna dari pada kau."

'Apa-apaan orang ini?!' Kageyama makin mengerut. Ushijima lebih menyebalkan dari saat pertama kali bertemu dengannya.

"Kurasa latihannya sampai di sini."

Ushijima berjalan enteng ke luar gymansium.

"Aku seorang setter! Aku membuka jalan untuk spiker mencetak angka. Akan kulakukan apapun menurut perhitunganku untuk menang." Suara Kageyama kedengaran nyaring di gymanisium yan sepi.

Ushijima meninggalkan Kageyama yang masih berdiri sambil mengeratkan tangan. Selanjutnya, dengan bibir mengerucut Kageyama berbalik badan dan memunguti satu-persatu bola voli. Memasukkan semuanya lagi ke keranjang.

Ushijima yang berdiri di luar pintu diam-diam masih melihat pada Kageyama.

















.
.
.

Setelah selesai dengan aktivitas servis dan memungut bola, Kageyama kembali ke dorm. Ia membuka pintu dan mendapati dua ranjang kosong. Ushijima tidak di kamar??

Si bluberi masih dengan ekspresi mengerucutnya pun masuk. Seketika kedua alisnya terangkat. Ia melihat sekotak susu di atas meja belajarnya. Meski tanpa surat atau apapun, Kageyama tahu kalau ini pemberian Ushijima.

Masih dengan kerucut yang sama, si biru duduk. Ekspresinya pun perlahan melembut. Kageyama meletakkan kepalanya ke atas meja sambil mengetuk-ngetuk kotak susu pemberian di meja.

"Kenapa dia memberi ini?"

Usai menegakkan duduk, bibir Kageyama kembali mengerucut. Ia meminum sekotak susu itu lalu cepat-cepat mandi.

.

Cklak

Ushijima yang baru pulang dari jogging sore. Ia melihat ke atas meja belajarnya dan terdapat sebuah onigiri tuna.

Kageyama membalas perbuatannya?

Pria itu meraih satu onigiri itu dan hanya memperhatikannya. Sampai suara shower air berhenti dan pintu kamar mandi terbuka.

Aroma segar dan wangi menyeruak saat Kageyama keluar dari sana. Rambut ravennya masih basah. Ia berjalan sampai berhenti di depan Ushijima.

Keduanya saling memandang. "Impas?"

Ushijima awalnya tidak paham, namun pada akhirnya mengangguk. Saling memberi sesuatu seperti cara baru bagi mereka untuk bermaaf-maafan.

Ia pun melihat penampilan Kageyama dari ujung rambut sampai kaki.

"Kau memakai kaosku."

Seketika ekspresi Kageyama berubah kaget. Bola matanya membulat dan kedua alisnya terangkat. Cepat-cepat ia menunduk guna melihat bajunya. Memang besarnya kelebihan tapi Kageyama mengira itu karena kaos oversizenya.

"Masa iya?! Aku juga punya kaos besar tau!" Ia mengadahkan kepala dengan bibir mengerucut protes. Seolah tak mau salah ambil baju.

Melihat Kageyama, bibir Ushijima sedikit terbuka sebelum akhirnya melengos ke arah lain. "Benar. Itu bajuku. Kau bisa melihat tulisan di belakangnya."

'The way of spiker'

Setelah melihat tulisan itu di cermin. Bibir Kageyama mengerucut dan telinganya memerah karena rasa malu. "Maaf." Ia membungkuk. "Akan ku—"

"Ie." Ushijima menghentikan Kageyama yang ingin melepas bajunya. "Pakai saja. Aku tidak mau repot mencucinya setelah kau pakai. Tanggung jawab sampai baju itu bersih dan rapi lagi."

"Ha'i, gomenasai Ushijima-san.."

Ah akhirnya keluar juga sisi kucing jinak Kageyama. Yang lebih besar tak merespon apapun. Ia gantian berjalan ke kamar mandi.

Si biru melihat lagi ke cermin. Bisa-bisanya dia salah ambil karena buru-buru.

Million Dollar Baby (Ushikage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang