12

362 65 14
                                    

Tendo terkekeh. "Well, kalau kau sangat penasaran kau bisa tanyakan sendiri padanya." Satu tangan si rambut merah menyanggah dagu. Garis bibirnya terangkat menang. RasanyaTendo puas melihat Kageyama frustasi.

Di seberang, Kageyama mencoba menutupi rasa frustasi dan keingintahuannya yang melonjak. Kening dan alisnya mengerut. Ia memilih melengos ke luar jendela. Pemandangan lalu lintas Tokyo di sore hari. Butiran salju kembali turun

"Apa hanya itu yang ingin Tendo-san katakan?" iris sang blueberi kembali menatap. Jari-jarinya mengetuk meja pelan. Sangat terbaca kalau sekarang dirinya sedang gusar.

Tendo terkekeh lagi seraya memundurkan punggung. Bersandar lebih pada kursi dengan posisi santai. "Yah cuman itu saja sih, aku akan kembali ke Paris dan aku tidak bisa menjumpai Wakatoshi-kun untuk pamitan.. tidak perlu titip salam, aku bisa menelponnya sendiri nanti."

"Baiklah." Kageyama hanya mengangguk.

"Sejujurnya aku tidak suka denganmu. Kau dan teman orenmu itu.. entah kenapa sampai sekarang masih sebal saat mengingatnya. Wakatoshi-kun juga benci pada Hinata..  Aku terkejut dia justru merasakan hal yang sebaliknya terhadapmu." Kali ini nada suara Tendo datar dan serius. Sorot matanya tertuju lurus pada si biru. Seolah menelisik dan mencari jawaban dari rasa penasarannya sendiri.

"Yang sebaliknya??"

Tendo tersenyum miring. "Yah, seperti kataku. Kalau kau begitu penasaran.. tanyakanlah sendiri padanya."

Setelah sedikit lanjut basa-basi mereka berdua berpisah. Kageyama pulang ke asrama sedang Tendo mengambil barangnya di hotel lalu ke bandara.

Mantan middle blocker Shiratorizawa itu memandang luar jendela pesawat dengan senyum. Sebentar lagi ia akan lepas landas dan kembali meninggalkan Jepang. Dalam kursi kelas pertama penerbangan itu, Tendo mengendurkan dasi.

"Well, aku telah melakukan apa yang kubisa dan hanya bisa membantumu sampai sini. Sisanya kuserahkan sendiri padamu, Wakatoshi-kun."

Send.

Pesan telah dikirim. Tendo menurunkan kursinya hingga posisi tidur lalu mulai memejamkan mata.

























.
.
.

Tok tok tok

Tidur Kageyama terusik. Mau tak mau dirinya menyalakan lampu meja dan bangkit berdiri. Bibirnya sedikit kecut. Siapapun itu, dia telah berhasil membuatnya kesal dan ingin mengomel. Apa tidak tahu kalau sekarang sudah lewat dari tengah malam.

Dengan celana pendeknya si raven membukakan pintu. Betapa terkejutnya ia melihat Bokuto dan Kuroo berdiri di depan pintu kamar asramanya. Yang tak kalah mengejutkan lagi, tampak Ushijima teler dan tengah digotong mereka berdua.

"Apa yang terjadi??!" Kerutan di kening Kageyama bertambah. Nada suaranya terburu-buru hampir menyentak. Ia tak pernah melihat Ushijima pulang dalam keadaan mabuk begini. "Kenapa dengan Ushijima-san?"

"Yah siapa yang mengira kalau kadar toleransi alkoholnya sangat lemah." Meski tersenyum, raut penyesalan dan rasa bersalah masih terlihat jelas di wajah Kuroo.

"Kau butuh bantuan membawanya ke dalam?" tanya Bokuto dan dijawab gelengan kepala oleh Kageyama. "Aku bisa. Terima kasih sudah membawanya pulang."

Ushijima masih kuat untuk berdiri dan berjalan, namun memang agak tidak kokoh. Pria besar itu berpindah ke rengkuhan Kageyama.

"Kami benar-benar minta maaf membuatnya sampai begitu. Sungguh tidak disengaja.."

Million Dollar Baby (Ushikage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang