3

425 74 33
                                    

Saat malam datang, dua orang maniak voli itu rebah di kasur masing-masing. Kageyama menengok ke arah Ushijima yang tenang menonton video di ponselnya.

Rasa penasaran membuat Kageyama sedikit mendongak untuk mengintip. Ponsel Ushijima terlihat begitu kecil dalam genggaman tangan.

'Tangannya besar, kukunya di potong rapi..' bibir Kageyama membulat. Ia selalu kagum dengan orang yang memperhatikan tangannya.

"Apa yang kau lihat?" celetuk Ushijima membuat si biru langsung memundurkan kepala dan menggeleng.

"Tidak ada. Ushijima-san nonton apa?"

Ushijima melihat ke arah ponsel sebelum kembali menatap Kageyama. Pria besar itu menyodorkan ponsel. Rupanya Ushijima menonton video kompilasi beruang.

Tentu saja Kegayama hanya terdiam sambil mengerjapkan mata. Ia melirik ke samping ponsel di mana muka Ushiwaka berada.

'mirip..'

"Beruang kutub itu.. tinggalnya di mana?" tanya yang lebih muda tiba-tiba.

"Tentu saja di kutub." jawab Ushijima seraya kembali menarik ponsel dan lanjut menonton.

"Kutub itu di mana?"

Ushijima terdiam sejenak untuk berpikir. Ia menoleh ke arah Kageyama dengan muka datar dan bibir mengerucut ke bawah. "Pokoknya yang banyak salju. Kutub utara."

"Kalau licin dan terpeleset apa akan pindah tempat?"

Ushijima mengangguk. "Iya, pindah ke kutub selatan."

Kageyama hanya berohria pada jawaban Ushijima yang ngasal. Sebenarnya dua orang itu sama-sama tidak tahu. Ushijima hanya ingin terlihat lebih pintar sedikit.

Sesaat Kageyama kembali rebah dan menatap langit-langit kamarnya.

Bip bip bip

"Halo.."

"Moshi moshii Wakatoshi-kun~!! Oit di Jepang sudah malam??"

Mendengar suara nyaring yang pernah ia dengar sebelumnya membuat Kageyama menoleh. Rupanya Ushijima melakukan video panggilan dengan Tendou. Lagi-lagi bibir Kageyama tanpa sadar mengerucut.

Enak sekali masih dihubungi teman lama batinnya.

"Eh?! Yang di belakang itu pacarmu, Miracle boy?? Kenapa tidak memberitahuku. Untung aku telpon malam ini." Tendo mendekatkan matanya ke layar.

Ushijima menggeleng. "Itu Kageyama."

"Kagayamaa?? Kau pacaran dengan setter gagak itu?? Mengerikan. Dia sudah putus dari si jeruk atau apa? Hihihi jangan bilang kau merebutnya Wakatoshi-kun~ nakal sekali."

Kageyama yang mendengar suara nyaring Tendou dan celotehnya mengerutkan kening. Di sisi seberang, Ushijima sedang bingung cara mengecilkan suara. Ia juga mencari-cari earphonenya tapi tidak ketemu-ketemu.

"Bukan. Bukan pacarku. Kecilkan suaramu Tendou, Kageyama mungkin mendengarnya."

"Hohoho!! Heii Setter Karasuno! Apa kau masih ingat aku??! Hihihi sayang sekali padahal sudah mengalahkan kami dulu tapi tetap tidak jadi juara! Heii bagaimana kabar teman orennu itu?!"

Tangan Kageyama mengepal karena terus kena kompor. Alis Ushijima terangkat. "Tendo, jangan."

"Hihihi aku akui kau itu hebat lohh, tapi apa kau tau Wakatoshi-kun masih mengharapkan Oikawa? Jangan cemburu lhoo. Aku cuman memberitahu—"

"Yamero, Tendo!"

"Eh??" Tendo menghentikan celotehnya saat melihat raut serius Ushijima. Well, pria besar itu orang yang stoic dan kaku, sangat jarang melihatnya kesal begitu.

"Kita bicara lagi nanti." Ushijima mematikan panggilan. Ia segera menoleh ke arah Kageyama.

Tampak pemuda raven itu sudah berdiri dari kasurnya dengan tangan mengerat di depan dada. Ushijima hanya terdiam kaku, tak tahu mau mengatakan apa.

"Oikawa-san??" kepala Kageyama miring sedikit. "Jadi itu maksudmu di lapangan. Kau ingin Oikawa-san.."

"Bicaramu ngelantur. Aku hanya bilang kalau aku suka umpan yang tinggi. Tidak peduli siapapun yang melempar. Lagipula tidak menyebut nama Oikawa sama sekali."

Kageyama mendengus. Kedua tangannya menyampir di pinggang. "Aku masih ingat tentang apa yang pernah kau katakan soal Oikawa-san dulu.. Oikawa-san memang keren, tapi sampai kapanpun aku tidak akan bisa jadi dia."

"Dan sampai kapanpun aku juga tidak akan bisa jadi Hinata."

Seketika kepala Kageyama kembali mengarah pada yang lebih tua. Kalimat itu entah mengapa menyentaknya. Kageyama bukan tipikal laki-laki yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, tapi perkataan Ushijima bak sengatan listrik sampai-sampai matanya berkedut sebelah.

Ushijima bangkit dari kasurnya lalu berdiri tepat di depan Kageyama. "Kau mengharapkan aku untuk jadi seperti spiker lamamu, maka aku tidak akan mampu dan tidak mau."

Suara Ushijima kedengaran tenang namun berat. Tubuh besarnya bagaikan tower yang mengungguli Kageyama.

"Spikermu sekarang adalah aku. Biasakan dirimu."















.
.
.

"Biasakan dirimu?.. apa maksudnya. Siapa juga yang menyuruhnya jadi Hinata. Hal itu tidak mungkin karena Ushijima-san tidak bisa mengecil." Kageyama berjalan ke kampus dengan bibir menggerutu.

Beberapa gadis dan pria yang melewatinya menatap dengan kagum. Kageyama itu tampan, tinggi, kulitnya putih, dan netranya biru indah. Siapa saja yang tidak kenal akan dengan mudah jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Wah wah.. apa aku tidak salah lihat??"

"??" Kedua alis si raven terangkat. Kepalanya perlahan mendongak membuat matanya sedikit membesar.

"Miya-san.."

Rambut pirang dari semir rumahan itu, senyum khas, dan juga dialeg bicaranya. Tidak salah lagi.

"Hisashiburi.. Tobio-kun." Atsumu dengan senyum rubahnya berdiri sok tampan sambil menaik turunkan alis. Pria itu mendekat seraya satu tangannya menyampir di pinggang.

"Hisashiburi.." Tobio membungkuk sekilas sebagai bentuk salam.

"Aku tadi dengar sedikit yang kau bicarakan. Jadi siapa hm?"

"Bukan siapa-siapa, Miya-san—"

Grep

"Ara.. jangan ditutupi. Di jidatmu tertulis jelas 'aku sedang kesal'. Ja, siapa yang membuatmu begitu?"

"Hontouni??" Tobio menutup keningnya dengan kedua alis terangkat polos. Atsumu tertawa dan hanya mengangguk.

"Sebenarnya bukan kesal." Si biru menurunkan tangannya perlahan.

Dedaunan kering terlihat gugur saat angit kencang berhembus. Turut menyibak kesua surai pemain voli yang tengah berdiri di trotoar itu.

Kageyama dengan ekspresi datarnya menatap yang lebih tua. "Miya-san masih seorang setter kan??"

'Voli lagi voli lagi.. apa anak ini otaknya hanya voli?" Dari kepala Atsumu mengepul asap sebelum akhirnya kembali normal. "Soudayo.. Doshita?"

"Apa maksudnya membiasakan diri dengan spiker?"

"Souka.." Atsumu tersenyum miring. "Kau bertahun-tahun bermain dengan Shoyo-kun.. Meski tanpa kau sadari, hanya dengan melihat caranya berlari atau bersiap melompat, kau sudah tahu harus mengumpan seperti apa kan? Kau bahkan mungkin berani mencoba four set atau lemparan gila lain untuk pertama kalinya dalam pertandingan.."

Kageyama mengangguk.

"Hal semacam itu disebut dengan chemistry. Aku juga merasakannya saat bermain dengan kembaranku, jadi aku bisa memberitahumu."

Million Dollar Baby (Ushikage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang