9

523 77 56
                                    


"Okay siri, play Million Dollar Baby." Atsumu tersenyum miring.

TAK

Dengan hentakan tegas nan percaya diri, Atsumu memecah susunan formasi billiard di atas meja. Menyerak dengan sempurna. Pemuda itu tersenyum miring selagi memoles ujung stick billiarnya. Bola saling memantul, menyebar ke segala sudut. Satu bola besar masuk ke dalam pocket. Atsumu gagal dipukulan ke dua.

"Giliranku." Osamu membungkukkan tubuhnya tepat di atas meja, sebelah matanya menutup. Ia sangat fokus sebelum akhirnya mendorong billiard cue hingga memasukkan bola kecil.

Si kembar bermain satu lawan satu.

Atsumu dengan senyum tengilnya sedang Osamu dengan wajah datar dan tenang.

TAK

TAK..

Grakkkk

"Ready!" Bokuto baru saja menarik meja panco. Ia tersenyum lebar penuh energi. Kenma yang baru masuk langsung duduk di sofa dan memainkan PSP-nya.

"Tempat apa ini??" Korai mencicit. Ia berjalan di belakang Ushijima dan Tendo. Mereka memasuki basement rumah Akaashi. Ruang penyimpanan barang itu telah disulap seumpama basecamp.

Dindingnya dari batu bata, penuh tempelan poster volly dan juga tema downtown. Terdapat sofa, meja billiard, bahkan vending machine. Seperti telah lama dijadikan tempat nongkrong.

"Apa ini gratis??" Sachiro menunjuk pada mesin minuman. Akaashi mengangguk. "Ya, ambil saja seperlunya."

"Ha'i, arigato!"

Kuroo melepas vest, melinting lengan kemeja putih serta mencopot dasinya. Pria jabrik itu tersenyum miring seraya mengapuri telapak tangannya. "Kalau kalah jangan minta ulang oke?" Ia terkekeh. Tiga kancing atasnya terbuka, menampilkan otot dada yang seksi.

Ushijima mengerutkan kening. "Katakan pada dirimu sendiri." Pria itu melepas jaketnya dan melempar ke sembarang arah. Ia memakai compression shirt hitam, mencetak tubuh besar dan berototnya dengan sangat epik.

Tendo bertepuk tangan girang. "Ayo tunjukkan padanya siapa gentlemen yang sesungguhnya, Wakatoshi-kun!!!"

Dua pria itu mulai meletakkan siku ke atas bantalan meja sesuai aturan. Telapak tangan saling mencengkram dengan serius dan tegang.

"Bukankah sudah jelas Ushiwaka yang akan menang??" Sebelah alis Korai terangkat. Akaashi di sebelahnya tersenyum. "Kuroo mengalahkan Ushijima terakhir kali."

"Haa??! Serius???" Si rambut perak melotot. "Bagaimana bisa?"

"Dengan tangan kanan." Mantan setter Fukurodani itu membetulkan bingkai kacamatanya. Semuanya mejadi masuk akal. Ushijima adalah atlet voli, bukan panco. Ia terbiasa melatih tangan yang dominan saja dan memusatkan semua tenaga pada tangan kiri, sehingga tangan kanan menjadi lebih lemah.

"Curang." bibir Korai mengerut. Bokuto terkekeh. "Yak setidaknya kita punya satu cara untuk mengalahkannya. Walau tidak di voli sih."

"Alright alright.. kau siap Wakatoshi-kun??!" Tendo menoleh ke arah sahabatnya. Ushijima mengangguk. Otot bicepnya mengencang, begitu besar mengetat pada lingkar baju kompresi

"Dan kau siap neko neko?" Wajah Tendo berganti datar dan matanya sedikit menyipit saat bicara pada Kuroo. Pria jabrik itu menyeringai. "Yosha!" Tangannya juga mengencang.

Mereka berdua terlihat begitu serius, urat-urat tangan sampai menonjol.

"1..2..3.. go!"

"Rggggh!!!!"

Seperti yang dikatakan Akaashi, mereka panco menggunakan tangan kanan. Tangan pasif Wakatoshi. Namun meski begitu powernya masih sangat besar. Wajah Kuroo memerah seraya terus mendorong agar punggung tangan Ushiwaka jatuh dan kalah. Ushijima juga melawan, ia menahan tangannya sekuat tenaga.

Million Dollar Baby (Ushikage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang