5. Bertukar nomor.

208 23 1
                                    

Halooo selamatt harii kamiss untuk kamu yang maniss haha!!
...
..
.

*****

Helena kini sudah berada di atas venom. Ia menunggangi venom dengan sangat perlahan sesekali mengelus nyaa. Saat Helena tengah berjalan santai dengan venom, dirinya dikejutkan oleh muncul nya rajif bersama mojo.

"YOOOO MBA HELENAAA!!." Teriak Rajif.

"Astaga tuhan. Mas rajif bikin kaget aja, Menyalaa mas Rajif." sahut helena yang tertawa.

Di sisi lain, Terdapat sepasang mata yang menatap helena dengan tajam. Pria berbadan gagah dan juga tampan. Mengenakan kemeja berwarna beige dan celana bahan berwarna coklat tidak lupa dengan topi yang melindungi kepalanya dari paparan matahari.

"cantik.." gumam nya.

"Hah??! apa bang? lo bilang apa tadi?." Ucap Herlino yang berada di samping nya.

"Tidak. Saya tidak bilang apa apa, Kamu salah dengar kali." telak nya.

"Kuping gue sehat bang, baru semalem gue bersihin. Tadi lo bilang apa cobaa ulang." cecar lino.

"Tidak ada. Sudah fokus lihat kedepan, atau kamu mau saya suruh untuk bersihin kandang nya janu?." ujar teddy mengalihkan pandangan nya.

Helena kini tengah beristirahat di gazebo milik pak Prananda. Dirinya di temani oleh Lino dan juga Rajif, dirinya sudah berganti pakaian juga. Lino dan Rajif memiliki humor yang sama menurut helena, keduanya sama sama jahil dan juga memiliki banyak lelucon lucu.

"Neng, Kalo di deketin sama cowo lain bilang ya nanti saya pukul cowonya, apalagi kalo cowonya spek anak abah." Ucap Lino.

"Yang ada lo yang di pukulin no sama pak Baskara. Kan yang spek anak abah tu lo." Sahut Rajif.

plakk.

"Anjj, sakit fak. Kurang ajar lo fraya." gerutu rajif.

"Lo duluan ya jip." ucap lino yang tidak terima.

"Hahaha, udah udah. mas rajif sama mas lino ini ada ada saja, Aku mau nanya boleh?." ucap helena.

"Eeh, iyaa sok atuh mau nanya apa neng geulis." sahut lino dengan gembira.

"anu, pak teddy orang nya memang kaku atau bagaimana ya??." tanga helena dengan ragu.

Rajif sontak menoleh dan melihat pada Lino.

"aaa..., bang teddy ya. bang teddy emang gitu neng, Jangan di bawa ke hati ya." jawab lino.

"Ooh gitu yaa, Okeee deh. Mas Lino sama Mas Rajif kapan kapan datang ke rumah aku yang ada di Tenjolaya, kita bbq di sana atau sekedar berkunjung juga gapapa." tutur helena dengan senyum nya yang merekah.

"Wah neng el punya rumah sendiri ternyata. Tenjolaya tuh masih di bogor juga ya?, Kapan kapan deh gue main ke sana." respon lino.

"Betul betul, nanti saya sama lino main kesana. Nanti kita ajakin yang lainnya juga haha." sahut rajif

"Sip deh, nantii jangan lupa berkabar ya mas mas." ucap helena dengan gembira.

Saat tengah berbincang ringan, Lino dan Rajif mendapatkan panggilan dari bapak. Mau tidak mau mereka meninggalkan helena di sana.

"neng, mamas lino tinggal dulu ya sebentar ada panggilan dadakan ini soalnya. nanti balik lagi kok, jangan rindu yakk." ucap lino yang kini menarik rajif pergi dari sana.

Helena hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya karena melihat tingkah laku salah satu staff menhan itu, "Ada ada saja mas lino itu, unik orang nya." gumam nya.

Helena yang bosan karena sendirian akhirnya memutuskan untuk membuka telepon genggam miliknya, Hingga ia tak sadar. Bahwa, di depan nya berdiri sesosok pria dengan wangi maskulin, gagah, dan juga rambutnya yang selalu saja seperti orang baru mandi.

"Ekhem... permisi mba helena." ucap nya.

"Ah ya?.." sahut helena lalu mendongakkan kepalanya.

"Eeh pak teddy, Silahkan duduk pak." lanjut helena mempersilahkan teddy untuk duduk di samping nya.

Teddy yang di tawari pun segera duduk di samping helena dan menatap lurus ke arah kolam ikan yang berada di sana.

"ada apa pak teddy nyamperin saya ke sini?." tanya Helena yang memulai pembicaraan.

"Tidak ada apa apa. Saya hanya ingin berbincang saja mumpung saya free." jawab teddy menatap helena.

"ah begitu ya. Pak Teddy sudah lama bekerja dengan pak menhan?." ujar helena.

"Belum terlalu lama, sekitar 4 tahun saya bekerja dengan bapak." jawab teddy.

"4 tahun? itu udah lumayan lama pak, Sebelum nya bapak berarti bekerja di batalyon? atau bagaimana?." cecar helena.

"Haha, satu persatu mba helena. Saya dulu bekerja dengan presiden RI bapak wiko, Lalu saya di pindah tugaskan menjadi ajudan pak Prananda. Kurang lebih seperti itu." jawab teddy.

"Bagaimana dengan mba helena? menjadi seorang pengusaha bukan lah hal yang mudah kan? kenapa tidak mengikuti jejak Mayjen Baskara?." sambung teddy.

"Tentu saja pengusaha itu bukan hal yang mudah, terkadang kita harus bisa mengerti klien kita sendiri. Tapi ada hal yang menyenangkan nya juga. bukan nya saya tidak ingin mengikuti jejak papah, Tetapi saya hanya ingin mewujudkan cita cita saya. Papah juga tidak melarang saya, selagi hal itu positif papah dukung." jawab helena dengan panjang lebar.

"Ohh begitu, Panggil saya dengan sebutan mas saja. Seperti nya kita hampir seusia, Kalau pak kesannya saya sudah sangat tua haha." ucap teddy.

Helena tertawa pelan, "Haha, baik mas teddy. Panggil saya helena saja ya." sahut helena.

'Tentu saja, Boleh saya minta nomor kamu el?, siapa tau nanti ada perlu atau apa mungkin." pinta teddy dengan hati hati.

"Boleh kok. Kabari saya kalau ada yang perlu di bahas ya mas." ucap helena, Dirinya lalu memberikan nomor pribadi miliknya pada teddy.

"Nah sudah, Jangan sungkan untuk chat saya mas haha. Saya masuk dulu ya, papah udah ngabarin kalau ingin pamitan."

"Mari saya temani, Dan untuk nomor nya terimakasih el." ucap teddy.

"Sama sama mas mayor. Kalau begitu mari."



















.


.
.






.

Major be my lover.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang