Berita Duka yang Tidak Menyedihkan

88K 3.1K 22
                                    

"Ada apa bu? Aku baru selesai mengajar." Tanya Kinanti setelah keluar kelas.

Sebelumnya, ia sudah mengabaikan lima panggilan dari sang ibu, Martina.

"Gawat..."

Ucapan singkat Martina membuat kening Kinanti mengernyit.

"Apanya yang gawat?"

"Rama meninggal,"

"Apa??"

"Anaknya Bu Hajah Imah yang ibu jodohkan ke kamu meninggal tadi jam satu siang. Kabarnya serangan jantung."

Kinanti terdiam, bingung mau memberi respon apa. Ia tidak sedih, hanya cukup terkejut.

Rama Andri Winata adalah pria 37 tahun yang beberapa bulan lalu melakukan pertemuan dengan keluarga Kinanti.

Orang tua Rama merupakan sahabat karib Martina. Sehingga kedua keluarga yang sama-sama menekuni bisnis batik itu sepakat melakukan perjodohan.

"Kinanti..."

"Ah, iya bu??" Lamunan Kinanti buyar.

"Malam ini kamu bisa pulang ke Jogja? Kita harus takziah ke sana."

Perempuan itu diam sejenak seraya berpikir.

"Aku cari tiket dulu ya bu, nanti kalau dapat aku langsung pulang."

.....

Kinanti menghembuskan napas lega setelah tiba di Bandara YIA. Ia baru bisa bertandang ke kota kelahiran yakni DIY pagi hari.

Tidak ada penerbangan dari Jakarta ke Jogja tadi malam. Sehingga terpaksa, pagi-pagi sekali menempuh perjalanan panjang demi melayat mantan calon suami.

"Kinanti!!" Perempuan dengan setelan serba hitam itu sontak menoleh ke arah parkiran mobil.

Di sana sudah ada sang ibu yang mengenakan setelan serupa melambaikan tangan ke arahnya.

"Biar saya yang bantu bawa tasnya mba," Ujar seorang pria bernama pak Usman yang tak lain adalah sopir pribadi Martina.

"Makasih pak," kemudian keduanya berjalan beriringan menuju mobil.

"Kita langsung ke rumah duka, bu?"

"Iya, ibu sudah tidak enak, kebetulan pemakaman dilangsungkan semalam."

Mendengar fakta itu, Kinanti kembali menghembuskan napas. Kali ini terasa sesak dan berat.

Meski sebenarnya tidak terlalu sedih, ia juga sedikit kecewa karena tidak bisa melihat jasad Rama untuk yang terakhir kali.

Karena biar bagaimanapun, keduanya sempat merancang masa depan bersama.

.....

"Jeng Imah, pak Suwandi, saya turut berduka cita atas meninggalnya Rama. Maaf baru bisa datang." Ujar Martina dengan raut penuh kesedihan.

Kedua orang tua Rama beserta keluarga besar bangkit dari duduknya kemudian menyambut Martina.

Imah, ibu Rama berdiri gemetar memeluk sang sahabat lalu menangis tersedu.

"Putraku sudah tiada, Mar..."

"Padahal kemarin pagi masih beraktivitas seperti biasa. Aku tidak percaya ini terjadi."

Miss Kinanti Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang