Dewangga berjalan memasuki rumahnya dengan langkah pelan. Tubuhnya begitu lelah pasca melalui hari yang cukup berat.
Laki-laki dengan setelan kaos putih dan celana jeans hitam tersebut berhenti sejenak di ambang pintu utama.
Ia mengernyit heran ketika mendapati lampu dapur masih terang benderang. Padahal ini sudah pukul sebelas malam.
Guna menjawab rasa penasarannya, Dewangga sontak melangkah ke dapur hingga mendapati sang istri sibuk berkutat di depan kitchen set.
"Loh, kamu belum tidur?" Mendengar pertanyaan sang suami, Kinanti sebatas menoleh kemudian melengos lagi.
Wajah perempuan itu terlihat masam sambil berjalan ke meja makan membawa segelas susu coklat.
"Katanya kamu pulang jam delapan? Mampir di mana bisa sampai rumah jam segini?" Tanyanya sarkastis.
Melihat raut perempuan di depannya yang begitu menyelidik, sontak membuat Dewangga tersenyum kecil.
Ia kemudian menarik kursi dan memposisikannya tepat di samping sang istri.
"Tadi aku memang keluar dari ruko jam sembilan. Tapi kejebak macet sama antri panjang di pom bensin."
"Karena badan aku sudah sangat kotor, jadi terpaksa mampir ke rumah mama dulu buat mandi supaya lebih dekat."
"Sekalian ambil ini," laki-laki itu mengangkat 3 kantong plastik berukuran sedang.
Belum menjelaskan apa saja isinya, Kinanti sudah kembali melayangkan protes.
"Aku dari jam setengah tujuh malam telepon kamu, kirim pesan berkali-kali tapi enggak ada respon!"
"Kamu enggak usah pakai alasan macet! Ngaku aja kamu having fun kan? Atau jangan-jangan cuci mata di luaran sana sambil lihat cewek-cewek cantik!"
"Apa karena sudah bosan di rumah pemandangannya cuma ada aku yang bengkak gini!" Perempuan itu tampak meluapkan emosi sekaligus kekhawatiran yang sejak tadi ditahan.
"Ya Allah, sayang, enggak sumpah..." Belum selesai laki-laki itu bicara, Kinanti lagi-lagi memotong.
"Aku tahu operasional bengkel sama toko kamu sudah tutup dari jam tujuh tadi!"
"Ini enggak sekali dua kali kamu pulang telat. Kemarin-kemarin aku masih diam saja karena kamu rutin kirim pesan."
"Tapi hari ini kamu beneran bikin aku kesal." Selesai bicara, ia kemudian meletakkan gelas kosongnya di atas meja dengan kasar.
Hal tersebut membuat Dewangga menghela napas berat. Tak ingin situasi semakin kacau, ia kemudian meraih tangan sang istri.
Meski berusaha Kinanti tampik, tetapi laki-laki itu berhasil menggenggamnya lagi dengan cukup erat.
"Maaf ya bikin kamu khawatir sampai kesal begini. Tapi semua yang kamu tuduhkan itu sama sekali nggak benar."
"Toh aku nggak pernah punya niatan having fun dengan perempuan lain di luar sana," seperti mendengar rayuan, Kinanti hanya memutar bola matanya malas.
"Sebenarnya tadi ada insiden di bengkel yang harus aku bereskan dulu," Dewangga memulai penjelasannya dengan nada lirih.
"Maksud kamu?"
"Ada pelanggan yang datang mau service motor pas kita sudah hampir tutup."
"Karena waktunya mepet, akhirnya ditolak. Tapi ternyata niat dia sebenarnya bukan untuk itu. Melainkan menjarah toko onderdil."
Cabang bengkel baru milik Dewangga memang lebih besar daripada yang ada di rumah.
Bahkan, terdapat toko onderdil yang bekerja sama dengan pabrik sparepart terbesar di Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Kinanti Jadi Istri
ChickLitDi tengah rasa gundahnya menginjak usia 35 tahun masih berstatus jomblo, Kinanti lagi-lagi harus menelan kenyataan pahit. Bagaimana tidak, pria yang akan dijodohkan dengannya meninggal akibat serangan jantung. Meski sedang berselimut duka, sang ib...