Saudara Adalah Maut

31.7K 1.9K 29
                                    

Kinanti duduk bersandar di samping tiang joglo setelah selesai menyiram tanaman.

Selama satu setengah bulan ini, ia cukup rajin mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan-ringan.

Salah satu tujuannya adalah menghilangkan kebosanan. Selain itu, ia juga berusaha memastikan kondisi tubuhnya supaya terbiasa bergerak.

Pasca melahirkan, Kinanti memang mengalami perubahan tubuh yang cukup signifikan. Mulai dari perut yang sedikit membuncit serta payudaranya yang masih membengkak.

Padahal ia cukup rajin memompa bagian dadanya untuk membuang sisa produksi ASI.

Karena itu, Kinanti senantiasa berusaha mengembalikan bentuk tubuhnya seperti semula dengan latihan fisik.

Dan tentu saja, aktivitas semacam ini penting untuk mengalihkan rasa galau Kinanti karena tak juga mendengar kabar tentang Dewangga.

Laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu tak sedikit pun mengirim pesan.

Apakah sebegitu marahnya sampai tidak mau berbicara lagi? Setidaknya memperjelas hubungan supaya tidak menggantung seperti sekarang.

Sementara Martina tidak lagi membahas Dewangga di hadapan Kinanti pasca curhat masalah perceraian.

Sial,

Ternyata Kinanti benci berada di situasi semacam ini.

Setelah memulihkan tenaga, perempuan dengan atasan singlet itu segera masuk rumah untuk membersihkan diri.

"Sudah menyiram bunganya?" Tanya Martina yang sedang sibuk merias diri. Sepertinya, wanita itu akan bepergian.

"Memangnya ibu mau nyuruh Kinanti apa lagi?" Tanyanya seolah memahami makna tersirat dari pertanyaan sang ibu.

"Kamu mandi dulu, setelah ini tolong antar ibu ke rumah Bude Sari, ada arisan keluarga."

Kinanti langsung berdecak,

"Aku malas bu ke sana. Lagian baru aja selesai membereskan pekerjaan rumah. Setidaknya biarian aku istirahat."

"Heh, kamu itu dari tadi siang sudah tidur seharian. Nyiram bunga juga baru saja. Pakai selang tinggal disiram gitu, gampang tidak berbeban. Jadi apanya capek?"

"Tapi bu, aku beneran malas ke sana."

"Wajib! Sudah setahunan juga kamu tidak bertemu dengan keluarga. Cepat sana mandi!"

Ah, mau tidak mau Kinanti menurut. Perempuan itu juga tidak mungkin membantah sang ibu dengan brutal.

Bisa-bisa dia diusir dari Jogja dan bingung harus pergi kemana. Masa iya ke rumah Dewangga?

Ah, dasar tidak tahu malu..

.....

Kinanti kembali menilik seluruh penampilannya di depan cermin. Ia memastikan tubuhnya tertutup rapi dengan setelan kebesaran namun tetap tampak modis itu.

Bentuk tubuhnya pasca melahirkan yang cukup berbeda tentu membuatnya tidak percaya diri.

Sehingga mantan dosen itu berusaha mengakalinya menggunakan baju-baju berukuran besar.

"Nanti ibu jangan sedikitpun bahas mengenai pernikahanku ya," seru Kinanti sambil berjalan ke arah mobil Honda Brio matic peninggalan sang ayah.

"Iya, tidak usah kamu bilangin ibu juga sudah tahu,"

Keduanya kemudian menyusuri perjalanan ke rumah Bude Sari yang kebetulan hanya berbeda kelurahan.

Miss Kinanti Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang