Nambah Beban Baru

35.5K 2.3K 24
                                    

Kinanti dan Dewangga segera pulang setelah menikmati bakso di depan kampus mereka.

Mobil bercat putih itu berjalan pelan masuk ke gerbang rumah.

Mood Kinanti kembali membaik pasca sempat uring-uringan akibat kemacetan panjang.

Bagaimana tidak, perempuan itu sudah tak sabar ingin buang air kecil.

Sebelumnya, Dewangga menawarinya untuk mampir pom bensin. Namun tentu sang istri langsung menolak.

Alasannya karena Kinanti tidak terbiasa serta kurang nyaman pipis di tempat umum dengan lalu lalang orang banyak.

Baru saja tangannya menekan handle pintu mobil, tangan kekar Dewangga menahannya.

"Jangan turun dulu," ucapnya sedikit berbisik.

"Kenapa? Kamu enggak usah aneh-aneh aku keburu mau pipis!" Protes perempuan itu sambil berusaha melepas cekalan sang suami.

"Ada pak motor pak Haidar di bengkel, jangan-jangan dia di sini."

Mendengar penjelasan Dewangga, Kinanti sontak menoleh ke arah belakang mobil.

Benar saja, pria 39 tahun yang beberapa hari lalu ia hindari datang kembali.

"Loh, memangnya kamu ada bimbingan privat?" Mendengar pertanyaan sang istri Dewangga sontak menggeleng.

"Ck, terus mau ngapain lagi sih!" Rutuk perempuan itu merasa kesal.

"Biar aku yang keluar dulu. Nanti aku ajak pak Haidar duduk di depan bengkel. Baru setelah itu kamu bisa masuk." Titah Dewangga sembari melepas sabuk pengaman.

"Jangan lama-lama, aku beneran udah enggak tahan."

"Iya,"

Dewangga benar-benar turun menghampiri pria yang kini menjadi dosen pendampingnya.

"Dewangga saya nunggu kamu dari tadi,akhirnya datang juga." seru Haidar sembari berdiri dari kursi.

"Ah, memangnya ada apa pak? Motor bapak rusak lagi?"

"Oh buka, saya cuma mau ngobrol bentar," Firasat Dewangga sudah tidak baik. 

"Oh, di depan bengkel aja gimana, biar sekalian saya ambilkan minum di showcase." Ujarnya kemudian supaya sang istri bisa segera masuk rumah.

"Boleh, dimana saja,"

"Jadi, ada apa pak? Kemarin laporannya masih belum pas atau bagaimana?" Tanya laki-laki itu setelah keduanya sudah duduk nyaman di kursi.

Sementara para karyawan Dewangga masih sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

"Bukan soal itu De, begini, tadi siang sebelum ke sini saya lihat kamu di depan kampus.

"Kalau tidak salah pakai mobil yang masuk ke garasi tadi. Itu bukannya mobil Kinanti ya?" Dewangga terdiam mencoba mencari jawaban.

"Oh, iya pak, kebetulan servicenya belum selesai. Karena suatu hal, saya terpaksa meminjam mobilnya untuk ambil barang di kampus sekalian uji coba."

Dewangga sendiri juga tidak begitu yakin dengan jawabannya. Apalagi orang berpendidikan seperti Haidar. Tentu terdengar kurang masuk akal.

"Oh begitu ya,"

"Memangnya kenapa pak? Ada yang salah dengan mobil Miss Kinanti?"

"Enggak, saya cuma bingung dan masih belum percaya kalau dia sudah menikah."

Ah, betul kan firasat gue. Ini pasti tidak akan jauh-jauh tentang Kinanti.

"Pertemuan singkat kemarin masih mengganjal di hati saya. Ingin ngobrol lebih banyak segan, apalagi status dia sudah bersuami." Haidar kembali menenggak teh botolnya dengan raut sedih.

Miss Kinanti Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang