Dewangga meletakkan sebotol air mineral di hadapan Kinanti. Sejak perjalanan hingga berhenti di sebuah taman kota yang sepi, keduanya belum berbincang sepatah katapun.
Laki-laki itu sedikit bernapas lega. Mengingat hampir dua bulan ini, ia tidak mampu melacak jejak sang dosen.
Nomor lama perempuan di depannya itu mendadak tidak bisa dihubungi. Padahal Dewangga ingin sekali berbicara banyak.
Terlebih, pasca kejadian di club, ia tidak pernah hidup tenang.Ini semua gara-gara ketiduran setelah pertempuran panjang dari pukul sebelas malam hingga dua pagi.
Saat siang tiba, Dewangga sudah mendapati dirinya tertidur sendiri di ranjang yang malam itu ia pesan.
Harga dirinya langsung jatuh. Terlebih selama ini, ia yang kerap meninggalkan pasangan-pasangan kencannya saat mereka terlelap.
Ia sontak menatap amplopnya yang sudah berada di atas meja tanpa minat.
Tanda tangan ACC yang tertera di berkasnya mendadak menjadi barang yang tidak berharga.
Ditambah lagi pihak kampus mengatakan jika ada penggantian dosen pembimbing.
Sial!
"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, saya pasti tanggung jawab."
"Kehamilan ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan kamu. Jadi kamu tidak perlu bertanggung jawab." Tegas Kinanti berusaha menutupi fakta sebenarnya.
"Kalau memang itu benar, kenapa Miss Kinanti seperti menghindar? Bahkan, kenapa harus ada rencana aborsi?"
Pertanyaan Dewangga membuat Kinanti terdiam.
"Malam itu saya melakukannya dengan sadar. Sehingga saya tahu betul jika itu menjadi kali pertama untuk Miss Kinanti."
"Brengsek, kenapa kamu melakukannya?? Harusnya jika tidak berada di bawah pengaruh alkohol, kamu bisa lebih berpikir jernih untuk tidak tidur dengan dosen sendiri."
"Maaf, saat itu saya sudah tidak bisa menahan diri." Dewangga tidak bohong, pesona Kinanti malam itu benar-benar membuatnya tidak mampu berpikir waras.
"Semua terjadi begitu saja. Dua kali pelepasan, saya masih bisa membuangnya di luar,"
"Tetapi pada pelepasan ketiga, milik Miss Kinanti menjepit dengan sangat erat. Sehingga cairannya keluar di dalam." Dewangga menjelaskannya secara lancar.
Mendengar itu Kinanti langsung mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak bisakah laki-laki ini berbicara poin pentingnya saja. Tidak perlu menjelaskan secara detail apa yang mereka lakukan.
"Sejujurnya malam itu saya tidak ada niatan untuk berbuat mesum. Ketika melihat Miss Kinanti susah payah mencari kamar mandi, saya mendekat untuk membantu sekaligus meminta ACC judul skripsi."
"Tapi, setan di club terlalu banyak.." Pungkas Dewangga sambil menenggak air mineralnya sendiri.
"Miss Kinanti tidak perlu khawatir, saya pasti tanggung jawab." Lanjutnya dengan nada sungguh-sungguh.
"Apa yang bisa saya harapkan dari mahasiswa abadi seperti kamu? Daripada berpikir untuk tanggung jawab, sebaiknya selesaikan kuliahmu. Biar saya yang urus nasib janin ini."
"Lagian benar kata mamamu, perbedaan usia kita terpaut jauh. Tidak memungkinkan untuk menjalin hubungan jangka panjang. Apalagi dengan awal yang rumit seperti sekarang."
Raut Dewangga seketika berubah mendengar ucapan Kinanti yang meremehkannya.
"Apakah dengan aborsi semua masalah selesai?" Tanyanya sontak membuat Kinanti yang awalnya optimis mendadak mati kutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Kinanti Jadi Istri
ChickLitDi tengah rasa gundahnya menginjak usia 35 tahun masih berstatus jomblo, Kinanti lagi-lagi harus menelan kenyataan pahit. Bagaimana tidak, pria yang akan dijodohkan dengannya meninggal akibat serangan jantung. Meski sedang berselimut duka, sang ib...