Motor Klasik Bapak

35.4K 2.5K 49
                                    

Sinar mentari yang masuk lewat celah-celah kaca jendela berhasil mengusik tidur nyenyak Kinanti.

Perempuan 35 tahun itu segera membuka kedua matanya ketika menyadari hari sudah pagi.

"Jam setengah delapan," gumamnya pelan sambil memeriksa beberapa notifikasi smartphone.

Ia menoleh ke arah sisi ranjangnya yang sudah kosong. Kinanti tentu tak kaget. Ia sangat hapal jika sang suami termasuk tipe orang yang selalu bangun pagi.

Atau jangan-jangan laki-laki itu memang tidak tidur sejak semalam?

Setelah memperbaiki penampilan dan mencuci muka, Kinanti keluar kamar. Namun, lagi-lagi ia mendapati seluruh sudut rumah sepi.

"Pada kemana sih?"

Kakinya sontak berjalan cepat ke arah teras ketika suara yang cukup Kinanti hapal terdengar begitu menyebalkan.

Benar dugaannya, Ayu, putri sulung Bude Sari ada di sana.

Hanya berdua dengan Dewangga yang tengah asyik merokok sambil mencuci motor Astrea 800 milik mendiang Tegar.

Terlihat perempuan itu tak berhenti bertanya pada Dewangga tentang banyak hal. Pun dengan raut wajahnya yang terlihat bersemangat berinteraksi dengan suami Kinanti.

Meski dari kejauhan, Kinanti tentu dengar apa yang Ayu bicarakan.

Bahkan suaranya yang cempreng dan lantang tersebut bisa mengganggu ketertiban semua orang yang lewat.

"Kenapa mau sama mbak Kinanti mas? Umurnya loh beda jauh."

Terlihat Dewangga hanya tersenyum kecil sambil terus mengolesi bodi motor dengan cairan pembersih.

Tak lama kemudian, laki-laki kelahiran Jakarta tersebut seperti memberikan jawaban.

Namun sayang, suara selang yang kian kencang ke arah motor membuat Kinanti tidak bisa mendengar jawaban sang suami.

Kehadiran Ayu benar-benar membuat darah perempuan itu hampir mendidih.

Tak ingin tinggal diam, Kinanti sontak berbalik ke dapur dan membuat secangkir kopi.

Tak lupa ia juga meletakkan beberapa potong kue ke dalam piring kecil lalu kembali keluar.

"Ngapain Yu di sini?" Tanya perempuan itu dengan nada sedikit sinis.

"Eh mbak Kinanti! Ini tadi aku mau ambil pesanan batik. Tapi ternyata Bulik ndak ada di rumah." Jelas Ayu sambil memainkan rambut pirangnya.

Dih centil banget! Gumam Kinanti sebal.

"Batiknya semua di ruko, mana pernah ibu bawa ke rumah?" Celetuknya sembari meletakkan kopi dan kue di atas meja.

"Ya mana aku tahu," Balas Ayu kemudian berbalik ke arah Dewangga yang masih sibuk mencuci motor.

"Mas kalau masih lama di sini jangan lupa mampir ke rumahku. Bapakku juga banyak koleksi motor klasik bahkan yang lebih antik dari ini juga ada."

Mendengar nada manja sang sepupu membuat kinanti memutar bola matanya malas.

Ingin sekali ia melempar kepala sulung kesayangan Sari itu menggunakan piring di dekatnya.

"Mas kopinya!" Panggil Kinanti demi menghentikan bincang-bincang antara Ayu dengan Dewangga.

Sontak saja Dewangga menatap Kinanti dengan tatapan takjub. Sedetik kemudian menaikkan sebelah alisnya dan langsung memahami raut jengkel di wajah sang istri.

"Iya sayang," jawabnya lembut diiringi senyum manis membuat Kinanti merasa menang. Karena setelah itu, raut wajah Ayu mendadak muram.

"Kalau begitu aku pulang lagi saja. Nanti biar ibu yang ambil sendiri di ruko bulik Tina. Males banget desak-desakan tempatnya kecil!" Ujar Ayu sambil berjalan ke arah motor.

Miss Kinanti Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang