6•

157 24 13
                                    

Chai masih memeluk tubuh kurus sahabatnya. Phugun juga masih menangis hingga baju yang dipakai Chai basah karenanya yang tak berhenti mengeluarkan air mata.

" Phu.." Chai memanggil sahabatnya dengan lembut

Sebenarnya Chai ingin marah. Namun dirinya bingung harus marah pada siapa. Tentu tak ada satupun bangsa werewolf yang tak tahu tentang permusuhan mereka dengan bangsa vampir.

Dan yang pasti Phugun juga tak ingin terikat dengan takdir yang membelenggunya.

" Mari pulang.." Phugun melepas tubuhnya dari pelukan Chai, matanya menatap sahabatnya dalam

" Pulang kemana yang kau maksud?" tanya Phugun frustasi

" Phu.."

" Aku harus pulang kemana? Ke pack? Atau ke tempat vampir sial*n itu? Katakan padaku!!" emosi Phugun yang tak dapat mengontrol ucapannya pada Chai

" Phu..."

Chai juga bingung, kalau mereka pulang ke rumah Phugun. Tentu jejak samar vampir yang masih tertinggal di tubuh Phugun akan tercium oleh sang kakak Chisatt.

" Pulang bersamaku. Aku akan melindungimu." putus Chai

Phugun menggeleng. Chai bisa terkena masalah jika berurusan dengannya. Dan Phugun tak ingin sahabatnya ikut menanggung akibat dari kebodohannya.

" Tenang saja. Sampai bau itu menghilang. Ikutlah bersamaku." bujuk Chai kembali

Tak ada tempat yang lebih baik bagi sahabatnya selain tempatnya. Untuk sementara dirinya harus sebisa mungkin menyembunyikan Phugun.

Serigala muda itu ingin kembali menolak, namun Chai sudah lebih dulu menarik tangan sahabatnya dan membawanya pulang ke rumahnya.



Chisatt masih merasa tak tenang sebelum bertemu langsung dengan adik kecilnya. Akan tetapi Phugun justru menolak kehadirannya. Alpha dewasa itu sudah berulang kali datang ke tempat Chai hanya untuk melihat sejenak Phugun, apakah adiknya itu baik-baik saja atau tidak. Dan setiap kedatangannya, sebanyak itu pula Phugun menolak bertemu

Chai juga meminta Chisatt untuk membiarkan Phugun berada di tempatnya sementara waktu. Hingga Phugun tenang dan Chai sendiri yang berjanji akan mengantar sahabatnya itu pulang.

Phugun menatap kepergian kakaknya dari jendela kamar yang dia tempati di rumah Chai. Meskipun terhalang tirai tipis tak menutupi bagaimana raut wajah sedih juga kecewa dari sang kakak. Hatinya ikut merasa sesak melihat sang kakak kembali memasang wajah sendu ke arah rumah Chai sebelum berbalik.

'Maafkan aku Phi..'

Lirih Phugun yang membuat Chisatt menghentikan langkahnya sejenak. Kakinya terdiam mendengar ucapan sang adik.

' Tak apa.. Istirahatlah di tempat Chai, dan kembalilah pada Phi secepatnya.'

' Phi juga Daddy menunggumu.'

Phugun kembali terisak. Dirinya juga merindukan keluarganya dan ingin sekali kembali memeluk kedua orang yang dia sayangi.


Berbeda dengan werewolf muda yang bersembunyi dari kawanannya. Cirrus yang saat ini tengah disidang oleh anggota keluarganya nampak tenang, seolah vampir muda itu tak bersalah sama sekali.

" Kau sadar dengan yang kau lakukan Cir?" tanya sang pemimpin  keluarga Munsters pada salah satu putranya

" Ya Dad." jawab Cirrus singkat

" Kau terikat padanya. Kau mengikat serigala kalau kau lupa." sang kakak, Archen mengingatkan sang adik yang kini seolah bertindak bodoh. Bukan seperti adiknya yang selama ini selalu terkenal unggul

" Aku tahu. Dia juga terimprint padaku. Jadi kami saling memiliki sekarang." jelas Cirrus yang mengejutkan bagi keluarganya

Mereka tak menyangka kalau hal seperti ini bisa terjadi pada bangsa vampir dan werewolf. Wichapas tak tahu harus beraksi seperti apa saat ini. Karena ini hal yang baru dia jumpai pertama kali selama hidupnya menjadi bangsa vampir.

Terlebih werewolf muda itu sudah menjadi pengantin putranya. Mau tak mau Wichapas harus memikirkan nasib pengantin putranya. Cepat atau lambat hal ini pasti akan sedikit menggemparkan dua bangsa yang sepakat melakukan perdamaian hingga ribuan tahun.

Bisa saja karena masalah aneh kali ini, akan memicu peperangan antara bangsa werewolf juga vampir. Dan Wichapas tak ingin kedamaian yang selama ini dia jaga akan terusik. Sebisa mungkin dirinya harus mencari solusi.

Agar putranya juga pengantin putranya itu tak tersakiti. Karena bagaimanapun, werewolf muda itu sudah menjadi bagian dari keluarga Munsters.




Phugun kembali ke rumah diantar langsung oleh Chai setelah dua hari berada di rumah sahabatnya itu.

Kakak juga ayahnya bahkan sudah berdiri di depan pintu menunggu kepulangannya. Phugun merasa sedih sekarang, melihat wajah dua orang yang dia cintai menunggunya dengan cemas.

Phugun tak ingin lagi menangis, werewolf muda itu menampilkan senyum manisnya. Chai menggenggam erat tangan sahabatnya, menyalurkan semangat bahwa semua akan baik-baik saja.

" Kalian terlambat! Aku bahkan sudah menghangatkan masakanku untuk kedua kali." omel Kora yang juga muncul dari dalam dengan wajah galak

" Aoo.. Maaf na Phi," ucap Chai tak kalah menampilkan senyumnya

" Cepat masuk! Sebelum kalian nanti yang kuhangatkan ke dalam kuali." teriak Kora

Phugun dan Chai segera masuk karena takut dengan ancaman calon pendamping pimpinan pack tersebut. Pasalnya saat Kora mengamuk, bisa dipastikan banyak pohon yang akan tumbang.

Sungguh Kora dan amarah itu menakutkan.




Phugun berjalan dengan ragu, setelah kembali ke rumahnya di pagi hari. Kini dirinya harus dihadapkan pada kenyataan kembali berkumpul dengan klannya. Semua orang sudah menunggunya, juga mengkhawatirkannya.

Werewolf muda itu tentu tahu bagaimana dirinya yang juga disayangi oleh anggota lain terlepas dari dirinya yang terlahir menjadi seorang omega dominan, atau sebagai adik pimpinan pack. Semua menyayanginya dengan tulus.

" Kau lama sekali Phu.."

" Benar, Aku menunggumu hingga mungkin bulu di tubuhku sudah rontok sebagian."

" Kalau itu, karena kau jarang mandi Shean."

" Hahaha... Itu benar."

" Enak saja!"

Suasana pack yang sesekali penuh dengan lelucon konyol, menjadi kerinduan tersendiri bagi Phugun.

Apa yang dia takutkan saat ini belum terjadi, dan Phugun tak ingin membuat seluruh anggota packnya merasa khawatir dengan masalahnya.

Otak kecilnya harus segera memikirkan solusi dari masalah yang dia hadapi. Semakin cepat dirinya membuat keputusan, mungkin saja Phugun bisa terbebas dari keputusasaan yang melanda pikirannya.

Chai yang ikut duduk di sebelah sahabatnya, menggenggam tangan Phugun. Tersenyum tipis seolah tahu apa yang sedang berkecamuk di dalam pikiran sahabatnya tersebut.

Hanya dirinya sajalah yang tahu keadaan Phugun saat ini. Dan Chai juga yang akan ikut membantu mencarikan solusi sahabatnya tersebut.

Entah masalah itu ada solusi terbaik atau tidak, yang jelas mereka berdua perlu lebih dulu untuk mencoba segala kemungkinan.

Meskipun kemungkinan itu hanya memiliki tingkat keberhasilan 0,1% tapi tak ada salahnya untuk mencoba.



°°°



" Aku tak menyangka kau ternyata seorang omega.." sebuah suara membuat Phugun yang sedang duduk di dekat jendela dan melihat jauh ke halaman belakang tempat packnya berkumpul harus terusik

Pandangannya teralihkan oleh seseorang yang tak Phugun sadari kedatangannya. Atau mungkin Phugun memang tak pernah peduli sekitarnya, karena di tempat packnya merupakan tempat teraman baginya.







Continued...

malming kalean kamana???

Curse of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang