8•

125 29 10
                                    

' Ggggrrr.. Menyingkir!'

Cirrus menyeringai mendengar geraman dari serigala hitam yang baru saja dia layangkan sebuah tendangan karena berani mengusik miliknya.

Wajah pucat itu tersenyum hingga terlihat taring runcing dan panjang yang mencuat siap menggigit mangsanya.

Serigala hitam itu juga tak gentar, tinggal sedikit lagi dan dirinya sudah pasti mendapatkan serigala omega yang terasa harum memabukkan baginya. Namun karena vampir sial*n yang ada di depannya ini, dirinya harus menunda sejenak untuk memiliki si omega.

Tak mau kalah, sang serigala hitam juga memperlihatkan deretan gigi rapinya yang besar juga gigi runcingnya yang tajam meskipun tak sepanjang gigi taring sang vampir.

Perkelahian sengit keduanya pun tak dapat dihindari.

Perhatian Chai hanya terfokus pada Phugun. Wajah tirus sahabatnya menjadi semakin pucat dan seolah tersiksa. Chai tahu apa yang sedang dilakukan Phugun. Sahabatnya itu tengah melawan sesuatu yang seharusnya sudah dia terima karena takdir yang memilihnya seperti itu.

" Phu..." panggil Chai menarik atensi Phugun

" Jangan dilawan Phu.. Kau akan kesakitan," Chai tahu betul bagaimana rasanya menolak imprint yang sudah terjadi pada serigala, karena dirinya dulu juga pernah merasakannya

" Ahh.. Aku tak menginginkannya Chai! Aku tak mau!" teriak Phugun menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya

" Bawa aku pergi Chai, kumohon.." mata jernih itu terhias genangan air mata yang siap kapan saja untuk tumpah

Chai mengangguk. Dirinya kembali dalam wujud binatangnya dan menunggu Phugun untuk beranjak ke atas punggungnya. Serigala cokelat itu melirik sekilas perkelahian yang masih belum ada titik untuk berhenti, lalu melesat jauh membawa sahabatnya di atas punggungnya.

'Apa yang terjadi? Aku tadi mendengarmu memanggilku?'

Serigala dengan tubuh cokelat yang lebih gelap datang dengan beberapa serigala lainnya yang melihat Chai berlari dengan Phugun di atas punggungnya.

' Nanti saja. Phugun membutuhkan bantuan.'

Chai bukannya tak ingin menjawab pertanyaan kekasihnya. Namun keadaan Phugun saat ini lebih mengkhawatirkan baginya.

Chisatt menggendong tubuh adiknya begitu Chai sampai di depan tempat pack mereka. Membawa tubuh adiknya masuk ke dalam.

" Panas Phi.." rintih Phugun, tubuhnya terasa panas seolah api unggun yang besar mengelilinginya

Chisatt yang kebingungan membawa tubuh adiknya ke dalam kamar mandi. Meletakkan tubuh ramping itu ke dalam bathub dan dengan segera menyalakan air dingin.

Otak pimpinan pack itu sama sekali tak bisa berpikir jernih melihat raut wajah kesakitan sang adik. Otot halus di sekitar kulit juga wajah tirus sang adik bahkan mulai terlihat semakin jelas karena Phugun yang tak berhenti merintih kesakitan.

" Aahhh... Dingin Phi, Sakit Phi.." Phugun merasakan tubuhnya terasa dingin seperti tertusuk ribuan es batu berbentuk jarum, lalu berganti lagi dengan rasa panas di dalam tubuhnya

Sakit. Rasanya begitu menyakitkan.

Tubuhnya seakan sedang dipaksa melakukan regenerasi sekarang, darahnya terasa panas juga dingin disaat bersamaan. Tenggorokannya juga merasa begitu haus seolah dirinya sudah tak minum selama beberapa bulan.

Chisatt mundur sejenak memperhatikan perilaku adiknya yang sekarang muncul tanda tanya juga keraguan. Perhatiannya lalu beralih pada Chai yang juga memandang sahabatnya dengan tatapan sendu.

Curse of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang