Sekali lagi Cirrus dihadapkan pada kenyataan bahwa salah satu investor terbesar yang menjadi rekannya selama ini ternyata bukanlah orang lain, melainkan sang mantan tunangan Phugun.
Lalu kenapa baik Cirrus maupun keluarganya tak mengetahui hal tersebut. Kalau Cirrus yang tak mengetahui hal tersebut mungkin dirinya masih bisa diterima, karena di masa lalu, Cirrus sama sekali tak ingin tahu apapun tentang sang tunangan. Tapi keluarganya juga tak mengetahui hal tersebut, yang berarti Phugun melakukan sesuatu secara sembunyi-sembunyi di belakang keluarganya.
Phugun tak menatap rekan bisnis yang hari ini melakukan pertemuan dengannya, itu karena yang dia temui kali ini merupakan mantan tunangan tampannya.
Phugun hanya terfokus menatap layar tab di tangannya sembari mendengarkan kedua sekertaris miliknya dan rekan bisnisnya saling beradu argumen.
" Bagaimana Tuan Phu?" tanya Sunny, sekertaris Cirrus
" Saya rasa boleh juga kita lanjutkan. Karena tak ada lagi yang akan kita bahas, saya akan pergi lebih dulu. Untuk hal lain, Anda bisa menghubungi sekertaris saya secara langsung." Phugun merapikan jas miliknya dan berdiri
" Tunggu!"
Phugun berhenti dan kembali menoleh ke belakang, dimana rekan bisnisnya masih duduk di tempatnya.
" Ada yang ingin aku bicarakan berdua denganmu." ucap Cirrus mengundang senyum di salah satu sudut bibir Phugun yang lebih terlihat seringaian remeh
" Maaf Tuan Cir, Saya memiliki kepentingan lain. Kalau anda ingin membahas sesuatu langsung saja katakan pada sekertaris saya, seperti yang selama ini kita lakukan." tolak Phugun dan berlalu pergi
Cirrus memandang kepergian Phugun hingga keluar dari restoran tempat mereka mengadakan pertemuan, hingga sebuah mobil merah menyala berhenti tepat setelah Phugun keluar.
Seorang pria tampan yang Cirrus kenal betul keluar dari dalam mobil tersebut, berlari ke sisi lain hanya membukakan pintu mobil untuk Phugun.
Cirrus masih menajamkan penglihatannya ketika mata elangnya bertemu dengan mata lain yang hanya menatapnya sekilas disertai senyum miringnya.
" Dad.." Cirrus berteriak memanggil ayahnya begitu pria tampan itu sampai di rumahnya
" Ada apa kau berteriak seperti itu?" Vegas muncul tak lama setelah Cirrus berteriak
" Apa Daddy tahu Phu punya perusahaan lain selain MG Corps?" tanya Cirrus pada sang ayah yang tengah duduk di sofa
" Hmm.. Daddy baru tahu baru-baru ini, Kenapa?"
" Apa Daddy juga tahu kalau Phu yang selama ini menjadi investor di perusahaan Cir?" Vegas mengernyit, untuk hal ini pria paruh baya itu tak mengerti
" Melihat reaksi Daddy, sepertinya Daddy tak tahu. Lalu, Apa Daddy tahu kalau Phi Macau dekat dengan Phu?" Vegas tertawa melihat putra sulungnya
" Hei.. Memang kenapa kalau mereka dekat? Kau bukan lagi tunangannya kalau kau lupa," ingatkan Vegas
" Benar, Jangan lagi mengusik Phugun." Pete tiba-tiba datang dan menyahut ucapan sang suami
Cirrus menatap malas pemandangan kedua orang tuanya yang seakan mengejeknya kali ini. Pria tampan itu berlalu pergi meninggalkan tawa dari kedua orang tuanya.
" Lihat, Anakmu sudah mulai kepanasan sendiri!" Pete mengabaikan kepergian Cirrus yang seolah tengah marah itu
" Biarkan saja. Itu memang salahnya." Vegas menambahkan
Putra sulungnya itu memang harus merasakan rasanya penyesalan karena sudah menyia-nyiakan sesuatu yang berharga juga penting dalam hidupnya. Dengan begitu, kelak di masa mendatang putranya itu tak akan lagi meremehkan segala sesuatu yang baik untuknya.
Sudah dua bulan semenjak pertemuannya terkahir kali terjadi bersama Phugun, mantan tunangannya. Dan setelah itu, setiap kali Cirrus meminta untuk bertemu seakan sangat sulit untuk terkabulkan.
' Maaf, Saat ini Tuan Phugun sedang sibuk. Anda bisa bicarakan hal yang ingin anda diskusikan bersama saya.'
Selalu itu jawaban dari sekertaris Phugun. Padahal ada yang sangat ingin pria itu dapatkan jawabannya.
Entah mengapa setelah berpisah dari mantan tunangannya, hidup Cirrus berubah drastis. Sesuatu yang biasanya akan dia lakukan untuk menyalurkan hasrat membara dalam jiwa mudanya, seolah meredup.
Bahkan miliknya tak mau berdiri merespon. Cirrus kehilangan apa yang dia banggakan selama ini.
Dan dia harus bertemu dengan Phugun untuk segera mendapatkan solusi dari masalah yang tengah terjadi.
Namun sekeras apapun Cirrus berusaha bertemu dengan Phugun, sekeras itulah dirinya tertolak berulang kali.
Phugun menatap ke bawah, tepatnya ke perdebatan yang tengah terjadi jauh di bawah gedung perusahaannya. Berdiri sekertarisnya dan mantan tunangannya yang sedang adu argumen. Satu hal yang Phugun yakini, semua pastilah tentang Cirrus yang mengajukan pertemuan pribadi dengannya dan Phugun berulang kali menolaknya.
Pemuda manis itu sekarang bingung dengan sikap sang mantan tunangan yang sangat mengganggunya belakangan ini.
Bukankah dirinya sudah mengabulkan permintaan pria itu untuk tak lagi menjadi orang yang terikat, lalu kenapa sekarang pria itu bertingkah seolah mereka masih saling mengenal satu sama lain.
Bagian mana yang terlewat oleh Phugun.
Tangannya memijat pelipisnya karena kepalanya pusing memikirkan tingkah sang mantan tunangan.
Hingga ketukan di pintu membuat Phugun melirik ke arah siapa seseorang yang berniat masuk ke dalam ruangannya. Dan sosok wajah tampan yang jika dilihat dengan seksama memiliki kemiripan tujuh puluh persen dari pria yang masih berdebat di bawah.
" Boleh aku masuk?" tanya pria yang hanya selisih dua tahun dari Phugun
" Tentu Phi, Masuklah." sahut Phugun menyambut kedatangan tamu yang tak dia duga
" Bagaimana kabarmu? Aku sangat merindukanmu, sayangnya aku masih tak memiliki kesempatan menemuimu."
" Aku baik Phi. Bagaimana dengan Phi sendiri?"
" Aku sedikit tak baik. Adik kecilku terlihat tak bersemangat beberapa waktu ini,"
Phugun menatap sendu pada pria di hadapannya saat ini. Kalau saja kakak pria di depannya ini sedikit saja memiliki perangai seperti pria ini, mungkin saja.. Mungkin saja..
" Aku tetap kakakmu bukan? Jadi kemarilah.." Title merentangkan kedua tangannya dan tersenyum menatap pemuda manis yang sekarang sudah terlihat runtuh pertahanannya
Phugun masuk ke dalam pelukan hangat yang begitu dia butuhkan. Terisak lirih bersembunyi dalam dada pria yang tumbuh bersamanya.
Meskipun Phugun terikat pertunangan bersama Cirrus sejak kecil, ada masa dimana Title menemaninya bermain bersama. Selisih yang tak begitu jauh yang membuat keduanya terasa seperti teman sebaya dibandingkan seorang kakak dan adik.
Title menenggelamkan kepala kecil itu,membiarkan semua emosi yang dipendam Phugun ikut jatuh seperti air matanya.
" Bukankah aku juga kakakmu, kenapa kau tak mau berlari padaku dan menangis seperti ini? Kenapa harus kakakmu ini yang datang jauh-jauh kemari, hmm??" Title menangkup wajah tirus dengan mata sembab juga memerah akibat menangis
" Maafkan aku Phi.."
" Kau tak salah Phu, Hanya waktu yang terlalu kejam. Juga aku yang bersalah padamu, andai aku lebih mengerti.. Aku pasti akan menghentikan waktu yang mampu merubah segalanya."
" Adik kecilku yang manis, kembalikan senyum adikku Phu.. Aku merindukannya," Tangis yang lirih itu berganti semakin kencang
Pakaian yang dikenakan Title harus kusut karena cengkeraman Phugun saat meremas ujung kain tempat tangannya berpegangan karena emosi yang meledak.
" Maafkan aku yang datang terlambat.. Maafkan aku,"
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Help Me to Hate You..
Fanfiction" Aku akhiri pertunangan yang sempat terucap antara dirimu juga diriku di masa lalu, Dengan ini kita tak lagi terikat. Kau dan aku hanya orang asing satu sama lain sekarang." Pemuda manis itu mengucapkan kalimat pembatalan pertunangannya dalam seka...