plaakk
" Keterlaluan!" Vegas meradang dan melayangkan tamparan keras pada wajah putranya
" Dad.. Kenapa kalian sangat menyayanginya? Ini hidupku, aku berhak untuk memilih kehidupanku sendiri." Cirrus mengusap pipinya yang terasa panas karena bekas tangan sang ayah
" Kau akan menyesal Cir, saat itu Papa tak akan mau membantumu." Pete beranjak dari tempatnya dan masuk ke dalam kamarnya, dirinya sudah cukup kecewa pada putra sulungnya
" Untuk pertama kalinya, Daddy kecewa padamu!" Vegas menyusul istrinya
Cirrus berteriak dan mengacak rambutnya kasar, semua ini karena sosok tunangannya. Cirrus bahkan sudah lupa bagaimana wajah sang tunangan karena memang pria tampan itu yang mulai menolak ide tentang pernikahan dengan sosok yang hanya dia kenal ketika dirinya masih kecil itu.
Namun semua penolakannya selalu diabaikan oleh kedua orang tuanya. Kenapa bukan adiknya yang bertunangan dengan Phugun dan justru dirinya. Dan sekarang dirinya yang kembali disalahkan ketika Phugun mengetahui bagaimana kelakuannya selama ini.
Memang apa yang salah dengan menikmati masa mudanya. Begitulah pemikiran Cirrus selama jauh dari tunangan juga kedua orang tuanya.
Phugun yang sekali lagi sudah berada di penerbangan kembali menuju ke Thailand hanya bisa menatap langit malam dari dalam pesawat yang membawanya terbang.
Ingatannya kembali menyelam jauh ketika dirinya masih kecil, masa-masa itu begitu dia rindukan. Dan ingatan yang baru saja terjadi membuatnya tersadar, hati seseorang memang mudah sekali berubah.
Tanpa sadar Phugun meneteskan air matanya, dirinya sudah mencoba bertahan untuk tak menangis. Namun air mata itu terjun begitu saja tanpa dia minta.
Phugun menatap gelang hitam yang melingkar di tangannya dengan sebuah liontin kecil di tengahnya yang berisi sebuah batu ruby merah dan terdapat sebuah cincin yang sengaja Phugun kaitkan di tengahnya. Cincin pertunangannya dengan Cirrus kala itu.
" Kalau kau memang ingin lepas, maka aku akan melepasmu sesuai keinginanmu." monolog Phugun mengusap cincin yang dulu dia pakai hingga berumur sepuluh tahun dan kini sudah tak lagi muat karena belum diupgrade oleh Cirrus
Cirrus beserta keluarganya bertolak ke Thailand dua hari setelah Phugun, dan kali ini Pete juga Vegas masih berharap keputusan Phugun dapat berubah. Mereka bahkan sudah memarahi Cirrus hingga pria tampan itu hanya terdiam karena kesalahannya kali ini terlampau besar.
Semua orang menunggu kedatangan Phugun ke rumah Vegas, setelah hari itu Phugun menolak untuk kembali tinggal di rumah keluarga Cirrus. Dengan alasan kalau sudah waktunya untuk keluar dari rumah itu dan kembali ke tempat dimana dirinya seharusnya berada.
Pete juga Vegas tak mampu menolak permintaan Phugun. Karena mereka juga menyesal akan kelakuan Cirrus yang melukai putra mendiang sahabat mereka.
" Pa.. Dad.." suara merdu menyapa keempat orang yang sedari tadi hanya bisa terdiam, sibuk dengan pemikiran masing-masing
" Kau sudah datang sayang?" Pete menyambut Phugun dengan wajah senang
" Kau yakin tak ingin kembali tinggal bersama Pa saja? Pa pasti akan merindukanmu," Pete sudah menganggap Phugun bagian dari keluarganya, kehilangan Phugun yang selama beberapa tahun ini tinggal bersamanya merupakan sebuah pukulan baginya
" Phu baik-baik saja Pa. Bisa Phu bicara terlebih dulu dengan Daddy?" Vegas yang mengerti segera berdiri
Kedua orang berbeda generasi itu segera menuju ke ruang kerja Vegas dan menutupnya, meninggalkan tiga orang yang menunggu dengan berbagai perasaan berbeda.
" Apa yang mau kau katakan sayang? Apa kau yakin dengan keputusanmu?" Vegas mengulang pertanyaan yang entah sudah ke berapa kali dia tanyakan pada putra sahabatnya
" Daddy menyayangiku bukan?" tanya Phugun balik
" Tentu. Daddy sudah menganggapmu putra Daddy sendiri."
" Kalau begitu, lepaskan Phu."
Ada perasaan tak rela dalam benak Vegas.
" Phu tahu Daddy juga Papa menyayangi Phugun dan pasti menyayangkan keputusan Phu. Tapi Dad.. Phugun juga berhak memilih jalan hidup Phugun sendiri." Vegas terdiam, dirinya tahu betul maksud ucapan Phugun. Hanya saja, sama seperti Pete. Vegas begitu menyayangi Phugun dan tak rela jika anak itu tak menjadi bagian dari keluarganya karena kebodohan putranya
" Baiklah. Daddy akan menerima keputusanmu." pada akhirnya Vegas harus bisa menyutujui permintaan Phugun
" Satu lagi Dad,"
Vegas mengangguk, kembali menyetujui keinginan Phugun. Mungkin memang inilah waktunya.
" Ya. Daddy akan lakukan hal itu secepatnya." Vegas memeluk tubuh mungil dalam dekapannya
" Daddy menyayangimu. Jadi jangan menganggap Daddy dan Pa sebagai orang lain. Kau boleh merengek juga menangis pada Pa dan Daddy."
Phugun tak mampu lagi bersikap tegar seperti yang dia inginkan. Dalam rengkuhan hangat yang hampir sama dengan pelukan ayahnya, pemuda cantik itu meluruhkan segala emosi yang dia pendam beberapa hari ini.
" Maafkan Daddy.. Bagian dalam diri Daddy yang menjadi penyebab air matamu,"
" Kalau Mew masih ada, Daddy akan membiarkan saja putra Daddy jatuh dalam pukulan ayahmu. Karena memang anak itu pantas mendapatkannya."
" Ya. Phu merindukan Ayah juga Pa." Phugun masih tak mampu berhenti menangis
Dirinya juga ingin bisa meluapkan segala keluh kesahnya pada kedua orang tuanya ataupun kakaknya, namun semua itu tak mungkin bisa dia lakukan. Semua keluarganya sudah pergi meninggalkannya sendiri.
Phugun keluar dengan mata sedikit sembab karena tangisnya. Pemuda cantik itu segera berdiri di hadapan sang tunangan.
Cirrus yang masih larut dalam lamunannya, ikut berdiri saat sepasang kaki jenjang berada di hadapannya.
" Aku akhiri pertunangan yang sempat terucap antara dirimu juga diriku di masa lalu, Dengan ini kita tak lagi terikat. Kau dan aku hanya orang asing satu sama lain sekarang." Phugun mengucapkan kalimat pembatalan pertunangannya dalam sekali tarikan nafas, menyatukan tangannya dengan tangan pria tampan yang kini resmi menjadi orang asing baginya
Pengucapan pembatalan sangat diperlukan baginya, itu menjadi tanda bahwa diantara mereka tak akan ada lagi ikatan yang terjalin mulai dari sekarang.
Cirrus merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya ketika sentuhan lembut itu berakhir menyentuhnya.
Juga senyuman cantik yang terbit dari wajah memerah karena sempat menangis itu membuat gejolak tak nyaman dalam hati Cirrus. Seolah apa yang dia lakukan akan dia sesali mulai dari sekarang.
" Sekarang Phi bebas, Jadi pergilah mengejar kehidupan Phi sesuai keinginan Phi."
" Phu.." panggil Cirrus dan mendapat tatapan tanya namun wajah itu menatapnya dengan datar
" Maafkan aku,"
" Hmm.. Aku belum bisa memaafkan Phi sekarang. Bohong kalau aku tak terluka juga kecewa. Tapi.. Seiring berjalannya waktu, Aku yakin bisa memaafkan Phi." Phugun menjauh, memberi jarak pada dirinya dan Cirrus
" Kelak, meskipun Daddy dan Papa tetap menjadi waliku. Phi tak perlu menyapaku seolah kita saling mengenal." Phugun berhenti sejenak, tanpa berbalik pemuda cantik itu hanya sedikit menoleh mengucapkan kalimat yang membuat Cirrus semakin merasakan perasaan menyengat di sekujur tubuhnya
Sepeninggal Phugun dari rumahnya, Cirrus menjerit keras merasakan sakit yang semakin menyakitkan di seluruh tubuhnya. Hingga pria itu jatuh tak sadarkan diri.
" Aaaarrggghhhh..."
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Help Me to Hate You..
Fanfiction" Aku akhiri pertunangan yang sempat terucap antara dirimu juga diriku di masa lalu, Dengan ini kita tak lagi terikat. Kau dan aku hanya orang asing satu sama lain sekarang." Pemuda manis itu mengucapkan kalimat pembatalan pertunangannya dalam seka...