11

261 37 18
                                    

" Apa kau akan membiarkanku kembali dan menjadi pelampiasan saja?"

"Apa kau memang suka melihatku menderita?"

" Apa aku tak diberi pilihan??"




Title membisu di tempatnya, tubuhnya hanya diam tak bergerak namun pendengarannya masih bekerja dan dirinya menyadari kalau jarak antara punggungnya dengan Phugun hanyalah sejengkal. Terlalu dekat hingga isakan lirih Phugun pun bagai sebilah pisau yang menyayatnya, menggores luka perlahan di sekujur tubuhnya.

Phugun tak tahu kenapa dirinya justru meminta Title untuk menunjukkan padanya, kebenaran dari ucapan pria tersebut yang mengatakan mencintainya. Padahal beberapa waktu yang lalu , Phugun sempat beranggapan kalau baik Cirrus maupun Title pastilah sama saja.

Dan sekarang dirinya justru merengek agar Title mau mengikatnya.

Mungkin otaknya sudah lelah dipaksa untuk berpikir. Jadilah hanya opsi itu yang terlintas dan mulai mengganggunya.

Jari jemari lentiknya bergerak perlahan dan memeluk tubuh atletis Title dari belakang. Menyandarkan kepalanya yang kecil ke punggung lebar tersebut. Menghirup aroma parfum yang kental dengan bau pohon pinus juga mint yang menyegarkan.




" Apa kau tak bisa mengikatku Phi?" Lirih diiringi isak tangis masuk ke indera pendengaran Title




Namun pria itu masih saja diam tak bergerak. Seolah jika dirinya bergerak maka mereka berdua akan terjatuh dari ketinggian.

Phugun menggigit bibir bawahnya mendapati pria yang saat ini sudah dengan gilanya dia goda dan masih bertahan.

Ketika tangan halus itu mulai mengendur dan memberi jarak. Sesuatu mengejutkan Title, membuat tangannya terkepal erat hingga kukunya saling menancap ke dalam daging tangan.




" Kalau begitu, aku akan memilih menyusul keluargaku."



Luapan emosi karena kalimat putus asa menjadi penggerak tubuh yang tadinya kaku dan tak ada niat untuk berbalik. Dengan gerakan cepat, Title menyambar bibir tipis yang tadi sempat dirinya coba. Tangan kekarnya tak lupa menarik tubuh yang lebih kurus darinya dan membawanya dalam gendongan koala.

Tanpa melepaskan pagutan yang terjadi diantara bibir keduanya, Title terus bergerak mencapai sebuah gagang pintu yang sesuai dengan instingnya kalau tempat yang baru saja dia buka merupakan sebuah kamar, lengkap dengan ranjangnya.

Menurunkan perlahan tubuh ramping dalam dekapannya dan menatap intens wajah yang kini semakin memerah, entah karena efek dari minuman alkohol yang tadi diminum si pemuda manis atau mungkin bertambah setelah interaksi intim keduanya.




" Jangan ucapkan kalimat menakutkan seperti itu lagi. Kalau tidak.."

" Kalau tidak apa?" Potong Phugun cepat

" Kalau tidak, aku akan membuatmu tak bisa beranjak kemanapun selain hanya bisa terbaring di ranjang."



Phugun terkejut.

Pria yang dia kenal betul sifatnya bukanlah seorang yang mesum bahkan obsesif seperti ini. Bukannya takut, Phugun justru meraih tengkuk Title dan membuat pria itu jatuh ke atas tubuhnya.



" Do it, make me feel what you just said,"

" As your wish, baby.."




Title mengenyahkan pemikiran bagaimana tanggapan kedua orang tuanya tentang apa yang dia lakukan pada calon kakak iparnya kembali.

Dirinya hanya ingin menikmati kesempatan yang diberikan kepadanya. Tak peduli seberapa keras semua orang akan menentangnya setelah ini, Title hanya akan terus meraih seseorang yang sudah memporak-porandakan kehidupannya. Dan tak akan pernah dia ijinkan bagi pemuda yang sudah tergeletak lemas juga tertidur pulas ini untuk melepas ikatan diantara mereka.




" Setelah ini, sekuat apapun kamu mencoba pergi aku akan mengejarmu. Akan kurantai kedua tangan dan kaki indahmu, tak akan kuijinkan kau melihat pria lain selain aku. Hanya akan ada aku dan aku."



Title mengecup singkat kening Phugun. Membersihkan tubuh yang dia ajak berkeringat bersama dan bermandikan cairan keruh hingga tak ada satupun ruang di ranjang yang tak terkena cairan tersebut.














" Ugh.." keluh Phugun saat sinar matahari terasa menyilaukan tidurnya

Membuatnya tanpa sadar melenguh dan membalik kepalanya menghadap ke arah lain. Namun seketika matanya terbuka lebar, menyadari kalau ada orang lain di dalam kamarnya. Karena seingatnya kalau dirinya mabuk tak akan ada orang lain di dalam kamarnya, Macau saja hanya akan menunggunya hingga pemuda itu bangun dan keluar dari dalam kamarnya.

Lalu siapa seseorang yang ada di kamarnya saat ini.

Apakah seseorang yang tak sengaja dia ajak pulang semalam ketika mabuk.

Phugun merutuki kebodohannya berulang kali. Seharusnya dia lebih bisa bersabar agar tak minum ketika Macau tak ada di tempatnya. Dan sekarang yang terjadi dirinya sudah masuk ke dalam lubang yang dia gali sendiri.

Phugun juga tak memerlukan penjelasan lagi ketika tubuhnya terasa sakit terlebih di bagian bawah. Pasti dirinya sudah bertindak terlalu jauh semalam.



Aku benar-benar bodoh,




" Sudah sadar?"



Phugun menolehkan kepalanya menghadap ke sumber suara, dimana seorang pria sedang duduk sembari menikmati secangkir minuman panas yang Phugun tak tahu pasti apakah itu teh atau kopi. Hanya terlihat uap panas dari atas cangkir tersebut.

Title meletakkan cangkir kopi yang baru saja dia nikmati. Bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke sosok yang saat ini wajahnya begitu lucu untuk dijelaskan.

Pemuda manis itu pasti tak menyangka kalau dirinya semalam menghabiskan waktu penuh gairah bersama dengan seseorang yang harusnya kembali menjadi calon adik iparnya, dan mungkin sebentar lagi status itu akan berganti mantan calon adik ipar menjadi suami.




" Kau tak bisa lari lagi Phu, Aku sudah menangkapmu dan tak ada jalan kembali." Ucap Title menangkup dagu Phugun lalu memberi ciuman selamat pagi yang ringan

" Phi.."

" Aku sudah menjadi milikmu, apa kau tak suka?"




Phugun menggeleng. Bukan tak suka. Tapi dirinya tak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Semua berubah hanya dalam waktu semalam. Dan juga apa yang dia lakukan ini entah salah atau benar, Phugun juga tak tahu. Kepalanya terasa ingin meledak sekarang.



" Yakk Phi!!"



Jerit Phugun terkejut karena Title langsung mengangkat tubuhnya yang otomatis membuat tubuh telanjangnya terekspos bebas. Mukanya memerah karena malu. Rasanya akan bagus untuk menyembunyikan diri ke dalam perut bumi setelah ini.

Title tersenyum tipis melihat Phugun memalingkan muka dan terdiam dengan bibir yang dia gigit.



" Ugh Phi," Phugun terkejut karena Title mencium bibirnya kembali ketika keduanya sudah sampai di dalam kamar mandi

" Lebih baik aku yang menggigitmu, itu akan terasa lebih menyenangkan." Goda Title dengan seringaian aneh di wajah tampannya




Apa ini?? Dia berubah dari kakak yang pengertian menjadi seorang yang mesum!!




" Aku akan membantumu mandi,"




Andai Phugun tahu bayaran dari pelayanan mandi yang diberikan Title kepadanya, pasti pemuda manis itu akan menolak tawaran yang hanya diberi tanggapan diam olehnya karena malu.

Karena sekarang Phugun merasa air dalam bak mandinya sudah menjadi dingin namun tubuhnya yang berubah panas.

Title membuatnya untuk berada di atas pangkuan pria tersebut yang tanpa henti terus memasukkan bagian tubuhnya ke dalam milik Phugun. Tak mengijinkan Phugun untuk bersantai ataupun mendapat sarapan lebih awal pagi ini, karena sarapan yang ditawarkan Title menguras seluruh tenaganya.












Tbc,

Help Me to Hate You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang