Phugun nampak senang dengan kedatangan Pete ke rumahnya. Semenjak hari itu memang hubungan mereka juga tak banyak berubah, hanya saja Phugun lebih sering menghindar dari Pete. Itu semua dia lakukan agar lebih terbiasa menjadi orang asing dan tak terlalu merepotkan Pete.
Sudah lama Phugun bergantung pada keluarga sahabat orang tuanya, dan Phugun juga sudah menganggapnya sebagai orang tuanya sendiri. Akan sulit melepaskan rasa ketergantungan tersebut. Karena hal itu Phugun mencoba membatasi dirinya bertemu dengan Pete.
Namun setelah penghiburan dari Title, Phugun merasa sesuatu yang dalam jangka lama menghimpitnya mulai terasa lepas dan ada perasaan lega terbebas lepas.
" Papa..." Teriak Phugun yang sudah kembali memanggil Pete dengan nada manja
Pete yang tak menyangka kalau Phugun juga sudah kembali manja padanya pun merasakan keharuan yang tak bisa dia bendung. Air matanya tanpa sadar sudah menggenang di sudut bersiap untuk tumpah.
" Aku rindu papa." Pelukan hangat menjadi pembuka diantara keduanya
" Papa juga merindukanmu sayang," Pete sudah menganggap Phugun seperti anak terkecilnya dan kini anak bungsunya sudah kembali
Pete bahkan tanpa sadar melewatkan waktu mereka dengan berbincang hal yang selama ini tertunda diantara keduanya. Dan melupakan tujuan utamanya datang menemui Phugun.
Berbagi tawa dan canda hangat yang sudah menghilang selama beberapa bulan ini.
Pete pulang setelah hari sudah berganti malam dan panggilan dari sang suami yang memintanya untuk kembali menjadi penanda perpisahan mereka hari ini.
" Oh iya sayang, pa lupa.. Pa ada yang ingin dibicarakan penting denganmu, tapi karena hari sudah malam, bisakah kita lanjutkan lain kali?" Pete benar-benar lupa, sepertinya faktor usia sudah membuatnya kebingungan dan melupakan segalanya
" Iya pa, Phu bisa kapan saja. Pa kabari Phu saja nanti dimana dan kapan."
" Kalau begitu pa pulang na,"
" Hati-hati pa.."
Phugun mengantar kepergian Pete hingga mobil yang dikendarainya sudah tak lagi terlihat dari pandangannya.
Melangkah kembali masuk ke dalam rumah dengan langkah ceria juga siulan nyaring.
Cirrus yang melihat kedatangan papanya dengan wajah sumringah ikut tersenyum. Dirinya sudah bisa memperkirakan kalau papanya berhasil membujuk Phugun untuk menerimanya kembali. Hal yang sangat diinginkan Cirrus saat ini.
Berbeda dengan Cirrus yang juga terlihat bahagia melihat wajah senang papanya, Title nampak murung. Pemuda itu bangkit dan kembali ke dalam kamarnya. Hal itu tak luput dari pandangan Cirrus, pria yang lebih tua menyeringai dengan kemenangannya.
" Kau tak seharusnya bertaruh denganku,"
Title memukul dinding di dalam kamarnya.
Belum saja dirinya akan berjuang dan kini dirinya sudah kembali kalah.
Ingatan masa lalu membawanya jauh ketika pertama kali dirinya bertemu dengan Phugun kecil.
Waktu itu Title masih berusia enam tahun sedang Phugun berusia empat tahun.
Karena perbedaan keduanya yang sedikit membuat Title mengerti betul apa yang dimau si kecil Phugun. Waktu kecil mereka habiskan tumbuh bersama untuk bermain, namun ketika Phugun mulai menginjak usia enam tahun, sesuatu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Help Me to Hate You..
Fanfiction" Aku akhiri pertunangan yang sempat terucap antara dirimu juga diriku di masa lalu, Dengan ini kita tak lagi terikat. Kau dan aku hanya orang asing satu sama lain sekarang." Pemuda manis itu mengucapkan kalimat pembatalan pertunangannya dalam seka...