1.

456 43 44
                                    

" Phi janji akan menikahiku nanti?" tanya seorang anak kecil juga cantik yang masih berusia lima tahun pada anak kecil lainnya yang terpaut usia lima tahun dari si kecil

" Ya. Phi akan menikahi Phu nanti ketika kita besar." ucap anak yang berusia sepuluh tahun itu sambil tersenyum lebar pada wajah cantik di depannya

" Pa... Phi Cir janji akan menikahi Phu nanti." teriak si kecil Phugun pada orang tuanya yang duduk tak jauh dari dua anak kecil yang sedang bermain di sebuah taman

" Ya sayang." jawab Gulf menyahut ucapan putra kecilnya

" Sepertinya mereka memang cocok satu sama lain, bagaimana kalau kita adakan pertunangan sebelum kami berangkat ke Kanada minggu depan?" tanya Pete, papa Cirrus pada keluarga sahabatnya

" Boleh juga, Kalau begitu kita siapkan untuk keluarga kita saja." sahut Gulf mengiyakan saran Pete

Pertunangan dua anak kecil yang bahkan tak tahu apa arti kata ikatan itu terjadi begitu cepat, mengingat keluarga Cirrus akan segera berpindah ke Kanada dikarenakan urusan bisnis sang ayah. Dan Phugun harus berpisah dengan seseorang yang sudah berada di sampingnya hampir setiap saat itu sejak dirinya lahir ke dunia ini.

" Phi.. Harus sering berkunjung kesini ketika libur sekolah na," ucap Phugun yang tak rela melepas genggaman tangan tunangannya

" Ya Phu.. Phi janji akan sering main kesini, Phi pasti akan merindukanmu." jawab Cirrus meyakinkan tunangan kecilnya yang sejak perjalanan mengantar dirinya tak henti menangis hingga hidungnya memerah seperti tomat matang

" Awas saja kalau Phi ingkar! Phu akan mengutuk Phi nanti,"

" Hahaha.. Wah, Phu kecil Phi sekarang menakutkan." tawa Cirrus meledak mendengar kekesalan dari Phugun

" Hei Phu.. Kau tak merindukanku juga? Kalau Phi ku tak bisa menemuimu, masih ada aku kan.." sahut suara lain milik adik Cirrus

" Aku juga akan merindukanmu Phi.." Phugun melepas genggaman tangannya pada Cirrus dan beralih memeluk Title

" Aoo... Kalian berani sekali berpelukan di depanku," Cirrus melepas pelukan Phugun pada adiknya secara paksa

" Kau pelit sekali Phi. Harusnya yang jadi tunangan Phu itu aku, kan umur kami tak begitu jauh. Kau itu terlalu tua untuk Phu cantik," goda Title pada kakaknya

" Enak saja, Phu itu hanya milikku." interupsi Cirrus tak terima Phugun menjadi milik orang lain

" Sudah, Kalian itu ribut saja terus. Ayo.. Pesawat kita sudah mau berangkat." Pete menengahi kedua putranya yang jika diteruskan pasti akan menjadi pertarungan sengit

" Phu.. Phi pergi dulu na, Phu baik-baik disini." Cirrus menatap wajah tirus kecil dalam pandangannya

" Ya Phi. Phi juga," Phugun melambaikan tangannya melihat kepergian tunangannya berserta keluarganya yang semakin menghilang dari pandangannya







Satu tahun setelah kepindahan Cirrus bersama keluarganya ke Kanada, kejadian tak terduga menimpa keluarga Phugun.

Hari itu, Keluarga Phugun yang terdiri dari Ayah, Papa juga kakaknya semua ikut dalam penerbangan ke Jerman karena urusan bisnis sang ayah. Hanya Phugun yang tertinggal di rumah bersama para pelayan karena badan si kecil yang waktu itu sempat demam, sehingga tak memungkinkan untuk ikut dalam penerbangan panjang bersama keluarganya.

Dan kemalangan tak dapat terhindar dari takdir si kecil, Phugun yang masih berusia enam tahun kehilangan seluruh anggota keluarganya karena pesawat yang membawa rombongan itu terjatuh dan meledak di sebuah perairan setelah tiga puluh menit lepas landas.

Phugun yang masih dalam keadaan demam, dibawa ke rumah sakit setelah seluruh jasad anggota keluarganya ditemukan.

" Ayah.. Papa.. Phi.. Huuuaaa... Phu nanti sama siapa? Kenapa kalian tak mengajak Phu ikut juga? Kenapa Phu ditinggal sendiri? Kalian jahat! Kalian tak sayang Phu! Huuuu... Huuuuuu...." suara raungan tangis Phugun kecil menggema di ruang jenazah, membuat semua orang yang juga kehilangan anggota keluarga mereka dalam insiden itu merasakan kepiluan menyesak melihat anak sekecil itu, harus merasakan pahitnya kehilangan ditinggal keluarga terkasih

" Tuan muda.. Sudah tuan muda, badan tuan muda jadi panas kembali." Jenny, kepala pelayan di rumah Phugun memeluk tubuh kecil dan rapuh yang berada di tengah jenazah kedua orang tuanya

" Mae.. Ayah, Papa juga Phi meninggalkanku. Mereka tak mencintai Phu lagi," Phugun memanggil Jenny yang sudah merawatnya dari bayi dengan panggilan Mae

" Phu harus kuat na.. Masih ada Mae, Phu masih punya Mae." Mae Jen tak kuasa melihat kepergian majikannya yang mendadak meninggalkan putra bungsu mereka yang sedang sakit

" Ayah Jahat! Papa Jahat! Phi Jahat!" Phugun jatuh tak sadarkan diri setelah berteriak, demam si kecil kembali meninggi

Para pelayan yang ikut ke rumah sakit segera melarikan Phugun ke ruang gawat darurat, mengingat badan Phugun yang semakin panas.

Berita kecelakaan yang menewaskan keluarga sahabatnya membuat Pete dan keluarganya segera terbang kembali ke Thailand.

Mereka begitu terpukul karena kehilangan orang yang mereka cintai dalam waktu singkat, apalagi Phugun yang masih mengalami demam tinggi setelah kehilangan keluarganya.

Proses pemakaman menjadi tertunda karena menunggu kesehatan Phugun yang membaik dari demamnya.

Suasana mendung di siang hari mengiringi pemakaman yang baru saja selesai dilangsungkan. Seorang anak kecil duduk bersimpuh di tengah gundukan tanah tempat kedua orang tuanya dimakamkan.

" Phu sekarang sendiri.. Hiks, hiks, hiks..." tangis lirih itu masih terdengar memilukan

" Sayang.. Kau masih punya Papa Pete, Daddy Ve juga ada.. Cir juga Title ada untukmu. Kita keluargamu sekarang." Pete meraih tubuh kecil yang rapuh

" Phu ingin ikut Papa Gulf, Phu tak mau sendiri. Phu ingin menyusul Ayah juga Phi." rengek si kecil, kenyataan pahit itu masih tak bisa dia terima dengan pemikiran polosnya

Pete kembali menangis melihat putra sahabatnya menangis, matanya menatap nanar gundukan tanah yang masih baru. Harusnya sebentar lagi, keluarga Pete akan menghabiskan akhir tahun mereka di Thailand untuk menyambut tahun baru bersama, namun takdir justru membuat dirinya kembali ke Thailand lebih awal.

Bukan untuk menghabiskan akhir tahun bersama, melainkan untuk mengantar kepergian kedua sahabatnya bersama putra sulungnya ke tempat peristirahatan mereka. Dan meninggalkan si kecil yang terus saja menangis karena ingin mengikuti keluarganya.

Cirrus tak tega melihat Phugun yang terus saja menangis dalam pelukan sang papa. Melihat wajah pucat itu masih saja menangis membuat hatinya ikut merasakan sakit.

" Phu.." panggil Cirrus dan Phugun melihat tunangannya

" Phi.. Phu ingin ikut Papa," tangis Phugun

" Phu.. Phi akan menjaga Phu mulai sekarang, jadi Phu tak boleh bicara seperti itu lagi na.."

" Tapi Phu ingin Papa," rengek Phugun

" Papa Phu sudah tenang di atas sana, Phu harus disini bersama Phi. Kalau Phu terus saja menangis, Papa Gulf juga akan merasa sedih."

" Phu ikut Phi pulang na.."

Belum sempat si kecil menjawab, tubuh kecil dan pucat itu kembali tumbang. Badannya yang masih naik turun demamnya, membuat daya tahan tubuh Phugun melemah.

Usai pemakaman, Phugun kembali dirawat intensif di rumah sakit hingga satu minggu lamanya.










tbc

ok,cuma mau ngeluarin draft aja🤭

Help Me to Hate You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang