chap 12

6 1 0
                                    


______________________________________

R to R
______________________________________


























Ryujin turun dari atas motor Renjun lalu meninggalkan pemuda itu yang tengah memarkir motor. Ryujin berjalan dengan santai melewati pintu masuk rumah Lian, bahkan menimbul rasa curiga terhadap para sahabatnya. Lian yang memandang itu sontak mendelik heran akan tingkah aneh salah satu sahabatnya. Ryujin hanya akan senang jika berada disekeliling Renjun, itu terbukti benar.

Ryujin diam saja sejak datang beberapa menit yang lalu seraya memainkan ponselnya yang tidak berhenti berbunyi. "Gue kaya naksir sama kak Injun." Pengakuan Ryujin bukan membuat para sahabatnya kaget tetapi malah memutar bola mata malas.

"Elo itu bukan naksir."

"Tapi gamon." lanjut Lian yang sama kesalnya dengan Yemima.

"Ya seenggaknya gue gak diem-diem jalin hubungan sama musuh sendiri." sindir Ryujin yang memandang Yemima dengan sinis dan membuat Yemima memalingkan wajahnya. Ryujin hendak membuka mulutnya kembali namun terhenti saat ibunya Lian datang memberikan suguhan pada mereka.

Lian mendengus kecil lalu menggelengkan kepalanya gak percaya kalau sahabatnya berkelakuan minus. Bahkan Lian melihat sendiri tanpa tau malu Yemima mengambil satu toples kue kering begitu juga dengan Ryujin yang mengambil satu toples nastar ... Lian menghela napas panjang beranjak saat itu juga, gadis itu mendapati sang kakak yang terlihat sibuk terhadap pekerjaannya.

Ryujin meletakan kembali toples berisi nastar itu lalu menatap lurus Lian, "kakak laki-laki Lia ganteng ya?" Yemima menoleh lalu mengangguk pelan seakan tersihir akan ketampanan tersebut.

"Whoa! Gue kayanya bakal betah dirumah Si Lemot. Iya, gak sih?"

"Benar, sih."

"Coba abang lo dijajarin sama abangnya Lia. Kalah gak sih?"

"Bangetlah, anjrot!" Ryujin dan Yemima melupakan masalah mereka jika sudah dihadapkan dengan copan (cowok tampan). Sekelas Renjun saja bisa kalah jika udah disandingkan sama kakak laki-laki Lia.

Lian melirik sang kakak lalu melengos kecil saat manik mata mereka bertemu. Perasaan gadis itu gak enak ketika mengetahui kakaknya merubah raut wajah kalem itu menjadi dingin. Anehnya sang kakak gak mengatakan apapun. Lian menunduk gusar ketika mengetahui perubahan mood kakak laki-lakinya.

Lian menatap kedua temannya yang masih membicarakan paras kakak laki-lakinya, "kalian bisa gak ngomongin kakak gua? Orangnya lagi sensi anjir, nanti gue yang kena." Ryujin mengulum bibir dan Yemima mengerutkan kening aneh terhadap perilaku kakak Lia ... Yemima hampir membuka mulutnya namun gagal saat mendengar suara deep voice kakak dari Lian.

"Lianisa," panggil laki-laki itu dari dalam ruangan. Lian melengos masuk saat mendengar kakaknya memanggil kemudian melangkah masuk ke dalam rumah ... Lian hanya bisa menghela panjang karena pasti laki-laki itu akan memarahi dirinya.

Ryujin memandang lurus wajah Lian yang begitu tegang. Uh, gadis itu pasti takut karena kakaknya sendiri. Ryujin menoleh ke arah ponsel yang berdering dan tertulis nama sang sulung di sana. Ryujin mendengkus kecil akan sikap overprotective kakak pertamanya: anak perempuan itu melirik Yemima yang masih sibuk dengan ponsel pintarnya kemudian beranjak menciptakan jarak dengan dirinya.

Kak Thamrin: dmn?

Ningrum: rmh Lia

Gak ada balasan lagi Ryujin mengembuskan napas panjang lalu pandangannya beralih pada Yemima, yang sedang fokus pada bacaannya. Yemima mengangkat kepalanya karena ke rasa diperhatikan oleh gadis disebelahnya; Ryujin menghela panjang lalu merunduk seraya meletakan kembali ponselnya. Yemima mendelik heran saat Ryujin memerhatikan hingga sebegitunya.

Ryujin tau jika dua temannya memiliki kakak laki-laki sama sepertinya akan tetapi diantara Yemima dan Lian hanya Ryujin yang memiliki kakak banyak. Ryujin menatap langit-langit rumah Lian kemudian memandang Yemima dengan tatapan bertanya, "pernah gak sih abang lo kepo?" Yemima berpikir sebentar lalu menggeleng pelan kepala.

"Kayanya cuma abang lo doang sih yang gitu."

"Tukeran kuy," Yemima bergidik ngeri membayangkan hal yang belum terjadi lalu menggeleng kuat kepalanya membuat Ryujin tergelak pelan melihat reaksi temannya yang satu ini.

Ryujin gak bisa menahan rasa gelinya terhadap raut wajah Yemima yang terlihat enggan memiliki keluarga sepeeti keluarganya, Yemima masih mendelik dan membayangkan bagaimana hidupnya kelak jika mempunyai kakak sebanyak dan seprotektif itu. Ryujin mengatur pernapasannya yang mulai terasa berat karena terlalu banyak tertawa, gadis itu mengembuskan napas panjang lalu mengalihkan perhatiannya ke arah datangnya Lian.

"Ogah."

"Ada enaknya tau!"

"Enak apaan! Gue yang liat elo aja dha kaya ke presseure gitu." Ryujin terdiam sejenak lalu menunjukan cengirnya yang tampak tak berdosa, kemudian Ryujin beranjak dari posisinya lalu meraih tas dan berjalan keluar untuk bergegas pergi. Bahkan gak sampai satu menit saat Lian keluar dari dalam rumah dan bertanya pada Ryujin alasan pulang dari rumah gadis tersebut.

Lian mendengus kecil melihat acara kumpulnya berantakan gara-gara kakak laki-lakinya itu, gak hanya Ryujin saja pulang bahkan Yemima ikut beranjak juga dari posisi duduknya. Lian mulai merasa kesal dengan sikap kakaknya yang super menyebalkan itu, gak lama setelah kedua temannya pulang Lian masuk ke dalam dengan kaki yang dihentakan kesal; membuat sang kakak mengerut alis heran.

Lian melangkah ke arah kamar lalu membanting pintu dengan keras membuat sang ibu tersentak kaget akan tingkah putri bungsunya. Uh, yeah, ibunya baru saja sampai dari supermarket itu kenapa masih terlihat rapih. "Adik kenapa itu, Mas?" Ibu bertanya pada Liam namun yang ditanya hanya mengangkat bahu acuh.

"Mana, Mas, tau." Liam menegak lalu berjalan ke arah kamar Lian yang sudah jelas dari gerak-geriknya kesal terhadap dirinya. Lian bahkan gak mengatakan apapun saat sang kakak masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Lian hanya bisa menghela panjang dengan perilaku kakak laki-lakinya.

Lian memandang jendela dengan tatapan sendu lalu mengalihkan pandangannya sekilas dan menatap kembali luar jendela: Lian jelas gak boleh mengakui perasaan buruk itu terhadap kakaknya sendiri. Karena Lian juga sudah memiliki kekasih hati, Lian jelas tau kemana hatinya berlabuh karena perasaan yang gadis itu punya salah.

Gadis itu menatap lurus awan yang terus bergerak dilangit luar, apakah dibenarkan jika seorang adik memiliki perasaan terhadap kakak kandungnya sendiri? Apakah dibenarkan jika seorang adik memiliki hubungan yang lebih terhadap kakaknya sendiri? Kemana Lian harus bertanya mengenai pertanyaan retoris yang ada dikepalanya.

Lianisa A: p

Ryujin: paan?

Lianisa A: prnh gk abg-abg lo nksr sm lo?

Ryujin: kalo mau dicort dr kk mah gk mslh

Lianisa A: tp elo prcya insest gk?

Ryujin: org gila mana, yg mau melkukn hal smcm itu.

Read

Lian mendengus pelan terhadap reaksi temannya itu. Lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan kepala pening, sedangkan Liam masih menatap adiknya dari depan pintu, Liam berdeham memecah keheningan. "Ekhem!" Lian menoleh ke arah pintu seraya mengangkat satu alis heran.

























































_____________________________________

Continue....
_____________________________________

_____________________________________

Click ⭐ vote
commendnya 💬
_____________________________________

R To RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang