chap 5

20 2 0
                                    


______________________________________

R to R
______________________________________







































Sang gadis langsung saja menjauh dari sana seraya memberikan kode kepada maminya bahwa ia akan mengangkat telepon dan tanpa banyak tanya sang mami menyetujuinya lalu kembali pada pembicaraan ibu-ibu kompleks. Gak berselang lama acara tersebut usai ...
Sedrik baru saja datang dari Korea. Iya, pemuda itu termaksud dari jajaran pelajaran berprestasi yang dapat kesempatan untuk bekerja diperusahaan besar di sana: makanya sudah empat tahun pemuda itu baru kembali ke kampung halamannya. Visual Sedrik yang tampan gak pernah mendapatkan penolakan dari cewek manapun tetapi anehnya lelaki itu malah gak tertarik buat pacaran.

Wajah lelah Sedrik menyapa indra penglihatan gadis itu awalnya enggan bertatapan sama sepupu bobroknya itu namun saat melihat sogokan yang diberikan oleh cowok tersebut. Ryujin berbinar senang lalu meraih kaset itu lalu memeluknya erat. "Kamu bisa saja menyogoknya dengan kaset 10 ribu dapat tiga." Ryujin melotot dengan perkataan papanya itu.

"Papi! Bukan 10 ribu dapat tiga! Ini tuh mahal, ginjal kalian mana mampu!"

"Ya kali benaran 10 ribu dapat tiga." 

"Papi!" Ketiganya hanya tergelak ketika melihat ekspresi dari anak itu yang makin kesal dengan guyonan kedua orang tuanya, padahal lelaki setengah baya itu hanya meledek putri satu-satunya saja tanpa bermaksud lain. Sedrik menghela panjang seusai meredakan tawanya lalu menarik koper kepinggir nakas dekat meja tv: mungkin dirinya akan beristirahat sebentar sebelum kembali ke apartemennya. Laki-laki itu memainkan ponselnya kemudian ia berdiri dan melangkahkan kakinya ke arah dapur sembari mengambil minum tetapi ponsel gak pernah lepas dari genggaman tangan laki-laki tersebut.

Sedrik ingat kalau sepupu perempuannya itu memiliki seorang kekasih tetapi sampai saat ini ia belum bisa menemui pemuda yang berhasil membuat gadis banyak tingkah sepertinya memiliki seseorang yang bisa buat diajak deeptalk. Mungkin lelaki itu gak tau kalau keduanya sudah mengakhiri hubungan sejak lama tetapi sepupunya itu tetap saja memaksa ingin bertemu dengan Renjun. "Eh, katanya Mark elo punya someone." Papinya melirik penasaran lalu menatap anak gadisnya tajam.

Ryujin belum mengeluarkan sepatah katapun akan tetapi sudah terlihat begitu jelas tatapan sangar dari ayahnya sendiri. "Enggak sama sekali." Gadis itu berusaha tenang agar pria yang ada di sebelah kirinya gak begitu cemas lalu ia dapat pergi dari dapur sesegera mungkin. "Mulut bang Mara ember juga. Gue takut rahasia yang selama ini diumpetin malah jadi kebongkar." gumam Ryujin agak sedikit bergidik ngeri.

"Hayo ngomongin siapa!" Ryujin terkejut melihat ketiga kakak laki-lakinya itu masuk gak pake ketuk pintu dulu ... lagipula kenapa di saat yang bersamaan seperti ini. Gadis itu mengusap dadanya pelan-pelan lalu memukul kepala kakaknya satu persatu setelah itu sang adik pun akhirnya menghentakan kakinya sebel.

"Kalian ngagetin tau gak!"

"Maaf deh, habisan kamu kaya lagi ngomongin orang gitu." Haekal hanya tergelak ringan namun dua kakaknya cuma menyimak, Yuan dan Jaelani menoyor kepala adik ke enamnya dengan gemas. Mereka sadar jika di bawah ada sepupu mereka yang baru saja datang dari luar negeri tetapi ketika bertanya pada adik perempuan bungsu mereka itu malah tidak terjawab sama sekali.

"Sedrik kapan datangnya kakak kok gak tau?" Bukannya menjawab gadis itu malah mencibir sang kakak lalu melengos masuk ke kamar mandi karena kebelet buang air besar: Yuan tentu gak sakit hati sama sikap adik perempuannya tersebut.

"Makanya jangan lembur mulu."

R to R

Pemuda itu berjalan ke arah ruangan sekre di daerah gedung b sebelahnya terdapat koperasi yang dijaga sama salah satu temannya karena mencari uang tambahan jelas lelaki yang sedang buru-buru itu sama sekali nggak memerhatikan kalau ada tampilan berbeda dari sekre padahal itu sudah lama sekali ketika ia join sebagai humas di hima. Sebelumnya pemuda itu terlihat cuma berjalan dari arah koridor ke koperasi tetapi arah jalannya berubah saat melihat beberapa orang sedang melakukan penindasan tentu saja ia tak mau terlibat tetapi rasanya nggak pantas jika itu dilakukan di kampusnya sendiri. Meskipun itu bukanlah teman seangkatan atau bahkan sefakultas namun ada rasa nggak nyaman kalau melihat hal tersebut di depan mata.

"Berhenti; kampus bukan tempat buat orang-orang sampah kayak kalian untuk menindas mahasiswa lain harusnya kalian bertiga malu kalau sampai ini dilihat sama mahasiswa baru apa yang bakal mereka pikirkan nantinya malah nggak ada yang mau masuk ke fakultas kalian. Hanya karena satu dua orang tetapi satu fakultas yang malu cuma gara-gara perbuatan yang gak pernah mereka lakuin dan itu penyebabnya kalian semua."

"Gak usah ikut campur!"

"Gue gak akan ikut campur kalau perlakuan kalian bener tapi nyatanya ini enggak sama sekali bukan nggak ada satu orang yang buat membela orang ini tetapi mereka cuma takut nanti mereka yang kena imbas dari perbuatan yang kalian lakukan."

Renjun memang seharusnya gak ikut campur karena sejujurnya laki-laki itu sangat membenci yang namanya perkelahian tetapi pemuda itu nggak akan diam saja kalau melihat di depan matanya ada hal seperti ini dan siapa pun nggak bisa menolong. Darah segar keluar dari sudut bibirnya lalu ia berdiri seraya memegangi sudut bibir yang masih mengeluarkan darah tersebut, pemuda itu meludah ke sembarangan tempat kemudian membalas perbuatan mereka dengan setimpal saat lengah dirinya langsung berjalan begitu saja seraya menarik tangan si korban.

Renjun memberitahu teman-temannya lalu mereka terkejut saat tau dikampusnya masih ada hal semacam itu, memang segampang itu menceritakan hal hal yang menurut teman-temannya itu tabu tapi ketika melakukannya terasa sangat begitu berat apalagi itu mengenai penindasan yang terjadi di indonesia akan tetapi banyak hal yang bisa dipetik ketika para korban terkena dampak dari hal tersebut yaitu harus bisa menjaga diri dan tahu batasan yang harus diketahui.

"Terusan elo antar ke kelasnya?" tanya Jaerian yang begitu penasaran dengan cerita selanjutnya.

"Gak sih, tapi kalo liat yang kayak gitu rasanya agak miris soalnya lawannya itu lebih gede dari pada si korban tetapi yang jadi tindak pelakunya ga sadar diri atau gue yakin dia nggak akan pernah sadar diri korbannya orang macam apa gitu." Renjun berharap agar hal itu nggak terjadi di berbagai tempat dan musnah dari muka bumi ini agar para korban bisa hidup damai lalu bisa hidup berdampingan selayaknya manusia pada umumnya tanpa harus mengalami trauma atau tekanan tekanan yang membuat para korban jadi berpikir untuk menghilangkan nyawa diri sendiri serta kehilangan sosok jati diri yang sebenarnya setidaknya itu tidak ditempat yang saat ini membuatnya sedang menimba ilmu.


































































_____________________________________

Continue....
_____________________________________

_____________________________________

Click ⭐ vote
commendnya 💬
_____________________________________

R To RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang