>09<

209 31 0
                                    


Aku terdiam. Rasanya kaki ku tidak mau bergerak, semuanya kaku. Aku ingin kabur. Aku tidak ingin menyerang lelaki itu. Aku ingin kabur. Biarkan aku kabur..

"Kau tidak bisa kabur. Bunuh dia. Atau kau yang akan di bunuh."

Tidak. Lepaskan. Aku tidak ingin...

Cahaya biru muncul dari paha kirimu. Menimbulkan rasa sakit yang tiada tara. Perlahan kimono putih mu menjadi merah di bagian paha kiri.

Kau melihat hutan tadi dnegan tumpukan salju serta darah menjadi ruang hampa berwarna hitam. Tidak ada darah, salju, pohon, atau mayat keluarga Kamado.

"Bunuh, Shiomi. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh. Bunuh"

Kau segera melihat sekeliling. Namun kau hanya melihat warna hitam tanpa celah. Akhirnya kau memekik kesal.

"Baiklah! Ku bunuh! Biarkan aku pergi!"

Perlahan kau mulai merasakan cahaya terang tepat di matamu. Kau menatap sekitar yang tepat di depanmu seorang pria berambut hitam dengan topi menatap mu dnegan melotot.

"Bajingan!!!"

Teriak mu secara reflek. Kuku panjang mu mulai menggores muka pria itu. Namun serangan mu sama sekali tidak melukai pria itu. Pria itu mundur dan menyiapkan tentakel nya untuk menyerang mu. Tatapannya menjadi serius.

Kertas di pipi kanan mu yang bertuliskan 天 menjadi 死 yang artinya kematian. Warna kertas putih itu menjadi hitam dengan tulisan berwarna merah.

Pisau di balik kimono mu mulai melayang di belakang tubuhmu. Pisau itu bergerak untuk menyerang pria yang tidak jauh darimu.

Namun reflek pria itu lebih cepat dari pada arah pisau mu. Bahkan tentakelnya mulai menyerangmu kembali. Saat tentakel itu hampir mengenai mu, sebuah pelindung berwarna emas melindungi mu.

"Kibutsuji Muzan!!!" Kau berteriak dan mengarahkan semua kertas serta pisau mu untuk menyerang pria itu.

Sedangkan pria itu hanya sedikit kesusahan untuk mengurus benda benda yang menyerang nya. Pria yang bernama Kibutsuji Muzan itu berdecak kesal.

"Sialan kau, bocah.." Desisnya. Ia mulai membuang semua kertas serta pisau mu.

Tentakelnya mulai bergerak cepat untuk melukaimu lagi. Pelindung yang masih di sekitar mu menghalangi nya. Dengan tentakel banyaknya, ia berhasil meretakkan pelindung mu.

"Daruma!!" Kau berteriak. Boneka boneka kecil yang dari awal kau bawa mulai berlari kearah Muzan.

Setiap tentakel Muzan mengenai boneka Daruma itu, para boneka mulai meledak dan mengeluarkan api. Sehingga tentakel Muzan itu hancur.

Itu bukan masalah bagi raja iblis itu. Ia bisa langsung regenerasi tentakel nya dengan cepat. Tak kalah boneka Daruma mu terus keluar sehingga kejadian itu terulang ulang.

"Bocah brengsek!" Pekik Muzan dnegan kesal. Ia menghilang dan berdiri tepat di belakangmu.

Namun gerakan Muzan di hentikan oleh cahaya yang dari bawah tubuhnya. Cahaya itu semakin terang dan segera meledak.

Sehingga menciptakan ledakan yang besar. Bahkan tanah di bawah ledakan itu bolong. Asap dari ledakan itu juga berwarna ungu dengan bau bunga wisteria.

Namun, tentu saja sebelum meledak, Muzan sudah mundur. Dia hanya tergores sedikit di tangan kanan nya.

"Kau menarik bocah, akan ku suruh bawahan ku untuk menangkap mu. " Lalu tubuh Muzan itu mulai terjatuh ke bawah saat petikan biwa terdengar.

Kau menjatuhkan tubuhmu ke tumpukan salju dengan napas tereng. Dan kertasmu menjadi putih kembali.

Onegai, Amaterasu-sama !![KNY x reader] HIATUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang