🌻04.Mubar🌻

35 30 0
                                    

✎ Jangan lupa Vote and Komen ✎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✎ Jangan lupa Vote and Komen ✎

❗ TYPO BERTEBARAN ❗

"Bolehkah aku berharap untuk bisa lebih dekat dengannya?"
─ Liza ─


Di dalam ruangan yang sepi terlihat seorang gadis yang sedang bermain ponselnya dengan tidak bersemangat. Suara dari ponselnya menggema di dalam kelas yang masih sunyi itu.

Jam dinding yang berada di kelas masih menunjukkan pukul 05.40 WIB─ yang artinya murid lainnya belum datang lantaran masih terlalu pagi.

Gadis itu menghela nafas panjang beberapa kali. "Karena di diemin Ara gue jadi gak semangat gini.." gumamnya lirih. Itulah masalahnya.

"Gue harus gimana biar dapet maaf dari Ara.." ia menelungkupkan wajahnya pada celah lipatan kedua tangannya.

"Nih"

Suara seseorang yang Kiran kenal─ seseorang yang selama dua hari ini mendiami dirinya. Dengan cepat Kiran mendongakkan kepalanya─ menatap Ara dan sesuatu yang dia sodorkan secara bergantian dengan raut wajah terkejut.

Tidak mendapat gerakan dari Kiran membuat Ara geram. Akhirnya ia memilih duduk di bangku depan Kiran.

"Buat lo" ucapnya kembali menyodorkan bakpao yang baru saja ia beli.

"Ra?" Panggil Kiran dengan raut wajah yang ergh sulit di artikan.

"Apa"

Menghiraukan bakpao itu, Kiran lebih memilih menggenggam erat kedua tangan Ara, membuat gadis itu tersentak kaget. "Maafin gue ya.. tolong jangan diemin gue kayak gini, gue gak bisa Ra.." ujar Kiran bergetar.

"Gue beneran nyesel. Gue gak tau lo bakal semarah ini sama gue, maaf Ara.." tambahnya.

Ara tersenyum tipis, kemudian dirinya mengangguk. Sontak kedua pupil mata Kiran membesar, "l-lo beneran udah maafin gue Ra?" Tanya Kiran pelan. Anggukan kecil kembali Ara tunjukkan.

Grep

"Makasih Ra, makasih. Sekali lagi maafin gue" di peluknya tubuh Ara erat membuat sang empu sedikit kesulitan bernafas.

Ara memukul-mukul punggung Kiran, "l-lepas Ran! G-gue gak bisa nafas!" Pekiknya berusaha melepaskan diri.

Kiran reflek melepaskan pelukannya. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Sorry" ucapnya tak enak hati.

"Gila lo! Mau bunuh gue hah?!" Ara mendelik tajam. Kiran menangkup kedua tangannya tanda meminta maaf.

"Asli gue kira gue bakal mati" ucap Ara pelan dengan nafas terengah-engah.

"Ra" panggil Kiran membuat Ara langsung menolehkan wajahnya. Ara menaikkan satu alisnya.

"Kenapa lo mau maafin gue?" Tanya Kiran penasaran.

Line of Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang