🌻09.Bangkit🌻

37 27 7
                                    

✎ Jangan lupa Vote and Komen ✎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✎ Jangan lupa Vote and Komen ✎

❗ TYPO BERTEBARAN ❗

"lo bener-bener gak jago akting ya"
─ Dewa ─


Setelah acara pemakaman selesai, Gavin dan Naomi membawa Ara pulang ke rumahnya. Mereka pikir, Ara masih memerlukan waktu untuk berdamai dengan keadaan.

Gadis itu masih terisak pelan di dalam dekapan hangat Gavin. Yang mampu Gavin lakukan saat ini hanyalah memeluk erat tubuh itu dan memberikan elusan lembut pada punggungnya.

"Di minum dulu sayang," titah Naomi yang baru saja kembali dari dapur untuk membuat teh hangat.

Gavin membantu Ara untuk meminum teh itu. "Merasa lebih baik?" Tanyanya lembut. Ara mengangguk pelan sebagai balasan.

"Om tau kamu sedih, tapi Om minta sama kamu. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan ya?" Ujar Gavin dengan nada lembut.

"Kamu di sini gak sendirian. Masih ada Om, Tante, juga Aksha. Kami juga keluarga Ara kan.." sambungnya.

Ara kembali memeluk tubuh Gavin. Menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Gavin, membuat suara isakan tangisnya terendam.

"J-jangan tinggalin A-ara sendirian.." ucapnya terbata. Tubuhnya kembali bergetar.

"Gak akan ada yang ninggalin kamu nak," ujar Gavin seraya mengelus lembut surai hitam Ara.

"Jangan nangis terus ya sayang, Tante ikutan sedih lho.." ucap Naomi dengan raut wajah sedihnya.

Mendengar ucapan Naomi, dengan cepat Ara menghapus kasar air matanya. "Ara gak nangis lagi!" Ucapnya lantang.

Gavin dan Naomi saling memandang sejenak, kemudian kembali menatap wajah Ara. Mereka tersenyum lega.

Aksha mengusak gemas rambut Ara. Tatapan tajam Ara layangkan saat sesuatu mengusiknya. "Aksha!" Pekiknya marah.

Raksha hanya menunjukkan raut wajah datar khasnya. "Apa?" Ucapnya polos.

"Jangan mainin rambut aku!" Ketusnya.

"Oh" balasnya.

Ara semakin geram dengan jawaban singkat itu. Kedua jarinya di gerakkan ke arah matanya lalu ke arah wajah Raksha. Seolah sedang memberikan tatapan ancaman padanya.

Namun Raksha tetaplah Raksha. Seorang yang sangat cuek mana peduli dengan ancaman Ara. Raksha tersenyum menanggapi tatapan tajam Ara.

Line of Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang