🌻17.Sisi Rapuh🌻

12 6 1
                                    

✎ Jangan lupa Vote and Komen ✎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✎ Jangan lupa Vote and Komen ✎

❗ TYPO BERTEBARAN ❗

"Apa bagi seorang ayah nilai lebih penting dibandingkan putrinya?"
─ Allya ─


Bohong jika Ara bilang ia baik-baik saja. Sakit? Tentu saja. Hati siapa yang tidak sakit saat cintanya tidak terbalaskan?

Namun Ara berusaha tegar. Ia yakin pada dirinya bahwa ia mampu untuk bangkit. Asalkan Raksha bahagia dengan siapapun itu, Ara akan bahagia.

Mereka melerai pelukannya.

"Ma-" ucapan Raksha terhenti saat Ara mengisyaratkan untuk tidak mengucapkan kata 'maaf' lagi.

"Kamu gak salah jadi gak perlu minta maaf," ujarnya.

"Asal kamu bahagia dengan siapapun itu, aku akan ikut bahagia Sha. Karena kebahagiaan kamu itu prioritas utama seorang Ayyara Nareswari," ucapnya dengan penuh percaya diri.

"Jadi gak usah pedulikan aku ya? Aku gapapa kok,"

Namun ucapan Ara tentu membuat Raksha tidak percaya. Ia tau betul seperti apa sosok gadis dihadapannya. Seberat apapun yang dialaminya, dia pasti akan selalu mengatakan bahwa dia baik-baik saja dan terus menutupinya dengan senyuman. Kenyataannya tidak. Hati dan pikirannya saling bertolakbelakang.

"Duarius aku gak bohong kok," ucap Ara meyakinkan seraya menunjukkan dua jarinya membentuk huruf 'V'.

"Jangan sembunyiin luka apapun dari aku," kata Raksha terkesan seperti pernyataan yang tak ingin di bantah.

"Tentu saja! Apapun itu aku pasti bakal cerita ke kamu!" Seru Ara bersemangat.

Tangan Raksha beralih mengambil Paper bag yang sejak tadi dibawanya. Kegiatan itu tentu membuat Ara menatapnya bingung.

Awalnya Ara memang ingin bertanya, apa isi dari Paper bag itu. Namun, niatnya ia urungkan karena ia tidak ingin terlihat kepo.

Raksha menyodorkan Paper bag itu di hadapan Ara. "Buat kamu," ucapnya.

Ara menerima dan menatapnya sekilas. "Apa ini Sha?" Tanyanya kembali menatap wajah Raksha.

"Buka aja"

Demi memuaskan rasa penasarannya, dengan cekatan ia membuka isi dari Paper bag itu. Alangkah terkejutnya saat ia melihat isi di dalamnya.

"Aksha, ini.." lirih Ara seraya menatap Raksha dan sesuatu itu secara bergantian.

Seolah mengerti tatapan terkejut Ara, Raksha mengangguk. "Saat kita main lempar bola, di sebelah stand itu ada mesin capit boneka dan aku liat kamu terus liatin boneka Teddy bear itu. Aku pikir kamu menginginkannya jadi aku memainkan dan mendapatkannya untukmu," jelasnya panjang lebar.

Line of Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang