🌻Flashback🌻

46 45 4
                                    

✎ Flashback On

Malam itu sebuah mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Jalanan nampak sepi karena jalur yang mereka lalui berada di sekitar perbukitan. Selain karena hal itu, jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam membuat beberapa kendaraan tidak berani melewati jalan tersebut lantaran gelap.

Seorang anak perempuan berusia 7 tahun memeluk erat tubuh Kakak laki-lakinya. Ia sangat takut sekarang. Dirinya bahkan sudah menangis seraya terus memejamkan kedua matanya.

"A'a.. Adek takut.. hiks," ungkapnya pada sang Kakak. Tubuhnya bahkan sudah bergetar hebat.

Sang Kakak semakin mempererat pelukannya pada Adik kecilnya. "A'a di sini, Adek jangan takut ya. Adek berdoa ya supaya kita baik-baik aja" tutur anak laki-laki berusia 12 tahun pada Adiknya.

"Kalian tetap berpelukan ya. Jangan lupa terus berdoa agar kita selamat" sang Bunda menatap khawatir kedua anaknya. Tidak dapat di pungkiri bahwa dirinya juga sangat takut.

Anak laki-laki itu mengangguk. Ia harus melindungi Adiknya.

Mobil itu semakin berjalan tak beraturan. Sudah beberapa kali sang Ayah menginjak pedal rem tetapi tidak bekerja sama sekali.

Sebuah motor tiba-tiba melintas di depan mobil tersebut yang membuat sang Ayah reflek membanting setir agar tidak bertabrakan dengan motor itu.

"Ku mohon lindungi lah istri dan kedua anak ku.." batin sang Ayah sebelum membanting setir yang membuat mobilnya menabrak pepohonan.

Brak!

Asap mulai muncul dari dalam mobil. Pasangan suami istri itu kehilangan kesadaran akibat benturan keras yang mengenai kepala mereka.

Di sela-sela kesadarannya sang Kakak menatap wajah Adiknya yang telah kehilangan kesadaran akibat tabrakan itu. Bahkan ia masih setia memeluk tubuh Adiknya, melindunginya agar tidak terluka.

"A-adek.. h-harus bertahan.." lirihnya.

"A-ayah.. B-bunda..,"

Beberapa warga yang kebetulan lewat membantu menyelamatkan korban. Mereka membawa kedua anak itu keluar dari mobil sebelum sesuatu buruk terjadi.

"O-om tolong.. A-yah B-unda.." dengan susah payah ia berusaha untuk mengeluarkan suara, menghiraukan rasa sakit yang mulai menyerang tubuhnya.

Orang tersebut mengangguk, ia menatap nanar anak laki-laki itu, "kami akan menyelamatkan kedua orang tua kamu" ujar orang tersebut.

Duarrr!!

Namun na'as, belum sempat mereka membantu pasangan suami istri itu keluar, mobil tersebut meledak hingga membuat puing-puing mobil terlempar kemana-mana.

Kedua bola mata anak itu membulat kala melihat mobil sang ayah meledak. Ayah dan Bundanya belum di selamatkan!

Ia berusaha untuk berdiri dan ingin mendekat ke mobil. Namun tubuhnya di tahan oleh beberapa warga. "Adek mau kemana. Di sana berbahaya" peringat salah satu warga.

"Lepas! Aku mau menyelamatkan Ayah dan Bunda, lepaskan aku!" ia terus memberontak dan berteriak.

"Kita tidak bisa berbuat apa-apa.." tutur salah satu warga pelan. Ia merasa kasihan atas musibah yang menimpa keluarga kecil itu.

"LEPASKAN AKU! BIAR AKU SAJA YANG MENYELAMATKAN MEREKA!" Tangisannya pecah. Rasa sakit yang membuatnya tersiksa bercampur dengan rasa takut akan kehilangan kedua orang tuanya membuatnya tidak bisa mengendalikan diri.

"A-ayah.. hiks B-bunda, hiks.." ucapnya lirih sebelum kegelapan datang menemuinya.

ꕤꕤꕤꕤꕤ

Gadis kecil itu terus menerus menangis. Tangisan yang terdengar sangat memilukan. Air mata tak henti-hentinya turun membahasi kedua pipi chubby nya.

Ia memeluk erat sebuah nisan dengan nama sang Ayah tertera di sana. Anak laki-laki itu menatap sendu Adiknya. Ia juga sedih, ia juga merasa kehilangan, tetapi ia harus tetap tegar. Bukankah ia seorang Kakak? Maka ia harus lebih kuat agar dapat membantu Adik kecilnya untuk bangkit.

"A-ayah hiks k-kenapa.. Ayah pergi secepat ini? hiks," ia memeluk gundukan tanah yang masih baru itu, tak memperdulikan bahwa baju putihnya telah kotor.

Ia meremas kuat tanah-tanah itu seolah menyalurkan rasa sakit dan sedihnya. "Bunda juga.. k-kenapa hiks kenapa?" Tangisnya semakin kencang.

Anak laki-laki itu mendekat. Ia berjongkok tepat di samping sang Adik. Ia membawa tubuh mungil itu kedalam pelukan hangatnya. Mengelus punggung sang Adik berharap membuatnya merasa lebih tenang.

"A'a.. hiks i-ini semua salah Adek. Kalo aja Adek gak maksa buat pergi liat k-kembang api, hiks.. p-pasti Ayah dan Bunda gak akan pergi ninggalin kita.. hiks Adek minta maaf..," anak laki-laki itu ikut menitihkan air mata saat mendengar racauan yang terlontar dari bibir mungil Adiknya.

Anak laki-laki itu menangkup wajah sang Adik, memaksa nya untuk bertatapan langsung dengannya "dengerin A'a, kecelakaan itu terjadi karena takdir bukan karena Adek. Mungkin memang sudah saatnya untuk Ayah dan Bunda pulang. Jadi jangan pernah menyalahkan diri Adek karena kecelakaan ini, Ayah dan Bunda gak akan suka kalau liat ini" ia mengusap lembut air mata yang masih setia terjun dengan bebas itu.

"Adek jangan sedih lagi ya? Kalau Adek sedih A'a juga ikutan sedih. Nanti Ayah sama Bunda ikutan sedih kalau Adek kayak gini. Ikhlaskan mereka ya? Izinin Ayah sama Bunda buat pulang ya?" Bujuk sang Kakak.

Dengan ragu sang Adik mengangguk pelan. Yang dikatakan Kakaknya memang benar. Seberat apapun itu ia harus berusaha untuk mengikhlaskan kedua orang tuanya. Ia masih memiliki Kakak di dunia ini yang akan selalu menemani dan menjaganya.

Perlahan ia menghadap makam kedua orang tuanya. Kedua tangan nya ia gunakan untuk memegang nisan sang Ayah dan Bunda. Ia tersenyum tulus, "Ayah, Bunda, Adek udah ikhlasin kepergian kalian. Adek harap suatu saat nanti saat Adek sama A'a pulang, Ayah dan Bunda jemput ya? Adek minta maaf kalau selama ini Adek belum bisa jadi anak yang baik untuk kalian"

Ia menarik nafas sejenak, dada nya terasa sesak karena berbicara saat menangis. Ia menghapus kasar air matanya, "Ayah dan Bunda berbahagialah di sana. Selamat beristirahat, Adek sayang kalian" senyuman itu masih ia pertahankan.

Sang Kakak kembali memeluk erat tubuh Adik kecilnya yang kembali bergetar hebat. Sebuah pelukan hangat membuat sang Kakak kembali menangis. Ia yakin sekali, pelukan ini adalah pelukan yang Ayah dan Bunda nya berikan.

"A'a janji akan jaga Adek baik-baik. Ayah dan Bunda berbahagialah di sana, jangan lupa untuk datang ke mimpi A'a dan Adek ya, A'a sayang kalian.."

Ia memejamkan kedua matanya. Menikmati pelukan hangat yang tak akan pernah ia rasakan lagi nantinya.

Angin berhembus pelan membuat gadis kecil itu melepaskan pelukannya. Ia berdiri dan menatap sang Kakak. "Ayo kita pulang ke rumah A'," ajaknya di sertai senyuman.

Anak laki-laki itu mengangguk, "ayo Dek"

Mereka tersenyum menatap dua gundukan tanah yang masih baru itu "kami pulang dulu ya Ayah, Bunda. Assalamu'alaikum" ucap mereka bersamaan sebelum pergi meninggalkan tempat para manusia yang telah di panggil oleh-Nya, beristirahat dengan tenang.

Breaking news

Minggu, 25 Agustus 2013. Telah terjadi kecelakaan sebuah mobil di jalan dekat perbukitan yang berada di kota Bandung pada pukul 22.20 WIB. di duga kecelakaan tersebut terjadi karena rem mobil blong. Karena sebuah motor tiba-tiba melaju membuat pengendara mobil tersebut membanting setir dan menabrak pepohonan.
Sepasang suami istri tidak dapat diselamatkan karena ledakan mobil terjadi begitu besar. Kedua anak korban berhasil diselamatkan dan hanya mendapat luka ringan.

Biodata korban

Nama : Arya Nareswari
Usia : 41 tahun

Nama : Elena Nareswari
Usia : 40 tahun

✎ Flashback Off

story written by Raa_My

Line of Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang