chap40

2.1K 116 2
                                    

**✿❀ 𝑠𝑎𝑤𝑎𝑑𝑑𝑖 𝑘ℎ𝑎 𝑡ℎ𝑢𝑘ℎ𝑢𝑛❀✿**

𝐽𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑝𝑎 𝑣𝑜𝑡𝑒, 𝑐𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑓𝑜𝑙𝑙𝑜𝑤 𝑦𝑎😉👍

𝐹𝑜𝑙𝑙𝑜𝑤, 𝑐𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑓𝑜𝑙𝑙𝑜𝑤 𝑛𝑦𝑎 𝑔𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑘😘

"

Nanon!"

Panggilan Chimon menghentikan langkah Nanon yang hendak keluar kantor. Pria manis itu berbalik menghadap sahabatnya.

"Kamu sudah mau pulang?" Nanon menganggukkan kepala. Jam kantor sudah selesai, ia juga tidak ada urusan apa-apa lagi. Jadi ia akan langsung pulang ke rumah.

"Ke rumah Win  yuk," ajak Chimon. Nanon cukup terkejut mendengarnya. Duh, dia belum berani ketemu Win sekarang, dia takut. Kan Win masih marah sama mereka.

"Memangnya Win udah nggak marah lagi? Aku takut ke rumahnya kalo dia masih marah." ujar Nanon. Win  itu kalau marah semua barang pasti dia lempar-lempar. Marahnya Win seram, wajarlah Nanon takut. Lebih baik cari aman.

"Tenang aja. Win udah maafin kita kok. Barusan dia telpon aku. Katanya dia nelpon kamu juga tapi nomor kamu sibuk." kata Chimon. Oh, mungkin karena Nanon lagi telponan sama kak Ohm tadi. Tapi Nanon masih berpikir dua kali. Benarkah Win tidak marah lagi?

"Kamu yakin dia udah nggak marah?"

"Mm. Yakin. Ayo ikut saja. Dia udah lupain Bright kok." Chimon lalu menarik tangan Nanon. Mereka naik taksi yang sudah ia pesan lewat aplikasi gojek barusan.

Selama perjalanan ke rumah Win, Nanon masih ragu-ragu. Tapi kemudian keraguan itu mendadak hilang ketika Win menyambut mereka dengan senang hati, pria manis itu sudah kembali menjadi Win yang ceria seperti biasanya.

"Beneran kamu udah nggak marah lagi?" Chimon bertanya. Mereka bertiga sekarang sedang bersantai di balkon kamar Win.

"Mm. Aku sadar aku yang terlalu berlebihan. Padahal yang salah itu Bright. Dia memang pria brengsek. Percuma tampan, populer, kaya, tapi kelakuannya brengsek. Lebih baik cari cowok lain aja. Aku nggak mau berharap sama tuh cowok lagi." kata Win panjang lebar. Setelah berhari-hari ia berpikir Bright memang tidak cocok dengannya.

"Non," win melirik Nanon.

"Ya?"

"Aku minta maaf ya, udah kasar sama kamu. Tapi tenang aja, sekalipun benar Bright mau ngejar kamu, aku nggak apa-apa kok. Udah nggak respek aku sama dia. Tapi kalo boleh aku saranin sih kamu jangan gampang termakan sama semua sifat lembutnya dia. Yang keliatan baik diluar belum tentu hatinya benar-benar baik." tutur win gamblang. la sudah terlalu kecewa sama perbuatan laki-laki itu, jadi sekarang ia hanya bisa lihat segala keburukan dari lelaki semacam itu.

"Hussh Win, kamu nggak boleh jelek-jelekin Bright dong. Semua orang juga tahu tuh cowok paling baik seantero kampus. Paling suka nolongin orang susah." tegur Chimon. Nanon mengangguk setuju dengan Chimon. Orang dia sendiri juga selalu liat sikap baik senior mereka itu pada banyak orang.

"Biarin." ucap Win enteng, saking dendamnya dia sama Bright. Chimon dan Nanon hanya menggeleng-geleng kepala.

"Sekarang jangan bahas Bright lagi. Gimana kalo kita bertiga jalan-jalan ke pasar malam? Udah jarang banget loh kita jalan bertiga." nanon langsung setuju begitu mendengar chimon menyebut pasar malam. Dia suka yang namanya pasar malam, karena ada banyak sekali aneka makanan yang bisa ia makan.

Sebulan lalu ia pernah pergi ke tempat itu dengan kakak iparnya, namun waktu itu ia tidak bisa bebas memilih karena dilarang kak ohm. Katanya makanan-makanan yang dijual dipinggiran jalan begitu harus di uji dulu kebersihannya, kalau tidak dia akan sakit begitu makan. Dan banyak lagi alasan kak ohm melarangnya makan jajanan pinggir jalan yang berujung pada nanon sama sekali tidak jadi makan satupun.

Jadi begitu mendengar chimon mengajak ke pasar malam ia langsung setuju. Kali ini dia akan makan banyak jajanan enak itu.

"Kalo gitu tunggu aku ganti baju sebentar." ucap win beranjak dari duduknya masuk ke dalam kamar.

***

Diluar kota, ohm akhirnya bisa beristirahat sebentar. Kesibukan hari membuatnya sangat kelelahan. Pria itu sampai merasa tidak sanggup naik ke kamar hotelnya dilantai atas. la berhenti dan duduk sebentar di lobby hotel.

Pria itu mengeluarkan ponsel lalu menelpon nanon. Hampir seminggu ini ia tidak bisa menelpon pria manis itu karena jadwalnya yang sangat padat. Dan semua itu bisa terobati siang tadi. nanon sendiri yang menelponnya, meski maksud pria manis itu menelpon mau minta ijin pinjam buku, tetap saja ohm senang. Karena ia bisa mendengar suara indah pria manisnya. Malam ini ia ingin mendengar suara nanon lagi, mumpung ada waktu sebentar.

ohm mengernyitkan dahi karena ponsel nanon tidak aktif. Pria itu lalu melirik ke jam tangannya sebentar.

"Apa dia sudah tidur?" ia bergumam sendiri.

"ohm,"

Lagi-lagi suara yang tidak ingin ia dengar itu kembali mengganggunya.

"Kau kenapa di sini? Kelelahan? Mau aku bantu antar ke kamar?" Dian berdiri dihadapan ohm, berlagak sok dekat sekali. Bahkan dengan berani ia menunduk meraih lengan pria itu, padahal ohm saja belum bilang setuju.

"Berapa kali harus aku peringatkan padamu jangan menggangguku kalau bukan masalah pekerjaan." ohm menghempas tangan Dian yang sengaja menyentuhnya. Lalu menatapnya dingin. Ingin sekali dia memecat wanita itu dari kantor, tapi dia takut mamanya akan mengamuk. Kalau mamanya sampai mengamuk, masalahnya akan lebih panjang dan membuatnya sakit kepala.

"Tapi ohm, kau keliatan sudah tidak bertenaga lagi. Aku hanya mau membantumu saja. Aku takut dirimu tumbang kalau balik ke kamar sendirian." Dian bersikeras. ohm menatapnya tajam.

"Hanya membantu? Huh!" pria itu mendengus keras.

"Dengar, aku tidak butuh bantuanmu. Pergi!" usirnya sarkas. Sampai-sampai petugas resepsionis di depan sana memperhatikan mereka. Tapi ohm tidak peduli. Wanita tidak tahu malu seperti Dian ini memang perlu dikasari biar sadar. Semoga saja memang sadar. Soalnya dari dulu Dian ini tidak pernah berubah.

"ohm, kalau kau terus menolak niat baikku aku akan telpon mama kamu sekarang. Aku akan bilang kamu tidak mempedulikan kesehatanmu dengan bekerja siang malam nonstop." Dian mengancam.

ohm berdiri, menatapnya dengan tatapan yang amat sangat menusuk. Perempuan gila, caper.

"Coba saja kalau kau berani, jangan salahkan aku kalau besok kau mendapatkan surat pemecatanmu."

"Aku tidak takut dengan ancamanmu. Lagian aku melapor ke tante demi kebaikanmu juga." Dian mengangkat dagunya tinggi-tinggi, karena ia tahu ohm pasti tidak akan berani memecatnya.

"Kau tahu aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, kau juga tahu aku sangat ahli dalam menghancurkan hidup seseorang bukan? Tikus kecil sepertimu bukan lawanku."

Senyuman di wajah Dian menghilang seketika. Kali ini ia berubah ciut. Dengan terpaksa wanita itu berbalik pergi dari situ.

ohm membuang napas kasar. Muak sekali dia dengan wanita itu.

GAIRAH LIAR SANG KAKAK IPAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang