BAB 1

1.1K 62 2
                                    

Senin 21 September 2023
Pukul 12.15 Waktu Indonesia Barat.
Siang ini matahari begitu panas, anginpun hanya bisa menyapu tipis dedaunan di atas pohon.
Suara kenderaan berlalu lalang di setiap jalanan kota.
Asap knalpot berbagai macam kenderaan roda dua maupun empat semakin membuat hawa kota semakin panas.
Kecelakaan, macet. Selalu terjadi di setiap jalan kota.
Jakarta. Ibu Kota Indonesia, kota yang di penuhi berbagai gedung pencakar langit.
Di kota ini banyak hal yang ditemukan.
Kendaraan roda dua kebut kebutan, sirine polisi, perampokan, dan pengemis.

Leon. Nama yang bagus bukan?
Itu namanya, sejak kabur dari panti asuhan, Leon hanya bisa mengemis seperti anak-anak gembel lainnya.
Leon. Bocah itu memiliki pipi chuby, kulit putih susu, hidung kecil, bibir chery, tinggi yang hanya 134 saja. Jangan lupa binar mata yang bulat itu.
Bocah yang masih berumur 5 tahun ini harus terpaksa menghadapi kerasnya dunia.
Siksaan, cacian, serta gunjingam tidak pernah luput dari hidupnya. 
Meski hal itu semua terjadi pada Leon, dia masih tetap bisa berdiri dengan kedua kaki yang mungil itu, serta keteguhan hati.

"Celibu, dua libu, empat ... eh! Calah calah. Tiga libu, lima puluh! Wahh .... Leon punya banyak uang hali ini! Yeay!!" Seru Leon bahagia sehabis menghitung uang hasil mengamen tadi.

Leon berdiri lantas kembali mengemis saat lampu lalu lintas menunjukan warna merah.

"Kacih dengalkan lah, cuala hatiku memanggilmu," nyanyian sumbang serta suara cadel itu mengelitik telinga bagi yang mendengarnya.
Termasuk pasangan paruh baya yang  sedang menatap kearah Leon. Yang mana saat ini berada disamping mobil mereka.

Sang wanita lantas mengeluarkan uang berwarna biru itu lalu memasukkannya kedalam saku baju Leon. "Ambil anak manis," ucap Wanita itu sembari  tersenyum.

"Uwaahhhh uang na banyak aunty! Celius ini buwat leon?!" Seru Leon  antusias.

Menganggukkan kepala lalu terkekeh saat melihat anak kecil yang  menggemaskan itu. 
"Iya Leon, itu semua untukmu."

"Makacih banyak banyak aunty cancik, cemoga, aunty cekelualga dilimpahkan lejeki na dan cemoga aunty cancik bahagia telus."

"Amin ... ya sudah, Aunty jalan dulu yah, dadah Leon."

"Dadah Aunty!!" Teriak Leon  kegirangan.

"YEAY!!! DAPAT UANG BANYAK!!"

Saking girangnya, ia tak menyadari orang yang sedari tadi mengawasi pergerakkannya, yang tak jauh dari posisi bocah itu sekarang.
Nasibmu buruk hari ini bocah. Batin orang itu.

'La la la ...'
'Aku cayang cekali!! Dola ... e ... mon!'

"BOCAH!!"

"Eh, Ayam!"

Sakin kagetnya ia tak sengaja menyandung kakinya sendiri hingga membuatnya terjatuh.
Leon, bocah itu asik bernyayi ria, tanpa menyadari bahaya yang mengikutinya sedari tadi.
Hingga sampai dimana ia berada di sebuah gang sempit nan sepi, tiba-tiba ia mendengar suara bentakkan dari arah belakang.
Berdiri, Leon lantas berbalik dan melihat siapa yang telah berteriak tadi.

Tegang. Sekujur badan Leon mengigil ketakutan, ludah pun terasa susah untuk ia telan, jantung Leon terasa berhenti saat itu juga.
Bagaimana tidak? Orang yang meneriakinya adalah orang yang selama ini selalu merampas uang hasil mengamennya.

'Glek'

"Pa-paman?" Cicit Leon sembari  melangkah mundur secara perlahan.

"Ck, hi bocah!" berdecih lalu tersenyum miring menatap Leon.

"Asik bergembira? Sepertinya kamu mendapatkan durian jatuh hari ini?" Tanya preman itu sambil menatap intimidasi kearah Leon.

"Eng-engak paman! Ngak sama sekali kok!" Elak Leon sambil melangkah mundur untuk bersiap kabur.

"Jangan berbohong bocah! Kau pikir saya tidak tahu? Cepat berikan semua uangmu!" Mengadahkan tangan, pria itu melotot garang ke arah Leon.

"Ngak mau! Ini uang punya Leon! Paman cali uang cendili dong! Bial bica punya uang kaya Leon," memanyunkan bibir sembari melotot garang ke arah preman tersebut.

Mendapatkan penolakan dari bocah itu, ia pun dibuat naik pitam, hingga ia bergegas menghampiri. 
Namun yang preman lihat, bocah itu sudah lebih dulu berlari menjauh darinya.
Amarah preman itu seketika memuncak lantas berlari mengejar bocah ingusan itu.

"BERHENTI KAMU!! JANGAN LARI BOCAH!!" teriak preman itu keras, membuat Leon semakin berlari lebih cepat. 

.
.
.
.

Hallo teman-teman!
Ini cerita baruku, bagaimana menurut kalian? Bagus tidak? Semoga suka yah!!!
Jangan lupa Vote yah!!!
See you next part semuaaa!!!

Jalan pulang untuk Leon [Slow Up] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang