Hasa membawa tubuh mungil Leon menuju kamar anak itu, melihat Leon yang tertidur dalam pelukannya membuat hati Hasa bergetar, Hasa tidak bohong. Kalau sekarang ia tambah bahagia sejak kehadiran Leon disini.
"Papi? Dedeknya kenapa?" Seren berjalan menghampiri Papinya dengan raut khawatir. Baru saja ia keluar dari kamarnya ia disuguhkan Adik manisnya dalam gendongan sang Papi.
"Huts ... adek tidak apa-apa sayang, Adeknya lagi bobo," Hasa tersenyum lembut pada putri kesayangannya itu, Keluarganya semakin lengkap sekarang, dan ia takkan pernah membiarkan orang lain mengganggu keluarganya ini.
"Mmm ... gitu yah? Oke deh! Seren mau kedapur dulu." jawab Seren sembari menyengir lucu kearah Papinya.
"Mau apa?" tanya Hasa bingung, memang. Para orang tua dirumah ini melarang Anak-anak mereka untuk berada didapur, karena memang itu kebiasaan keluarga mereka sejak dulu.
"Mau ambil cemilan Seren Papi, cemilan dikamar Seren habis," jawab Seren sembari melangkah pergi lebih dulu, sebelum mendengar jawaban Papinya.
Hasa hanya bisa tersenyum pasrah akan tingkah Putri cantiknya itu, ia tak perduli, karena sekarang tangannya mulai kesemutan karena sedari tadi menggendong Leon, tubuh Leon tak berat, hanya saja ... kalau kelamaan membawa sesuatu ditangan kita maka itu akan membuat tangan kita kebas atau kesemutan.
****
Setelah mengantar Leon kekamarnya, Hasa sekarang bersiap-siap untuk bekerja, dia memang agak masuk lebih siang hari ini, itu juga karena dia ingin menghadiri mitting bersama kolega bisnisnya dari Singapure.
Kini Hasa dibantu sang Istri tercinta,
Pernikahan mereka tuh sehat, bertengkarpun sangat jarang, dan juga ... tak pernah ada yang mau mengusik pernikahan mereka, karena mereka tau. Kalau setiap ada yang mengganggu rumah tangga Artara atau keluarga Artara, maka keesokan harinya orang itu hilang ditelan bumi, yang tersisa hanyalah nama saja."Baby ...."
Mendengar suara serak sang Suami, membuat bulu kuduk Steffani meremang. Steffani mendelik kearah Hasa, lalu menabok lengan kekar sang suami.
"Baby, baby. Udah tua! Iiii," Steffani bergidik ngeri, sungguh! Steffani merasa panas ketika mendengar godaan Suami hotnya itu.
Hasa terkikik geli akan tingkah Istrinya yang cantik itu, padahal dia sudah sering memberikan goodaan jenis seperti itu pada Istrinya setiap hari, namun masih saja membuat Steffani salah tingkah.
"Istriku kenapa lucu sekali," Hasa benar-benar memancing Steffani sekarang, dia tak pernah belajar dari pengalaman sebelumnya ketika menggoda Istrinya itu.
Kebetulan Steffani hari ini tak ingin marah-marah akhirnya ia hanya mengabaikan suaminya itu."Ngak lagi ngelawak! Sanagih, dah telat," Steffani berbicara ketus, yang mana semakin membuat Hasa gemas dengan Istrinya itu.
"Iya, iya. Sayangnya Hasa ...."
Blush
"HASA!!"
Hasa buru-buru mengambil Tas kantornya dan bergegas keluar rumah sembari tertawa geli karena berhasil menggoda Istrinya itu.
Ouh ayolah, dimana Papi Hasa yang Dingin? Sekarang, bahkan dia lebih banyak menunjukkan ekspresi diwajahnya yang datar itu,
Seperti bukan Papi Hasa kita..
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan pulang untuk Leon [Slow Up]
Teen FictionLeon. Nama yang bagus bukan? Itu namanya, sejak kabur dari panti asuhan, Leon hanya bisa mengemis seperti anak-anak gembel lainnya. Leon. Bocah itu memiliki pipi chuby, kulit putih susu, hidung kecil, bibir chery, tinggi yang hanya 134 saja. Jangan...