Teringat akan tujuan Mang Asep tadi, lantas Steffani langsung menarik Leon kemeja makan.
Setelahnya Leon diduduki diatas pangkuan Steffani.
Melihat apa yang ada di atas meja, Leon menggaruk pipinya yang tak gatal. Apa makanan ini bica dimakan? Batin Leon bertanya-tanya.Ketika Steffani melihat kebawah, ia mendapati Leon yang sedang bengong sembari menatap makanan-makanan yang ada di atas meja itu.
"Apa kau tidak menyukainya nak?" Leon kaget lantas mendonggakkan kepalanya menatap Steffani.
"Tidak Aunty, hanya caja ... Leon bingung. Ini cemua bica dimakan?"
Steffani terkekeh, begitu juga para wanita Artara itu.
Mengelus rambut Leon lantas Steffani berkata, "Ini semua bisa dimakan sayang, kalau tidak bisa. Mengapa bisa kami sajikan diatas meja?"
Perkataan Steffani membuat Leon Cengengesan salah tingkah.
"Hehe, soalnya. Leon telbiaca makan makanan yang ada di tempat campah Aunty," Mendengar perkataan Leon, membuat Semua yang ada di meja makan langsung menatap horor kearah Leon.
"Jika kita biarkan, maka itu akan berdampak sangat buruk bagi bocah itu," Abi Angkat bicara, setelah hanya menyimak sedari tadi.
"Besok, kita akan memeriksanya. Arka, besok periksalah dia," Ketika namanya sisebut oleh sang kakek, Arka hanya mengangguk mengiakan saja.
Arkana Angkasa Artara.
Anak Kedua Dion, yang memang memiliki, Profesi Kedokteran, Mengapa tidak mengikuti jejak orang tua, serta kakak sulungnya? Yah .... Jawabannya sih, Arka ngak mau pusing mikirin dokumen dokumen itu.
Tapi setelah menjadi Dokter, Ia merasa sedikit menyesal, Yeah! Hanya sedikit, tidak lebih.
Sebab ia juga menikmati Profesi nya yang sekarang.
Arka itu mempunyai sifat yang netral, Dingin tidak, Ceria pun tidak."Baiklah, Leon. Dan semua, mulailah makan malam kalian."
Angga angkat bicara, semua langsung menuruti, termasuk Leon. Leon tidak banyak bicara lagi, karena dia cukup tahu, kalau disini, ketika makan, tidak diperbolehkan.
Sedari tadi Leon tidak berhenti memakan makanannya, sampai ia tidak menyadari, kalai air matanya sedari tadi tidak berhenti mengalir.
Leon sangat bersyukur bisa makan makanan seenak ini, ia tidak akan melupakan kebaikan keluarga ini, ia tidak akan pernah melupakan mereka.
Semua keluarga Artara yang sedari tadi sudah menyelesaikan makanannya merasa sangat iba ketika melihat Leon yang makan dengan rakus itu.
Para wanita? Jangan ditanya. Sebab mereka sedari tadi menahan isakan mereka, dengan alasan, tak ingin mengganggu acara makan Leon.
"Enak yah nak? Sampai belepotan gini loh," Ketika mendengar suara itu, semuanya menatap kearah Pria paruh baya yang duduk disamping Steffani.
Siapa lagi kalau bukan suami tercinta Steffani.
Hasa, Ia sedari tadi dibuat gemas oleh Leon, dan juga merasa sakit ketika melihat Leon yang makan Sembari menangis itu.Leon hanya mengganguk, karena mulutnya masih terisi penuh oleh makanan.
Menelan makananya lantas Leon menganggkat piring bekasnya, "Leon belcyukul, makanan ini, sangat .... lejat, hehehe. Mmm, Leon bica bungkuc?"
Hasa menganggkat satu alisnya, bertanya-tanya, "Mau buat apa nak?"
"Mau Leon makan di jalan Ancle, Boleh?" Cicit Leon sembari menunduk, karena merasakan Aura kurang mengenakkan disekitarnya, ia pikir ia sudah Melunjak, sudah di kasih makan, malah minta lebih.
Leon menggeleng, karena bukan itu maksudnya. Lain dipikiran Leon Lain juga dipikiran Para orang tua Artara.
'Ingin pergi katanya? Kau tidak akan kemana-mana cucuku' batin Angga sembari tersenyum licik.
'Kau tidak akan kemana-mana adik, sebab. Kau akan menjadi bungsu dikeluarga ini,' Arka pun sama dengan sang kakek, tersenyum licik.
"Kau tidak akan kemana-mana nak, Sebab! Sekarang. Leon akan menjadi keluarga kami," Steffani mengelus rambut tipis Leon, lalu tersenyum ketika, Leon menatapnya.
"Leon jadi keluarga Aunty?"
"Iyah sayang, Leon akan jadi keluarga kita."
"Ya Allah, Makacih banyak Aunty, Hikch, Leon nda belpikil akan jadi kelualga Aunty hikch," Lihatlah, Bahkan menangis saja dia terlihat menggemaskan.
"Sudah-sudah, kalau sudah selesai makan, langsung ke ruang Keluarga," Lerai Jesicca, jika sang nenek angkat bicara, maka mereka tak bisa membantah lagi.
"Baik Nek/Mah/sayang."
°°°
8:05 WIB
Sekarang keluarga besar Artara tengah duduk diruang keluarga. Niat ingin bertanya tentang Leon selama tinggal di panti, Keluarga Artara ingin tahu? Apa dan bagaimana anak sekecil Leon bisa berkeliaran dijalan."Leon nda canggup di panti teluc, jadi Leon lali deh, hehe." Leon menyengir saat di lontarkan pertanyaan itu.
Memang benar, Leon kabur dari Panti Asuhan karena Ibu Panti yang begitu kejam padanya, padahal. Teman-teman Leon di perlakukan dengan baik, sedangkan dia?
Entahlah, Leon pun tidak tahu. Dia hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa."Ungh ... Aunty?" Leon mendonggak, menatap wajah cantik Steffani, yang sedari tadi memangkunya.
"Iyah sayang?" Steffani mengelus surai halus itu dengan lembut, berfikir? Mengapa rambut anak ini selembut ini?
"Leon pulang yah? Udah malam. Nda baik dilumah olang udah malam gini."
Mereka yang mendengar itu sontak mengepalkan tangan mereka. Sungguh? Anak itu bilang apa? Mau pulang?
Ouh, tidak semudah itu Leon.'Kau sudah masuk dikehidupan kami, jangan harap bisa keluar Dear' Para lelaki Artara membatin.
"Kenapa harus pulang? Disini lah jalan pulangmu Baby," Suara rendah seseorang, membuat Leon menatap keasal suara.
Hasa, masih ingat?
Iyah, suaminya mbak Steffani.
Hasa diam sedari tadi, karena sibuk menatap wajah Leon yang sangat menggemaskan, walaupun wajahnya masih terdapat banyak debu.Terkadang, Hasa berpikir. Mengapa ada orang, yang tidak punya hati seperti itu, yang tega. Menelantarkan, anak yang semanis Leon?
"No no no, Ini bukan lumah Leon," sangkal Leon Sembari mengayunkan jari telunjuknya kekiri dan kekanan.
"Sekarang, ini akan menjadi rumahmu sayang," timpal seseorang, sembari menatap Leon dengan penuh kehangatan serta kelembutan.
Dia Arsyilla Istri Dion.
Jujur saja, sedari tadi dia tidak tahan ingin memeluk tubuh mungil itu, namun ia tahu. Kalau sekarang, bukan waktunya.
Dia ingin menunggu keluarganya dulu, untuk mengambil keputusan.
Dan semoga saja, keputusan mereka adalah, yang tepat.
Jujurly, Arsyi sangat, sangat, sangat .... ingin memeluk Leon saat ini."Lumah Leon?"
.
.
.
.
.
.Hallo hallo, gaysss gimana-gimana? Makin gaje yah? Kalian kurang puas yah??
MAAP BARU UP HIK
soalnya Author tuh punya kendala.
Kendalanya tuh di kuota,
Hik.
Maapin yaaah, soalnya Author baru Nulis kek gini hehe.
Ouh iyah, Author ngak bosan bosan buat minta Vote sama kalian, Biar Author Semakin Semangat nulisnya.
Okayo, tata titi tutu, Mimin tutup dulu, DADAHHHH!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan pulang untuk Leon [Slow Up]
Teen FictionLeon. Nama yang bagus bukan? Itu namanya, sejak kabur dari panti asuhan, Leon hanya bisa mengemis seperti anak-anak gembel lainnya. Leon. Bocah itu memiliki pipi chuby, kulit putih susu, hidung kecil, bibir chery, tinggi yang hanya 134 saja. Jangan...