Setelah dari Caffe tadi kini Leon sedang barada di ruang tamu, ditemani cemilan dan juga mainan kesayangannya.
Gama yang baru saja ingin keluar terhenti karena panggilan dari Leon adik bungsunya yang baru itu.
"Abwang mawuh kemwana," Leon berbicara dengan mulut yang penuh dengan cemilan itu.
"Telan dulu dek," Gama terkekeh geli, ketika melihat kelucuan Leon dengan pipi yang mengembung itu.
'Ouh so Cute,' batin Gama menggeram gemas.
Setelah menelan semua cemilan itu, Leon lantas menoleh kearah Gama, menumpukkan tangannya diatas lutut lantas menatap Gama yang sedari tadi menatapnya.
"Abang mau kemana? Kok udah lapi gitu?"
"Abang mau ngumpul sama teman-teman Abang, Leon mau ikut?"
Leon melotot girang, lantas bergegas berdiri.
Gama? Pemuda itu dibuat kaget lantaran pergerakan Leon yang tiba-tiba, membuat jantungnya hampir jatuh."Jangan seperti itu Leon, Abang kkaget," Gama beberucap tegas, bukan apa-apa. Hanya saja ... Gama tak ingin Kalau adiknya itu terluka, dan demi kesehatan jantungnya juga.
"Hehe, peach," anak itu menyengir tanpa dosa dan Gama hanya bisa menghela nafasnya kasar.
"Ayok, tapi Abang kasih kabar ke orang rumah dulu yah, takut nya mereka khawatir," Gama mengelus rambut Leon lantas beranjak untuk menjauh dari posisi Leon sekarang.
"Oke!!"
***
Setelah meminta izin, Gama pun kembali ketempat Leon berada, dia melihat bahwa anak itu masih mengunyah.
Bocah hamster haha."Dek, Abang udah minta izin, dan dibolehin. Yuk kita berangkat."
"Com kita belangkat!!!" Gama menggenggam tangan mungil itu lantas bergegas untuk kemobil yang sudah disiapkan oleh supir pribadinya.
Meskipun Gama sudah lulus, namun ia masih bebas untuk menongkrong bersama teman-temannya. Gama dan teman-temannya sudah membuat kesepakatan untuk menganggur setahun dulu, akan menempuh jenjang kuliah nanti.
Mereka ingin mengistirahatkan otak mereka yang lelah karena 3 tahun digunakan untuk belajar.***
Sekarang mereka berada disebuah bangunan megah yang berwarna putih gading, di tambah ukiran naga menghiasi pinggiran bangunan itu, bangunan yang sering disebut sebut mansion itu, letaknya berada ditengah-tengah hutan yang rindang, ditambah tidak jauh dirumah itu ada sungai dan air terjun yang mengalir deras, air nya jernih sering digunakan untuk pengunjung bermandian, atau memasak air.
"Abangg ini indah cekali, waaahhh."
Gama melirik Leon yang dimana tengah menganga kagum, itu sangat Menggemaskan menurut Gama.
"Kapan-kapan kita kesini lagi lebih sering yah, kalau Leon sangat menyukainya."
"Siap bos!! Makasih Abang!!!"
Mereka tertawa bersama sepanjang jalan memasuki mansion salah satu teman Gama itu.
Setelah melewati gerbang utama, Gama dan Leon disunguhkan oleh pemandangan patung air mancur bermotif singa dihalaman mansion itu. Sungguh, Leon tidak pernah ssekalipun bermimpi untuk menginjakkan kakinya ke bangunan yang ia anggap istana ini.
"Dek? Yok masuk, kok diam aja?"
Seakan ditarik kedunia nyata, Leon cengengesan kearah Gama, sungguh malu sekali kedapatan tengah bengong karena melihat rumah semegah itu.
Tapi tunggu? Memangnya Leon anak sekecil itu bisa malu?
Hahaha!!Gama membuka pintu, lalu mulai menuntun Leon untuk masuk kedalam mansion itu, Ruang tamu dan juga pintu utama agak jauh jaraknya, namun tidak cukup sampai 3 menit, namun itu cukup melelahkan bagi Leon.
Menoleh kearah Leon, Gama sepertinya paham atas raut wajah Leon yang sekarang, terkekeh gemas lantas Gama membawa Leon kedalam gendongannya.
"Leon adek abang capek yah?" Gama bertanya sembari menghapus peluh anak itu yang mengalir deras di jidatnya Yang lebar itu.
"Hu'um! Leon cungguh lelah! Kenapa lua cekali dicini abang?"Leon memiringkan kepalanya dan menatap Gama.
Gama mati matian tidak untuk membawa Leon kembali untuk pulang sekarang, dia tidak ingin berbagi kelucuan adik bungsunya itu.
Seketika ia menyesal karena sudah mengajak buntelan mochi itu untuk mengikutinya."WOY, KRIPIK GUE ANJENG!!"
Suara teriakan seseorang membuat Leon reflek menoleh kebelakang, begitu juga dengan Gama yang kini menatap malas kearah dua temannya yang tiap ketemu seperti Tom and Jerry itu.
Sebentar? Gama sepertinya mendengar kata umpatan dari sobatnya itu, nasib buruk sudah hari ini.
Gama mendesah lirih sembari menunggu Leon yang seperti nya ingin mengatakan sesuatu."Abang, Anjing na mana? Kok nggak ada? Kenapa diteliaki cama abang itu?"
Nahkan?
Doakan saja nasib teman Gama itu nanti..
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan pulang untuk Leon [Slow Up]
Teen FictionLeon. Nama yang bagus bukan? Itu namanya, sejak kabur dari panti asuhan, Leon hanya bisa mengemis seperti anak-anak gembel lainnya. Leon. Bocah itu memiliki pipi chuby, kulit putih susu, hidung kecil, bibir chery, tinggi yang hanya 134 saja. Jangan...