Pukul 18.02 WIB
Kini Leon telah sampai dirumah bersama para wanita kesayanganya saat ini."Leon, kamu langsung ke kamar yah? Bersih-bersih dulu, nanti kalau sudah mau makan Malam Mimi bangunkan oke?" Ucap Arsyi sembari mengelus kepala Leon sayang.
"Ciap Mimi!" Seru Leon sembari memberikan hormat tangan pada Arsyi, yang mana membuat ketiga wanita itu terkekeh gemas karennya.
Setelah melihat Leon yang kini menghilang dari pandangan mereka, Steffani lantas menghela nafasnya dengan berat.
"Mengapa anak sekecil dia? Mengapa anak itu harus mengalami kerasnya dunia ini?"Steffani merasa sakit sekali, merasakan dadanya seakan diremas oleh tangan yang tak kasat mata.
Dia tidak sanggup melihat wajah ceria anak itu, padahal. Steffani tahu, kalau Leon itu sebenarnya ingin sekali menangis, dia tahu. Kalau Leon, anak itu tidak ingin membuat orang lain tak nyaman."Mamah juga memikirkan hal yang sama, Mamah rasanya tidak sanggup saat setiap kali anak itu bercerita tentang kehidupannya.
Mamah pernah berfikir, Leon itu adalah anak malaikat yang tak sengaja jatuh dari langit," Steffani dan Arsyi sontak terkekeh atas perkataan Jesicca, Mereka tak habis pikir dengan mertua mereka itu.
Hahaha ada ada saja."Eh iyah, kalian masuk kamar gih, terus istirahat, Nanti kalau sudah makan malam mamah bangunin."
"Ngak mah, Steffani bakalan bantuin Pelayan sama mamah buat nyiapin makan malamnya," ujar Steffani cepat ketika jesicca menyuruh mereka untuk masuk kamar.
"Hmm baiklah, kalau gitu kalian Mandi habis itu bantuin mamah."
"Oke!" Ucap mereka berdua, diiringi tawa konyol akibat ulah mereka.
'Aku bahagia, terima kasih nak.'
Pukul 19.21 WIB
Waktu makan malam telah tiba, semua anggota keluarga Artara telah berkumpul dimeja makan, termasuk Leon yang kini menatap makanan diatas meja dengan penuh binar.
Mereka hanya bisa menahan gemas dan terkekeh akan keimutan Leon itu."Tenanglah dek, semua makanan itu tak akan lari dari hadapanmu," Gurau Seren, ia terkekeh karena binaran mata Leon yang bersinar itu.
Tidak taukah Seren? Kalau telinga Leon kini memerah karena malu?
Hahaha! Lihatlah muka merahnya itu.
Dia sangat imut, hahaha!"Jangan seperti itu Seren, lihatlah. Adekmu mukanya udah semerah kepiting rebus, hahaha!" Al berseru mengikuti adik perempuannya, menggoda Leon mungkin adalah hobi barunya.
Karena anak itu, memang semenggemaskan itu."Sudah-sudah, kasihan Leonnya.
Sekarang makan."Nah, kalau bapak negara alias Kakek, sudah angkat bicara, maka tak ada lagi alasan untuk mereka untuk tidak menuruti kakek mereka itu.
Mereka makan dengan hening, sesekali melirik kaarah Leon yang sedang sibuk makan tanpa memerdulikan sekitarnya.
Semua anggota keluarga Artara, tak terkecuali, termasuk Angga.
Mereka merasa gemas melihat Leon makan dengan keadaan pipi yang mengembung besar itu."Leon, pelan-pelan nak. Nanti Leon tersedak loh." Jesicca bukannya memarahi, dia hanya ingin memberikan peringatan kecil untuk sibungsu mereka yang baru itu.
Leon menyengir lucu, lantas menggangguk dan kembali makan, Namun kini ia mengikuti kata neneknya untuk makan dengan pelan.
Melihat respon Leon, mereka dibuat bungkam.
Sepenurut itu?
Mereka jadi khawatir."Kalian tenang saja, Ayah akan mengurus hal itu. Kalau memang itu terjadi, maka Ayah tak akan segan-segan." Angga berbicara namun dengan nada berbisik, agar hanya ia dan ketiga anaknya yang mendengarkannya.
Mendengar perkataan ayah mereka, Lantas Abi, Dion, dan Hasa Tersenyum puas kearah ayah mereka itu.
Pukul 20.00 WIB
Sekarang mereka berkumpul diruang keluarga, mereka memang seperti ini setiap makan malam selesai.
Kata Kakek mereka, biar hubungan Keluarga mereka semakin erat."Leon?"
"Iyah Imo?" Leon menatap Steffani yang tersenyum kearahnya.
"Kamu mau sekolah?"
"......"
.
.
.
.
.
.Hallo gays, Segitu aja dulu yaahhh, nanti kalau ada kesempatan Author Double up lagi deh, eh iyah. Semoga kalian ngak jadi silent raiders yaahhh
Jangan lupa buat Vote cerita Author
Makasih banyak udah mau sabar nungguin cerita Author up
Meski semakin gaje hehehe.
Dadaaahhh gayssssa tata, titi, tutu!!
Author tutup dulu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan pulang untuk Leon [Slow Up]
Teen FictionLeon. Nama yang bagus bukan? Itu namanya, sejak kabur dari panti asuhan, Leon hanya bisa mengemis seperti anak-anak gembel lainnya. Leon. Bocah itu memiliki pipi chuby, kulit putih susu, hidung kecil, bibir chery, tinggi yang hanya 134 saja. Jangan...