Bab 10

12 9 0
                                    

Mereka sudah sampai di rumah, mendengar suara seseorang yang memanggil namanya membuat Zira bergegas menuju pintu.

Wajahnya terkejut saat melihat Jinno yang sedang menggendong putrinya itu, "Ya ampun Bianca! Jinno, ini ada apa?"

"Nanti Jinno jelasin, Tan. Jinno izin bawa Bianca ke kamar nya dulu."

Sebelum menaiki tangga, Jinno menoleh sejenak ke arah Zira, "Tan, Jinno minta tolong siapin air hangat buat kompres Bianca ya,"

"Iya nak Jinno, tante segera siapkan air hangat."

Jinno kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga, dia membaringkan tubuh Bianca di atas kasir gadis itu. Jinno mengambil posisi duduk di tepi kasur, dia merapihkan beberapa helai rambut Bianca yang menutupi wajah gadis itu.

Jinno meletakan tangan nya di kepala Bianca, mengusap nya lembut. Tatapan Jinno begitu hangat, matanya bahkan tak mau berpaling dari wajah Bianca.

"Kamu masih cengeng seperti dulu Bianca, kamu tidak bodoh hanya saja terlalu polos dalam hal perasaan," tuturnya lembut.

"Nak Jinno," ucap Zira yang baru saja masuk ke dalam kamar Bianca, hal itu sontak membuat Jinno menurunkan tangan nya.

Zira meletakan baskom kecil beserta handuk yang biasa di gunakan untuk mengompres, "Bantu tante kompres Bianca ya, tante mau cari baju sama handuk untuk Bianca dulu, tante lihat bajunya basah kuyup."

"Baik Tan." Setelah Zira pergi, Jinno segera menjalankan perintah, dia membasi handuk kecil itu lalu meletakan nya di dahi Bianca.

Kali ini posisi Jinno begitu dekat dengan Bianca, pria ini nekat menatap wajah Bianca dari jarak yang begitu dekat, pandangan Jinno terhenti ke salah satu pusat yang ada di wajah Bianca.

Senyuman geli muncul di wajah Jinno, dia menyentuh hidung Bianca dengan jari telunjuknya, "Saya tidak tahu kenapa perasaan saya tetap sama sampai sekarang, kamu sudah menjadi pengisi hati saya, Bia."

Tatapan Jinno perlahan sedikit turun, matanya kali ini begitu lancang menatap bibir pucat gadis itu, terlihat bibir Bianca yang berisi dan mungil sangat menarik bagi Jinno.

"Jinno sadar!" batin nya.

Jinno langsung menarik tubuhnya menjauh, dia mengeluarkan nafas berat sebelum akhirnya berjalan keluar dari kamar Bianca.

Dia duduk di ruang tamu, memegang luka di ujung bibirnya yang ternyata masih terasa sedikit ngilu.

Setelah mengganti pakaian putrinya itu, Zira mulai turun menghampiri Jinno. Mereka duduk berdua dengan Jinno yang menceritakan semua hal yang terjadi hari ini.

Dia juga berusaha menenangkan Zira yang tampak khawatir mendengar cerita Jinno, dia meyakinkan Zira bahwa dirinya akan menjaga Bianca sebaik mungkin.

"Luka kamu itu biar tante bantu obatin ya? tante ngilu liat nya," ucap Zira yang sedari tadi sepertinya sudah sadar dengan luka di sudut bibir Jinno.

Jinno tersenyum sejenak, "Gak usah tante, Jinno mau langsung pulang aja." Jinno mulai berdiri disusul oleh Zira, dia berpamitan sebelum akhirnya keluar dari kediaman Bianca.

Pria itu menaiki mobilnya untuk kembali ke rumah nya sendiri.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Husband Is You (One Shot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang