Wajah Jinno yang tadinya datar seketika berubah kebingungan dan khawatir melihat kondisi Bianca yang ada tepat di hadapan nya.
Baju basah, bibir pucat dan kedua mata yang sayu juga memerah, "Bia? kenapa baju kamu basah?!" ucap Jinno yang langsung memegang kedua pundak Bianca.
"Gak papa, Bia gak papa ko Jinno ...." Mendengar gadis itu berbicara dengan memanggil nama nya membuat Jinno semakin kebingungan, ini pertama kalinya dia mendengar Bianca memanggil namanya tanpa menggunakan panggilan tambahan. Pak.
Benar-benar ada yang tidak beres dengan Bianca. Jinno mengeratkan pegangannya di pundak Bianca, dia menundukan sedikit badan nya agar sejajar dengan wajah Bianca.
"Bianca, are you okey?"
Tidak ada jawaban, gadis itu hanya menunduk seraya mengigit bibirnya menahan tangisan yang sudah dia tahan sedari tadi.
Mendengar suara lembut Jinno entah kenapa membuat Bianca tidak bisa lagi menahan tangis nya, gadis itu mulai mengeluarkan suara tangisan nya membuat kedua sahabatnya menatap khawatir.
Jinno segera meraih tubuh Bianca, membawanya ke dalam dekapan nya yang aman. Jinno mengusap kepala Bianca, sementara gadis itu lebih memilih menyembunyikan wajahnya di dada bidang Jinno, isakan nya terdengar pilu.
"Nangis saja sepuasnya, sampe kamu merasa lega."
"Bia bodoh Jinno ... Bia bodoh suka sama Haikal," ucapnya dengan masih terisak.
Jinno hanya diam dengan posisi nya yang terus memeluk Bianca, mengusap kepala gadis itu untuk memenangkan nya.
"Haikal jahat ... Haikal brengsek ...." keluhnya tanpa henti.
Tiba-tiba kesadaran Bianca hilang membuat Jinno terkejut dan langsung menahan tubuh gadis itu.
"Bia!"
"Bianca!"
Seru kedua sahabatnya itu."Gak papa, biar saya yang urus," ucap Jinno. Dia mengangkat tubuh Bianca, menggendong gadis itu dan membawanya ke mobil yang dia parkirkan tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Jinno mendudukan Bianca di kursi depan, dia merapihkan sedikit rambut Bianca yang menutupi wajahnya nya, Jinno segera melepas jas hitam nya lalu dia gunakan sebagai selimut, untuk menutupi tubuh Bianca.
"Kalian bisa tolong jagain Bianca dulu disini? saya harus mengurus urusan lain," ucap Jinno yang mengarahkan pandangannya tepat ke arah Siska dan Renata.
Kedua nya mengangguk bersamaan, "Bisa Pak, kita bakal jagain Bianca," sahut Renata.
Jinno mengangguk sebelum akhirnya mulai berjalan meninggalkan keduanya, dia berdiri di depan gerbang rumah Haikal, Jinno mulai melipat lengan kemejanya hingga menampakan setengah lengan nya.
Dia menerobos masuk ke dalam rumah itu, suasana disana kembali berisik di penuhi musik yang berbunyi cukup kencang, terdengar suara sorakan dan canda tawa yang sangat riuh dari semua orang yang hadir disana.
Setelah mengalami kejadian tadi mereka masih bisa bersenda gurau menikmati acara. Sungguh tidak layak di sebut manusia.
"Siapa yang namanya Haikal?"
Suara Jinno yang menggelegar membuat semua perhatian langsung terpusat padanya, suara musik tadi perlahan mulai mengecil sampai akhirnya menghilang.
Haikal yang sedang duduk bersama pacarnya itu mulai berdiri, berjalan maju beberapa langkah dengan tatapan meremehkan.
"Gw, lo siapa masuk ke party gw tanpa izin?"
Jinno menatap lurus ke arah Haikal, dia berjalan beberapa langkah maju ke depan dan berhenti tepat di hadapan Haikal.
Tiba-tiba tanpa aba-aba Jinno langsung mencengkram kuat kerah baju Haikal membuat semua orang disana merasa terkejut, beberapa dari mereka ada yang sudah siap mengarahkan kamera HP nya ke arah dia pria yang seperti nya akan berkelahi itu.
"Jadi lo Haikal? cowok brengsek yang udah bikin Bianca nangis?"
Haikal tersenyum miring, dia berusaha melepas cengkraman Jinno di kerah nya, "Lepasin gw bangsat!" umpatnya karna usahanya sia-sia, cengkraman Jinno benar-benar kuat.
Bugh!
Sebuah pukulan di layangkan Haikal tepat ke wajah Jinno, mbuat cengkraman nya lepas dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Jinno menyeka darah itu dengan ibu jarinya, dia tersenyum miring. Dia langsung melayangkan tendangan keras tepat ke perut Haikal membuat pria itu jatuh ke tanah dengan meringis.
Kondisi sangat riuh saat posisi Jinno yang sekarang sedang menunduk tepat di depan Haikal, dia mencengkram kembali kerah baju Haikal melemparkan beberapa pukulan nya ke wajah Haikal.
Wajah pria itu sudah berantakan oleh bekas luka dan lebam, sudut bibirnya bahkan sudah berdarah.
Pandangan Jinno terpusat ke Haikal yang sudah tak bisa melawan, "Jangan pernah macem-macem sama Bianca, gw bahkan bisa ngebuat lo lebih menderita dari sekarang," ancam nya.
"Dan buat kalian!" tegasnya. Matanya menatap menyeluruh ke arah semua orang di tempat itu, terutama beberapa orang yang memegang handphone untuk merekam dan mengambil gambar.
"Kalo ada satu beritapun yang lolos tentang Bianca, gak segan-segan kuasa hukum keluarga Kanagara akan mengambil tindakan, kalian gak akan ada yang lepas satupun," sambungnya.
Semua mata membukat sempurna, mereka semua terkejut saat marga sebuah keluarga terkenal di sebutkan oleh Jinno.
"Kanagara? itu bukan nya salah satu marga yang terkenal itu?"
"Apa cowok ini putra sulung keluarga Kanagara?"
"Bahaya banget, kita udah nantang maut kita sendiri."Beberapa dari mereka mulai berbisik, tatapan mereka mulai berubah, ada rasa khawatir dan takut melihat Jinno tak sedikit dari mereka yang mulai menunduk ketakutan.
"Dan lo Haikal, urusan lo gak selesai di gw tapi gw pastiin lo juga bakal berurusan sama bokap lo." Setelah mengucapkan itu, Jinno segera pergi meninggalkan tempat itu, dia kembali ke Bianca.
"Loh Pak? bibir Bapak luka?" tanya Siska secara langsung saat Jinno sudah berada di hadapan mereka berdua.
"Hanya luka kecil, tidak masalah." Jinno mengarahkan pandangannya ke samping, tepatnya ke arah kaca mobil dimana dia masih bisa melihat Bianca yang masih duduk bersandar di kursi.
"Bianca tadi udah sadar Pak, tapi saya suruh dia untuk tidur lagi. Dia keliatan cape banget, badan nya juga panas Pak," jelas Renata.
Jinno mengangguk paham, "Saya akan bawa dia pulang, kalian berdua mau saya antar juga?"
"Gak perlu Pak, kita udah di jemput sama supir saya," tolak Siska dengan senyum lebarnya begitu juga Renata.
"Baiklah, saya permisi dulu."
"Pak, tolong jaga Bianca. Saya tahu bapak orang yang baik dan tulus buat sahabat saya." Langkah Jinno terhenti setelah mendengar penuturan Renata, dia menoleh ke belakang sejenak memberi senyuman lebar seakan mengisyaratkan bahwa dia paham dan pasti akan menjaga Bianca sebaik mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is You (One Shot)
Storie breviSeorang gadis manja namun kadang juga bertingkah konyol harus memilih antara crush yang sudah dia sukai selama 3 tahun ini atau orang yang di jodohkan dengan nya. Bianca Kadna Yealin. Gadis yang di manjakan oleh kedua orang tua nya ini, tidak dapat...