Ch. 5 - Dua Pilihan

31 6 1
                                    

Mataku terbuka perlahan. Menengok ke arah kanan dan kiri. Ada enam orang yang mengelilingiku. Mereka, aku yakin sekali kalau mereka ini adalah pahlawan.

"Kau sudah sadar, Shadow?" itu si pria mengantuk, Eraserhead.

"Kau buta atau tak bisa melihat?" balasku sarkas.

Aku menatap mereka satu per satu. Atensiku terhenti pada sosok berotot yang memiliki rambut kuning dan senyum lebar menampakkan gigi.

"Pahlawan nomor satu, si simbol perdamaian, All Might? Untuk apa ada kau di sini?" alisku mengernyit heran.

Si simbol perdamaian tertawa keras. Sungguh, aku benci suara keras begitu, "Aku datang untuk berdiskusi!"

Yang lainnya mengangguk. Mereka menatapku seolah aku adalah mangsa empuk yang bisa memuaskan dahaga mereka. Itu, sedikit menakutkan, sejujurnya.

Pandanganku berhenti di sosok anjing? Atau tikus? Ataukah beruang? Berwarna putih. Aku yakin seratus persen kalau bulunya itu sangat terawat dan lembut. Dia juga memakai pakaian jas rapi.

Sebenarnya aku ini di mana? Kok ada binatang nyasar juga?

"Biar kujelaskan," si binatang berbicara.

Tunggu-

"Eh?! Binatangnya berbicara?!!" aku kaget. Sangat. Ini bukan sandiwara. Tapi, aku benar-benar terkejut.

PLAK!

"Sopanlah sedikit!"

Kepalaku sakit. Sungguh. Si Eraserhead memukul kepalaku tanpa ampun. Lagian, bukan aku bermaksud tak sopan. Tapi, aku kan kaget!

"Ck! Aku itu terkejut!" sungutku.

Sisa manusia dan si tikus tertawa kecil. Entah apa yang mereka tertawakan. Aku tidak paham sama sekali.

"Nah, biar kulanjutkan. Shadow, kau berhasil kami tangkap. Sekarang kau berada di sel penjara. Yang tadi kau lawan adalah Pro Hero Eraserhead. Lalu, kau sudah mengenal All Might si Simbol Perdamaian. Kemudian, wanita itu adalah Midnight, dialah yang membuatmu tertidur. Di sampingnya ada Present Mic salah satu Pro Hero juga."

"Lalu, aku Nezu, bukan anjing atau tikus ataupun beruang, melainkan Kepala Sekolah U.A. dan yang ada di samping kiriku ini adalah detektif Tsukauchi Naomasa," Nezu berbicara panjang.

Aku menganggukkan kepala. Detektif. Hah, pada akhirnya aku tetap harus berhubungan dengan polisi? Kalau begini ceritanya, aku menjilat ludah sendiri. Menyebalkan!

"Shadow, kau sudah menciptakan banyak keributan. Walau tak menutup fakta kalau indeks penculikan anak dan perdagangan manusia menurun. Tapi, tetap saja, kau melanggar hukum dengan menggunakan quirk sembarangan, melakukan pembunuhan, pencurian dan masih ada banyak lagi," ungkap si detektif.

Aku merotasikan mata malas. Ya, memang kenapa? Aku juga tak peduli dengan itu.

"Langsung ke intinya. Apa yang kalian inginkan?" tanyaku.

Si detektif menghela napas, "Bisa kau beritahu kami namamu?"

Aku mendengkus, tidak bisa menghindari pertanyaan itu. Dan juga, sedari tadi wajahku sudah terekspos. Tidak ada yang bisa kututupi lagi sekarang. Jalan aman adalah jujur.

"Azuya Yura. Panggil saja Azura," ucapku datar. Di antara mereka ada satu orang yang raut wajahnya sangat terkejut.

"Azuya Yura? Margamu Azuya?" All Might bertanya dengan nada memastikan. Dan ekspresi wajahnya, sulit untuk kubaca.

Aku mengangguk, "Ibuku yang memberi nama. Tapi, kalian hanya boleh memanggilku Azura. Hanya segelintir orang yang kuakui yang bisa memanggilku Yura."

Nadaku terdengar angkuh dan arogan. Tidak sudi rasanya jika mereka memanggilku dengan nama kecil. Mereka belum kuakui.

My Second Life | Anime WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang