Ch. 11 - Penyusup?

23 4 0
                                    

Hari berikutnya tiba. Pikiranku masih melayang-layang oleh kejadian saat latihan dasar kepahlawanan kemarin. Aku mulai memikirkan kemungkinan tentang ayah kandungku.

Ciri-cirinya mirip seperti yang dikatakan ibu, tapi tidak ada bukti kuat.

Aku menggelengkan kepala. Menepis pemikiran itu. Kini aku sudah berada di kelas. Siap untuk memulai pelajaran. Aku juga sudah berkenalan dengan beberapa teman kelas lainnya. Seperti, Kirishima Eijirou, Sero Hanta, Ashido Mina, Jiro Kyoka dan lainnya.

Terlebih, aku baru menyadari bahwa Jiro adalah gadis yang sempat aku tolong ketika ujian masuk. Gadis earjack yang hampir saja diserang oleh robot 0 poin saat ujian masuk.

Aizawa memasuki kelas tepat setelah bel masuk berbunyi. Hubunganku dengannya? Yah, begitulah. Tidak ada hal spesial yang terjadi belakangan ini.

"Aku sudah mendapat rekaman video latihan kalian," Aizawa menyampaikan pendapatnya dan memberikan sedikit masukan pada kami. Khususnya sih pada Bakugo dan Midoriya.

Tapi, "Azura, kau tidak menggunakan quirkmu dan berfokus pada teknik pedangmu. Aku harap, kau lebih mengasah quirkmu lagi," aku juga kena ternyata.

"Baik, Sensei," balasku malas.

Aizawa kembali fokus melihat semua muridnya. Dia kemudian berkata lagi, "Aku tahu ini sangat mendadak, tapi harus kita lakukan sekarang."

Ucapannya terjeda. Memangnya aman ada apa sih? Ujian kah?

"Sekarang kita akan melakukan pemilihan ketua kelas."

Aku mendengkus saat mendengar lanjutannya. Kukira ada hal yang besar. Aku menopang dagu dengan bosan. Sungguh, bisakah jam istirahat atau latihan kepahlawanan datang cepat? Bisa-bisa aku ketiduran!

Tapi, anehnya, kenapa yang lain sangat bersemangat, contohnya,

"Aku! Aku cocok untuk menjadi ketua kelas!" Kirishima berucap.

"Aku juga ingin jadi ketua kelas!" Mina mengikuti.

"Aku akan memberi peraturan rok perempuan 30 cm di atas lutut!" si mesum Mineta!

Ingin sekali aku mencabik mulutnya. Tapi, aku tahan untuk sekarang. Setidaknya tidak boleh ada saksi mata.

"Teman-teman tenanglah!" Aku melirik ke sumber suara. Oh, ternyata Iida, si mata empat.

"Menjadi ketua kelas adalah tugas yang berat. Untuk mengemban tugas berat ini haruslah seseorang yang penuh tanggung jawab dan mendapatkan dukungan sekitar kita!" aku menghela napas bosan. Lagipula, kenapa tidak langsung mengatakan intinya kalau dia mengusulkan pemungutan suara?

Aku memilih bocah kacamata itu untuk menjadi ketua kelas. Namun, hasilnya di luar dugaan. Midoriya lah yang terpilih.

Bagaimana bisa orang pemalu sepertinya terpilih?

Kalau Yaoyorozu sih aku mengerti. Dia cerdas dan bisa diandalkan untuk mengambil keputusan. Tapi, hasilnya sudah keluar. Aku tidak peduli.

Jam istirahat akhirnya tiba. Aku duduk sendiri. Tapi, tak lama Todoroki ikut duduk di sebelahku.

"Kenapa kau kemari, setengah-setengah?" tanyaku sembari menyuapkan katsu ke mulut.

Todoroki balik menatapku, "Kau sendirian."

Tunggu, apa?! Apa maksudnya?! Aku? Sendirian?? Dia mengejekku?!

Saat aku ingin membalas perkataannya, suara alarm keamanan berbunyi. Aku menatap sekeliling. Orang-orang dengan segera meninggalkan kantin.

My Second Life | Anime WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang