Super Shy

48 7 1
                                    

"Jaemin benar-benar manis," gumam Jeno. Senyuman tipis terulas pada wajahnya.

"Siapa yang bilang tidak?" tukas Nancy. Tetangganya itu duduk disamping kasur Jeno sambil membuka-buka buku komik. Sementara di seberangnya, ada Haechan yang sibuk bertukar pesan dengan orang diujung pelangi.

"Kau berkata begitu, pasti kau salah satu fans Jaemin," celetuk Haechan. Jeno baru mau membuka mulut, tapi Nancy lebih dulu mengeluarkan suara. "Then why? He's so pretty and kind. Apa salahnya menyukai Jaemin?"

"He has a girlfriend," ucap Haechan.

"But you guys adore Jia too! What's the different?" balas Nancy.

Mendengar percakapan itu, lamunan Jeno menjadi buyar. Ia mendadak teringat fakta soal Jaemin dan pacarnya. Mereka itu pasangan fenomenal. Yang satu highschool sweatheart, dan yang satu adalah supernova. Tidak heran kalau setiap mata selalu mengikuti ke manapun mereka pergi.

"Tapi jujur, Jen. Aku terkejut kamu kenal Jaemin," ucap Haechan. Jeno sendiri hanya menoleh dan membuat kompres yang dipasang Nancy jatuh.

"Mereka bertemu di pesta dansa. Jeno menumpahkan jus pada baju Jaemin," terang Nancy yang sudah bangkit dan membetulkan kompres di kening Jeno.

Wajah Haechan langsung membulat mendengar penjelasan Nancy. Ia menutup mulutnya cepat-cepat dengan kepalan tangan dan merangkak mendekati kasur Jeno. "Seriously?! Kau menumpahkan jus ke baju Jaemin?!"

"Biasa saja. Itu cuma kecelakaan," tukas Nancy. Kain kompres yang masih basah ia lemparkan ke wajah Haechan yang masih membulat. Membuat empunya terkejut dan berteriak jijik karena kain yang basah dan hangat.

Keributan itu membuat Jeno sedikit khawatir. Ia bingung akan menjawab apa jika ditanyai lebih lanjut. Terlebih, dibalik pintunya tergantung hoodie Jaemin yang kemarin dipinjamkan. Hoodie berwarna biru muda bertuliskan tim hockey sekolah mereka. Jadilah, yang ia lakukan sekarang hanya berdoa agar tetangganya dan sepupunya itu mengalihkan percakapan.

"Kau sendiri kenal dengan Jaemin kan?" tanya Nancy. Sebuah pertanyaan yang mengabulkan doa kecil Jeno.

Haechan hanya mengangguk. "Hanya sebatas tau. Dia mencari orang yang bisa diajak berbicara bahasa Korea," terangnya. "Tapi sayangnya, bahasa Koreaku pun berantakan."

"Pantas dia senang waktu tahu aku orang Korea," ujar Jeno lirih. Pipinya makin memerah karena demam.

"Kapan?"

"Kemarin waktu mengantarku pulang. Saking pusingnya, aku cuma bisa menggumam bahasa Korea," terang Jeno. "Dan beruntung sekali dia bisa paham, walau cukup berantakan."

"Wow, you two are soulmate," celetuk Haechan yang kembali fokus pada ponselnya. Kelihatannya percakapan tadi sudah tidak menarik bagi laki-laki itu. Tersisa Nancy yang masih tersenyum mendengar perkataan Haechan.

"Yeah, you guys look like a soulmate."

•••

Jeno masuk sekolah setelah 3 hari demam. Mungkin terdengar konyol, tapi berenang atau berjemur di musim dingin ternyata bukan ide yang bagus. Dan semua orang, kecuali Jeno, tahu akan hal tersebut.

"Jeno, jangan pulang berjalan kaki, jangan berjemur di musim salju begini, jangan lupa minum obatmu, jangan lupa–"

"Ibu, lebih baik aku masuk kembali ke mobil kalau begitu," ucap Jeno yang masih diambang pintu. Wanita itu hanya menghela nafas, lalu menyuruh anak laki-lakinya untuk segera pergi. "Nanti demammu naik kembali."

This Is How Falling In Love Feels LikeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang