Chapter 4

2.8K 292 19
                                    

Luo Zhengxiu mendapatkan semangatnya pagi ini. Mungkin karena di tidur bersama putranya untuk pertama kalinya, hatinya benar-benar bahagia.

Pagi-pagi sekali ketika semua orang masih tertidur, Wu Zetian pulang entah dari mana menggunakan jaket olahraga mahal dan sepatu sportnya. Ini jelas, dia baru saja selesai berolahraga. Bukankah kediaman ini memiliki segalanya?

Luo Zhengxiu membangunkan si kecil untuk sarapan.

Meja makan besar itu terlalu sepi untuk dua pasangan ditambah satu anak. Suasana hatinya yang baik mempengaruhi Luo Zhengxiu, dia menjadi sedikit aktif saat ini.

"Bu, masakanmu paling lezat." Sanjungnya melengkungkan sepasang mata bunga persik menawan.

Senyumnya menyilaukan semua orang.

Akan tetapi, Ibu Wu bukan wanita yang mudah di senangkan hanya dengan kata-kata sanjungan dan omong kosong belaka.

Tidak ada respon, hanya Wu Zetian yang memandangnya dengan sorot mata tajam seolah memperingatkan.

"......."

Pria itu seperti balon kempis, semangatnya pudar dan dia hanya bisa menundukkan kepala lemah.

Benar, sampai kapanpun dia tidak akan bisa memasuki keluarga ini.

"Ayah." Disaat itulah malaikat kecilnya menarik lengan bajunya meminta suapan.

Wu Li sudah berusia lima tahun, tapi ini bukan masalah untuknya memanjakan diri pada sang ayah.

Dengan begitu fokus Luo Zhengxiu teralihkan untuk meladeni si kecil.

Dari awal hingga akhir Luo Zhengxiu tak lagi menyentuh makanannya, tapi seolah tak mempedulikan.

Wu Li bermain sebentar bersama kakek neneknya sebelum pulang.

Dalam perjalanan Luo Zhengxiu terkesan diam bahkan si kecil pun tak berani menggangu. Dia merasa ada sesuatu yang aneh terjadi pada ayahnya. Wu Zetian pun bersikap demikian, mengabaikan.

Fokus berbeda dirasakan Luo Zhengxiu dimana perutnya terasa begitu nyeri seakan sesuatu menggeliat di sana, dia kesakitan.

Tapi ini akan lebih tidak nyaman lagi jika dia bersikap centil dengan mengadu ke suami dan putranya.

Jadilah sampai di rumah, Luo Zhengxiu yang tidak berbicara sepatah katapun tiba-tiba berlarian ke kamar mandi. Kebetulan saat itu Paman dan Bibi Chen sedang bersiap menyambut, menemukan keanehan tersebut.

Luo Zhengxiu mual, dia berusaha untuk memuntahkan ketidaknyamanan itu tetapi gagal. Perutnya kosong dan dia tidak memiliki apapun untuk dikeluarkan, hanya rasa sakit.

Puncaknya ia tak lagi bisa mendengar kekhawatiran orang-orang di luar, merasa pusing.

Apakah dia akan mati lagi?

Rasa sakitnya sungguh tak tertahankan.

Di sela-sela pemikiran itu, Luo Zhengxiu merasakan seseorang mengambil lengannya, dan memeluk pinggangnya. Kemudian seluruh bobot tubuhnya terangkat seketika. Naluri pertamanya adalah ia takut jatuh, jadi berpegang lebih kuat pada sumber kenyamanan itu.

Bibirnya merintih kesakitan dengan air mata menggantung di pelupuk. Luo Zhengxiu benar-benar kehabisan tenaga untuk mengeluh. Dia takut.

"Wu Zetian, aku takut." Rintihan pelan itu diam-diam terdengar ke si empunya nama.

"Aku di sini, jangan takut."

Luo Zhengxiu, "aku kedinginan."

"Aku akan menghangatkanmu, oke."

[END] Kelahiran Kembali Mendapatkan Hati Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang