Sasuke bukanlah tipe orang yang romantis.
Tapi itu bukan masalah besar. Setelah mempelajari dengan seksama buku yang diberikan Kakashi dengan Sharingan-nya, ia sekarang siap untuk menguji kemampuannya. "Hyuuga akan suka ini," gumamnya.
.
.
.
Hinata melepaskan sandal ninjanya dan langsung berjalan ke dapur untuk mengambil piring. Setelah misi yang sangat panjang, ia kelaparan! Senyumnya mengembang ketika bel pintu berbunyi. Kiba-kun memberitahunya bahwa Hana punya banyak makanan sisa, jadi pria itu akan membawakan beberapa untuk Hinata dan dirinya sendiri.
"Aku datang," serunya sambil berjalan menuju pintu. "Ki–" tiba-tiba saja nafsu makannya hilang saat ia melihat Uchiha Sasuke berdiri di depan pintu rumahnya.
"Hyuu–" sebelum Sasuke bisa menyelesaikan kalimatnya, pintu itu menghantam wajahnya. Hinata meluncur di pintu kayu sambil memegangi wajahnya. Ia ingin berteriak!
Bukan hanya penguntit yang menyeramkan, tapi sekarang Sasuke benar-benar seorang pria mesum! Sasuke... Sasuke memintanya untuk... "Aku punya sesuatu untukmu." Kejengkelan tercampur dalam suara pria itu.
Hinata melompat dari pintu. "Aku tidak mau!" Ia berteriak. Detak jantungnya berdegup kencang. Walaupun ia tak ingin mengakuinya, Sasuke sepuluh ribu kali lebih kuat darinya. "Jangan ganggu aku!" Hinata tetap berteriak.
Mengaktifkan Byakugan-nya, ia melihat bahwa Sasuke telah pergi. Desahan keluar dari mulutnya saat ia berterima kasih pada Kami-sama.
"Aku bilang aku punya sesuatu untukmu," pewaris muda itu duduk terdiam di lantai ketika suara langkah kaki mendekatinya. Jendela. Ia lupa bahwa jendelanya tidak terkunci.
Sasuke berjongkok di depannya dan mengulurkan kue yang dibuat dengan buruk. "Aku... m-mentolerirmu?" Hinata membaca kata-kata yang tertulis di sana.
"Ya." Sasuke menjawab. "Kau suka?" Mata Hinata terangkat dari kue buruk itu dan menatap mata hitam Sasuke. Tidak. Ia sama sekali tidak bisa berkata apa-apa. Hinata hanya duduk di sana, berharap dirinya akan meleleh di antara celah-celah lantai kayu rumahnya.
Sasuke sudah cukup dengan semua ini. Hyuuga akan menerima kue itu karena ia tahu kalau para gadis suka yang manis-manis dan pria yang bisa memasak. Dengan serius ia bertanya, "Sekarang, apa kau akan menerima benihku?"
"Eeh!" Hinata menjerit.
.
.
.
Sasuke berjalan menyusuri jalanan Konoha dengan marah. Bau kue bersarang di hidungnya dan lapisan gula merah menempel di rambutnya.
Kakashi mengutuk keberuntungannya ketika mereka melakukan kontak mata. Ia berbalik untuk pergi ketika Sasuke muncul di depannya. "Aku memberinya kue."
"Itu ba–"
"Kue itu dilempar ke wajahku." Sasuke menunjuk wajahnya yang berlumuran krim merah. "Ke wajahku," ulangnya..
Kakashi mengangkat jari dan mengusap hidung Uchiha yang marah. "Mmm, aku mengerti." Ia mencicipi krim itu. "Enak," ucapnya.
Kakashi akan muntah nanti.
"Kenapa?" Tuntut Sasuke dengan sangat marah sampai-sampai ia tidak mau repot-repot menatap wajah Kakashi yang tidak tertutupi masker. "Kenapa dia tidak mau menerimanya? Apa aku tidak sehat?"
Secara mental, memang tidak.
Kakashi menutup bukunya. "Apa dia masih mencintai Naruto?" Ia segera menyadari bahwa itu bukanlah pilihan kata yang bijak mengingat betapa cepatnya Sharingan Sasuke berputar. "Sas–" sudah terlambat. Uchiha yang melodramatis itu telah pergi.
Kakashi melepaskan maskernya dan segera muntah di semak-semak terdekat.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Taking A Hint
ФанфикDisclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto Story by Kia-B on Ffn Translated by Nejitachi