Ada kedutan aneh muncul di sudut bibir bawahnya dan Hinata mengabaikannya. Dari semua hal yang harus ditanyakan, kenapa Sasuke menanyakan hal itu?
Sepertinya ia tidak punya pilihan sekarang.
"Ano, namaku Hinata," bisik Hyuuga muda.
Sasuke memejamkan matanya perlahan-lahan sambil mengingat nama itu. Hinata. Hinata. Hinata Hyuuga. Hyuuga Hinata. Sebuah desahan puas keluar dari mulutnya. "Hi-na-ta," ulangnya.
Hinata melangkah mundur dengan anggukan tak pasti. Apa Sasuke telah salah mengucapkannya? Tidak. Hanya saja itu terdengar aneh–
"H-hai." Hinata tak tahu persis apa itu, tapi sepertinya Sasuke mengucapkan namanya dengan cara yang... berbeda? "A-ano... apa aku sudah dimaafkan?" tanyanya.
Mata jelaga Sasuke kembali terbuka dan menatap Hinata. Seringai tipis tersungging di sudut bibirnya.
Seringai itu membuat perutnya sakit, tapi tidak dalam cara yang romantis dan murahan seperti yang pernah Hinata baca di buku. Itu benar-benar membuatnya ingin muntah.
Mungkin karena satu-satunya alasan mengapa Sasuke ingin mengetahui namanya adalah agar lelaki Uchiha itu bisa memberi nama pada 'ibu dari keturunan iblisnya'.
Bicara tentang iblis...
Mengumpulkan keberaniannya, Hinata mengepalkan tinjunya. "U-Uchiha-san aku–"
"Sasuke," koreksi Sasuke.
Hinata menelan ludah. "Ano, Sasuke-san... aku t-tidak mau," Hinata berhenti sejenak. Sudah lama sekali ia tidak gagap seperti ini! Ini semua gara-gara Sasuke! "Aku... aku tidak ingin... punya anak denganmu."
"Oh."
Hinata mengerjap. "O-oh?" Ulangnya. "Tidak. Aku... aku tidak mau!" Tegas Hinata.
Alis hitamnya mengendur begitu juga dengan seluruh tubuhnya. Entah kenapa hal ini membuat pewaris muda itu marah bukan kepalang! Sasuke mengusap rambutnya sebelum menggelengkan kepalanya perlahan. "Ini tidak bisa dihindari, Hinata."
Rasa panas membakar tulang pipinya. Sekarang Hinata yakin kalau Sasuke sudah salah bicara! "K-kau tidak bisa memaksaku!"
Yah, Sasuke bisa dan tentu saja menculiknya akan menjadi pekerjaan yang paling mudah, tapi Sasuke tidak segila itu—setidaknya belum.
"Benar." Sasuke mencoba untuk memenangkan hati gadis itu, tapi ia tahu bahwa menyuarakan hal seperti itu akan membuat Hinata semakin menolak.
Sebuah desahan lega keluar dari bibir Hinata yang membuat Sasuke bingung. "J-jadi kau akan berhenti?" Tanya Hinata.
Sekarang raut wajah polos Hinata itu hampir membuatnya tertawa.
Sasuke mendengus. "Tidak," ia memalingkan wajahnya sedikit. "Aku punya tujuan yang harus diselesaikan."
Mata Hinata membelalak. "T-tapi–"
Sasuke membelakangi Hinata. "Sampai jumpa," ia berhenti sejenak. "Hinata." Ia melambaikan tangan dengan malas sambil berjalan pergi. Hinata berdiri di sana terjebak di antara rasa putus asa dan amarah yang memuncak.
Hinata menyipitkan matanya saat melihat lambang Uchiha yang perlahan menjauh. Tidak mungkin ia akan mengenakan pakaian dengan lambang kipas terkutuk itu atau memiliki anak dengan orang gila.
Senyum iblis terpatri di wajah Sasuke saat merasakan tatapan tajam Hinata di punggungnya. Keadaan sudah berbalik! Rona merah gadis itu mengingatkannya pada tomat.
Dan ia selalu menyukai tomat.
.
.
.
Penolakan itu hanyalah sebuah dering basi di telinganya sekarang. Hinata tidak mengendur sedikitpun.
Sasuke mulai bosan dengan tingkah kekanak-kanakan gadis itu. Mereka bisa menjalani tahap awal menjadi orang tua jika saja Hinata mau berhenti melawannya.
"Sakura," panggilnya. Gadis merah muda itu menoleh dengan cepat karena ia sedang mengobrol.
Sakura menghela napas. "Aku sudah bilang! Seberapa telatnya Naruto bisa–"
"Hentikan," bentaknya. Menoleh pada gadis itu dengan cemberut muram. Sakura hampir melangkah menjauh dari Uchiha yang sedang kesal itu. "Apa ritual perkawinan dasar untuk jenismu?"
"Je-jenisku?" tanya Sakura. Sakura mengusap lengannya perlahan, Sasuke kehilangan kewarasannya lebih banyak dari yang ia kira.
Sasuke mengangguk. "Jenis betina," lalu ia berhenti sejenak seakan ia tidak yakin kalau Sakura berjenis kelamin betina. Menepis keraguannya, ia melanjutkan. "Ritual perkawinan."
Mata Sakura bergerak-gerak. "Sasuke-kun, kau sadar kita ini bukan binatang, kan?"
Ketika Sasuke tidak menjawab, Sakura mendesah. Ini adalah laki-laki yang sama yang pernah ia perjuangkan. Laki-laki yang berpikir bahwa kawin adalah sesuatu seperti membunuh laki-laki lain untuk mendominasi.
Selain dari kekurangannya yang sudah jelas—Sasuke tidak pernah berpikir kalau dia punya kekurangan—Sakura pikir membantu lelaki itu akan berdampak baik bagi semua orang.
Senyum jahil mengembang di wajahnya. "Apa kau butuh bantuanku, Sasuke-kun?"
Sasuke membenci kata itu tapi ia tidak punya pilihan lain. Ia telah meminta bantuan Kakashi, seorang pria tanpa istri, tanpa anak dan koleksi buku-buku porno di ruang tamunya.
Itu adalah kesalahan terbesarnya.
Sedangkan Sakura pintar, memiliki orang bodoh seperti Lee dan Naruto yang mendambakannya dan bagian terbaiknya adalah... teman Hinata. Sasuke menelan kesombongannya yang sebesar gunung dan mengangguk.
Ia hampir langsung menyesal telah bertanya pada Sakura saat melihat seluruh wajah gadis itu berbinar.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Taking A Hint
FanficDisclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto Story by Kia-B on Ffn Translated by Nejitachi