Sasuke cukup terkenal karena banyak hal, tapi cemburu bukanlah salah satunya.
.
.
.
Itu bukan kesalahannya. Berkali-kali selama masa kecil mereka, Sasuke telah belajar untuk berhasil meredam suara Sakura. Tapi sekarang ia tidak bisa mengendalikannya.
Anjing Kampung itu...
...dan Akamaru selalu bersama Hinata. Ia tidak keberatan dengan anjingnya, tapi Anjing Kampung itulah yang mengganggunya. "Hinata-chan, kau melewatkan satu tempat!" Anjing Kampung itu tertawa.
Hinata mengusap wajahnya dengan panik yang membuat Anjing Kampung itu semakin tertawa. Anjing Kampung itu mengulurkan tangan dan mengusap pipi Hinata. "Ini dia."
Sasuke mengepalkan tinjunya. "Anjing Kampung sialan," gumamnya.
"Apa?" Tanya Sakura.
Sasuke melirik ke arah rekan satu timnya. "Tidak ada. Lanjutkan," instruksinya.
Mata Sakura menyipit. "Aku belum mengatakan sepatah kata pun sejak kau mulai mengacuhkanku!" Ucap Sakura. Itu baru lima menit dari pidatonya tentang bagaimana cara untuk menyukai seseorang.
Sasuke mengusap rahangnya perlahan. "Aku tahu. Lanjutkan!" Tuntut Sasuke.
Sakura mendesah. "Kau lihat siapa–" gadis merah muda itu menggeram kesal saat Sasuke mengacuhkannya lagi. "Sasuke!" Ia menjentikkan jarinya di depan wajah lelaki itu.
Sasuke berkedip dan menatapnya. "Apa?" Ia berkata seolah Sakura-lah yang tidak sopan.
Sakura mengernyitkan dahinya dan menoleh ke arah dimana perhatian Sasuke tersita. Kiba dan Hinata berada di seberang jalan sedang melihat-lihat sesuatu. Kiba menyodorkan anting-anting berwarna merah muda ke telinga Hinata.
"Aww," Sakura berdecak kagum. "Mereka imut sekali." Mata Sakura menangkap Sasuke yang memperhatikan dua anggota Tim Delapan itu dengan tidak suka. Sakura terdiam sejenak. Tunggu, Sasuke belum memberitahunya nama gadis yang tidak tertarik itu...
Tidak tertarik? Pada Sasuke? Yah, sekarang banyak gadis yang bisa ditambahkan ke dalam daftar itu, tapi...
Hinata?
"Kau..." Sakura mendekatkan tangannya ke sisi mulutnya perlahan-lahan. "Kau menyukai Hinata," bisik Sakura. Mata gelap Sasuke terpejam dengan frustasi. Ia tidak menyukainya! Ia juga tidak ingin berurusan dengan perempuan emosional seperti Sakura. Ia berharap Sakura tidak mulai menangis, karena...
Suara tawa menarik perhatian Sasuke. Mata Sakura terpejam, dan air mata mulai terbentuk tapi gadis itu tertawa! Ia tidak menjadi badut dalam semalam! Sakura mendengus lalu menutup mulutnya sebelum hampir terjatuh ke tanah. "Hi-Hinata?!" Gadis itu memegangi perutnya.
"Apa yang lucu?" Tanya Sasuke, tajam. Sakura mengipasi dirinya sendiri dan menghela napas. "Beritahu aku," perintahnya.
Sakura berdeham. "Aku tidak bisa membuat keajaiban, Sasuke."
"Apa?"
Sakura menggelengkan kepala. "Tak ada yang bisa kukatakan yang bisa membuat H-Hi-Hi–" ia mulai tertawa lagi. Sasuke tidak membenarkan meninju wanita, tapi sekali lagi...
Tidak.
Ia sadar betul Sakura bisa meninju jiwanya lalu menghidupkannya kembali. Dengan itu, Sasuke menyerbu ke arah Kiba dan Hinata berada.
Kiba menoleh pada sang Uchiha. "Apa yang kau–"
Sasuke mengabaikannya dan menatap Hinata dengan intens. Hinata melangkah mundur dengan tatapan paling lembut yang pernah ia saksikan. "Ada apa U-Uchiha-san?" Hinata bertanya.
"Apa arti Anjing Kampung ini bagimu?" Sasuke menunjuk Kiba.
Hinata mengerjap. "K-Kiba-kun?" Ia harus menahan senyum melihat wajah Kiba.
Sasuke mengangguk singkat. Hinata tahu balas dendam bukanlah jalan yang tepat, tapi terkadang...
Hinata meraih tangan Kiba. "K-kenapa?"
Mata Sasuke berkedip-kedip merah. Ia harus mengingatkan dirinya sendiri bahwa membunuh 'kawan' adalah hal yang buruk. "Hyuuga, aku–"
Kiba menarik Hinata menjauh. "Sial, waktu yang kita miliki bersama tidak akan dirusak oleh si brengsek ini." Akamaru menggonggong tanda setuju. Hinata tersenyum melihat sikap protektif Kiba. Bagus sekali.
"Kau benar." Ia mengikuti Inuzuka dan anjing besarnya.
Sasuke mendekatkan ibu jarinya ke bibirnya sebelum menggigitnya dengan keras. Sakura berjalan menghampirinya. "Kau mungkin harus menyerah padanya?"
Mata Sharingan menyipit menatap Sakura. "Tidak akan pernah," ia mengelap jarinya yang berdarah di celananya dan berjalan pergi.
Sakura kemudian melihat Sasuke melompat dari atap ke atap. "Hinata yang malang..."
.
.
.
Hinata selalu duduk di atap rumahnya sambil melihat matahari terbenam. Hal itu telah menjadi hal yang dilakukannya setiap hari hingga Sasuke datang ke sana.
Sore ini ia akan kembali melihat matahari terbenam. Byakugan-nya diaktifkan saat ia duduk di atap. Hinata menarik lututnya ke dadanya dan mendesah tidak senang.
Ia melihat lelaki itu datang tetapi tidak berencana untuk melewatkan matahari terbenam lagi, jadi Hinata tidak mempedulikan Sasuke bahkan ketika lelaki itu duduk di sampingnya. Sasuke tetap diam dan memilih untuk melihat matahari terbenam bersamanya.
Sasuke merasakan gadis itu mencuri pandang sekilas ke arahnya tapi tidak mengatakan apa-apa. Ia membiarkan Hinata menikmati kedamaian ini.
Namun setelah matahari terbenam dan langit menjadi gelap sepenuhnya, ia menoleh pada Hinata. Anehnya, gadis itu juga menatapnya.
Sasuke mengembuskan napas. "Aku punya solusi, Hinata." Hinata hanya berkedip padanya. Tanpa sedikitpun keraguan atau lelucon ia berkata, "Hinata, aku ingin kau jatuh cinta padaku."
Dan Hinata pun langsung terjatuh dari atap.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Taking A Hint
FanfictionDisclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto Story by Kia-B on Ffn Translated by Nejitachi