Happy reading :)
***
Dua seorang remaja sedang berdiri di ruangan pengap di bagian ruangan sekolah yang tidak terpakai, tlat menyimpan bangku dan kursi yang sudah tidak layak pakai. Mereka saling pandang, saling menatap serius satu sama lain. Hal yang akan mereka bicarakan termasuk serius, sehingga mereka memilih ruangan tak berpenghuni agar tidak ada seseorang pun yang mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan.
"Lo udah lama nutupin rahasia ini, seharusnya lo udah mengasih tau mereka." Ujar salah satu remaja itu dengan pandangan serius dan tatapan khawatir.
Lawan bicaranya hanya menggeleng tegas.
"Gak!" Tolaknya cepat. Seperti apa yang sudah diduga, pemuda itu akan menolak.Mendengus kesal karna lawan bicaranya cukup keras kepala. "Sampai kapan? Lo gak akan seterusnya bisa nyembunyiin hal yang gak bisa dianggap sepele seperti." Balasnya.
"Gue gak mau merepotkan mereka." Pemuda itu memegang bahu sang lawan bicara. "Gue kasih tau lo karna gue yakin lo gak akan bilang sama siapapun. Dan berjanjilah untuk tidak memberi tahu yang lain!".
Lawan bicaranya ini benar benar keras kepala. " Terserah," menghempaskan pegangan sang lawan dibahunya. Lantas, Pemuda itu melangkah hendak keluar. Beberapa langkah menuju pintu, pemuda itu berbalik. "Lo bisa percaya kalo gue gak akan bicara pada siapapun. Tapi ingat, penyesalan selalu ada di penghujung. Cepat atau lambat, nyawa lo yang akan jadi taruhannya." Berhenti sejenak. "Gue harap lo bisa mencerna ucapan gue dengan baik." Perkataan terakhir sebelum pemuda itu benar benar keluar dari ruangan itu. Meninggalkan lawan bicaranya yang keras kepala itu.
Lenggang. Pemuda itu menatap kosong kedepan. Apa yang haru dirinya lakukan? Tetap menyembunyikan atau meminta bantuan? Masalahnya, dirinya tidak mau menyusahkan orang sekitarnya. Cukup hidupnya sendiri yang menderita. Tanpa membawa orang lain masuk kedalam hidupnya yang berantakan akhir akhir ini.
Dirinya harus berfikir dua langkah kedepan sebelum mengambil tindakan. Satu langkah salah, maka akan menimbulkan sebuah masalah. Jadi dirinya harus berfikir dengan sangat baik dalam mengambil tindakan.
***
"Jangan lakukan hal bodoh Via!." Tegas Zay ketika melihat sang pasangan yang berantakan. Kondisinya buruk, mata lembam sebab lama menangis dan rambut yang acak acakan. "Gue akan tetap bersama lo apapun yang terjadi." Lanjut Zay.
Via menggeleng diringi tangis yang dari tadi tidak ada hentinya. "Gue udah kotor Zay! Gue gak pantas sama siapapun." Balas Via. Zay yang mendengarnya terlihat kecewa. Baru kali ini Via menggunakan panggilan Lo - Gue saat bicara pada dirinya. Gadis itu terlihat sangat tertekan dengan keadaan, hingga membuat Via berubah pada dirinya.
"Kata siapa? Lo masih pantas bareng gue Vi, dan gue gak akan mandang buruk sama lo. Apapun yang sudah terjadi dimasa lalu, lupakan. Ada gue sekarang." Balas Zay. "Dan jangan gunakan panggilan lo - gue lagi sama gue Vi, gue gak suka! " Tekannya. Meskipun dirinya memakai pangilan itu, tapi untuk Via, Zay tidak memperbolehkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMATI
Teen FictionHanya sebuah fatamorgana yang mengacak pikiran tanpah henti, membuat sang tuan mau tidak mau harus menuangkannya dalam sebuah karya yang jauh dari kata sempurna. *** Ini sebuah kisah tiga sahabat yang saling melengkapi satu sama lain. Zay Deo dan N...