Happy Reading?!
Tekan bintang sebelum membaca ya☺***
Panas terik matahari seperti membakar kulit Zay Deo dan Nero. Mereka bertiga sedang menelusuri jalanan tanpa tujuan. Mengukur jalan tanpa pengukur. Hanya saja, mereka yang ingin menikmati perjalanan dengan mengendarai motor masing-masing. Awalnya Zay usul untuk menggunakan mobilnya saja. Cuaca sedang panas-panasnya, dengan mobil yang ber AC mereka dalam keadaan sejuk. Tapi kedua sahabatnya menolak, mereka bilang lebih asik menggunakan motor sendiri. Zay pun tidak membantahnya.
Disinilah mereka sekarang, dijalanan macet dengan element tata surya yang sedang bersemangat mengerahkan seluruh kekuatannya. Membuat jalanan seperti terbakar.
"Woy Zay! Kita berhenti di depan. Gue harus pengen minum." teriak Nero dibelakang Zay.
"Iyaa Zay! Gue haus juga." tambah Deo yang posisinya berada disamping Nero. Motor mereka bersebelahan.
Zay mengangkat tangannya. Tanda setuju.
Mereka mempercepat laju motor masing masih, menyalip mobil yang sedang berjalan seperti siput karena jalanan sedang macet.
Zay menjalankan motornya kearah samping jalan. Berhenti. Disusul Deo dan Nero.
"Mungkin kita biasa istirahat disini dulu." ujar Zay menunjukkan tempat yang akan mereka pijak.
Sebuah warung sederhana yang terlihat begitu ramai. Warung dengan interior yang tradisional, semua bangunannya nyaris terbuat dari kayu. Mulai dari dinding, tempat kasir maupun hiasan warung yang diukir begitu apik.
"Ok kita istirahat disini dulu." Nero melangkah terlebih dahulu. Terlihat sangat bersemangat. Wajar dirinya sangat kehausan berada dibawah terik matahari.
Disusul Zay dan Deo yang mulai mencari tempat duduk yang kosong. Nyaris penuh. Tapi, masih ada dua meja kosong, mereka memilih meja yang dekat dengan jendela warung yang langsung menampakkan susana jalanan yang ramai.
Seorang pelayan mendatangi tempat mereka bertiga. Wanita tinggi agak gemuk dengan ramah menawarkan pesanan. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.
Zay melihat tulisan menu yang berada diatas meja. Memilih milih mana yang akan mereka pesan.
"Tiga jus mangga_"
"Dan tiga nasi goreng dengan lauk lele." Nero menambahkan pesanan, memotong ucapan Zay.
Pelayan itu mengangguk sambil mencatat pesanan. "Masih ada lagi?."
"Tamba_".
"Iya itu aja bak pesanannya." Deo memetong ucapan Nero.
"Ditunggu ya kak!" ucap pelayan itu sebelum pergi.
"Gue masih belum selesai mesen loh De." ujar Nero.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMATI
Teen FictionHanya sebuah fatamorgana yang mengacak pikiran tanpah henti, membuat sang tuan mau tidak mau harus menuangkannya dalam sebuah karya yang jauh dari kata sempurna. *** Ini sebuah kisah tiga sahabat yang saling melengkapi satu sama lain. Zay Deo dan N...