Happy Reading to you :)
Bel pulang sekolah telah berbunyi nyaring beberapa menit yang lalu. Membuat para murid SMA Trisula berhamburan keluar dari kelas mereka.
Setiap sudut terasa sesak dan penuh dengan murid yang tak sabaran untuk pulang mengistirahatkan rasa lelah mereka.
Sesuai janji Deo. Juga Zay yang menepati janjinya. Ditambah Nero dan Via yang masih tidak bicara dengan Zay meskipun Zay sudah mencoba berbicara tapi tidak direspon oleh Via.
Mereka berempat pergi ke parkiran sekolah mengabil motor masing masing. Via yang dipaksa oleh Deo ikut dengan Zay pun nurut. Tanpa berbicara.
Mereka keluar dari halaman sekolah. Menembus jalan yang ramai dengan pengendara lainnya.
Zay tanpa banyak bertanya mengikuti arah yang Deo tunjukkan. Pun tak sepatah kata berbicara dengan Via.
Mereka akhirnya sampai pada tujuan. Rumah sakit Jaya Bakti.
Kenapa mereka kesini? Batin Zay bertanya tanya. Tapi tetap mengikuti Deo.
Hingga sampai pada satu ruangan. Mereka masuk.
Ada seseorang terbaring diatas ranjang disana dengan selang infus yang menancap pada salah satu tangannya.
"Untung lo sudah sadar." ucap Deo pada orang itu.
Zay yang melihat itu mengeram penuh dendam. Ternyata Gio yang ada diatas ranjang tersebut.
Nero mengusab bahu Zay. "Tahan." Nero berusaha menenangkan. Juga Deo yang menatapnya dengan penuh keyakinan.
Zay berusaha menahan gejolak emosi yang menguasai teluruh organ tubuhnya. Entahlah, dendam itu sepertinya masih belum selesai pada diri Zay.
"Lo mau bicara kan?" tanya Deo pasa Gio yang berusaha duduk. Keadaannya memang sudah cukup baik beberapa jam lalu.
Gio mengangguk. "Dan aku rasa Zay tidak keberatan?" tanya Gio menatap Zay. Ia tau Zay tidak akan mau mendengarkan alasan dibalik semua kejadian dia tahun lalu itu.
"Semuanya akan baik baik saja. Percayalah, tidak semua masalah bisa lo atasi dengan emosi Zay." Nero mencoba menenangkan. Berusaha agar Gio bisa menjelaskan dan bisa menerima maaf dari Via maupun dari Zay.
Zay menghela nafas. Baiklah ia akan membiarkan Gio menjelaskan kejadian itu. Supaya tidak ada lagi pertengkaran dan dendam antara mereka. Via saja tidak keberatan, meskipun Via hanya menunduk dari tadi. Sungkan memperlihatkan wajahnya pada Gio, juga karena ia tidak kuat melihat wajah Gio yang sudah lama Via hindari.
Via duduk disebelah samping ranjang Gio. Zay menyusul disebelahnya. Sedangkan Deo dan Nero memilih keluar. Mereka tau, sahabatnya itu butuh ruang dan waktu. Jadi mereka tidak mau mengganggu masalah privasi mereka.
Setelah ruangan itu menyisakan mereka bertiga. Gio memulai percakapan. "Sebelumnya gue minta maaf sama kalian. Terutama sama lo Vi, karna gur udah ngambil hal berharga yang seharusnya gue jaga."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMATI
Teen FictionHanya sebuah fatamorgana yang mengacak pikiran tanpah henti, membuat sang tuan mau tidak mau harus menuangkannya dalam sebuah karya yang jauh dari kata sempurna. *** Ini sebuah kisah tiga sahabat yang saling melengkapi satu sama lain. Zay Deo dan N...