Happy Reading:)
***
"Disini? Gak ada!"
"Apa disini ya? Juga gak ada!"
"Buset kemana aja nih dasi gue? Mana upacara bentar lagi mulai!" Seorang murid sedang terlihat bingung mencari benda yang hilang entah kemana. Bukan hilang, lebih tepatnya dirinya lah yang ceroboh. Lupa menaruh dasinya dimana.
"Lo coba cari yang bener Nero. Dan coba lo ingat ingat lagi. Kali aja lo memang gak bawa dasi." Zayyan sahabat Nero dari SMP itu terlihat jengah dengan Nero yang dari tadi hanya kesana kemari seperti orang kerasukan jin penari.
"Gak mungkin Zay. Gue tadi udah bawa. Udah gue pegang. Tapi, kill mengingat gue aja yang minta di servis." Balas Nero dengan tangan yang masih mengacak acak isi lokernya.
"Kali aja gak ada disitu Nero. Lo kan dari pagi gak buka loker. Mana mungkin dasi lo tiba tiba ada didalam?! Gak mungkin kan." Ujar Deo yang bersandar di dinding dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Selain Zay, Deo juga sahabat Nero dari SMP.
"Kalian berdua cuma ngomen doang. Bantu lah kek!" Protes Nero yang mulai kesal.
Bukannya tidak mau membantu teman yang susah. Zay dan Deo memang sengaja tidak membantu Nero mencari dasinya, biarkanlah Nero sendiri yang mencari. Lagi pula Zay dan Deo tidak tau dasi Nero ditaruh dimana, mengingat Nero yang memang pelupa. Seperti minggu lalu, Nero mengoceh tidak jelas saat ulangan harian hanya karna perkara pulpennya yang hilang. Mau dikasih pinjaman oleh yang lain Nero malah nolak karna mau mencari pulpennya yang hilang, dengan alasan pulpennya masih baru. Dan hingga akhirnya pulpen Nero ditemukan di daun telinga Nero, itupun Deo yang melihatnya. Nero yang menaruhnya, Nero yang lupa dan Nero yang mengoceh tanpa jeda.
Jadi mereka berdua memilih diam tidak mau membantu.
Nero yang sudah kuwalahan mencari dasinya yang tidak kunjung ditemukan akhirnya menyerah. "Biar sudah, untuk kali ini gue nyerah, kalah dari diri gue sendiri. Kalaupun gue dihukum gue sudah pasrah." Nero menampakkan ekspresi dramatis nya. Seolah mendapat musibah yang terlewat besar.
Ucapan Nero otomatis membuat alis Zay terangkat sebelah. "Lah nih orang kerasukan apa? Ngomongnya kayak orang paling bener sedunia."
"Lo pasti tadi gak solat dhuha kan Nero? Makanya pagi pagi aja lo udah apes." Lanjut Deo.
"Lah solat dhuha sama dasi ilang apah hubungannya coba?" Nero terlihat jengkel.
"Ada, lo jarang wudhu sih makanya pelupa." Ujar Deo semakin tidak nyambung.
"Terserah lo ajalah. Sebagai sahabat yang baik gue gak akan buat lo kecewa. Yang penting gue udah taqwa pada Tuhan yang Maha esa." Nero juga ikut tidak nyambung.
"Setres! Punya temen gini amat." Ujar Zay yang kemudian melangkah ketika mendengar suara bel upacara akan segera dimulai.
"Gue nyusul Zay. Lo ikut atau masih mau nyari dasi lo sampek kiamat?" Tanya Deo pada Nero yang mulai mencari lagi. Padahal belum lima menit Nero berkata sudah menyerah dan akan menerima apapun yang akan ia terima nantinya jika atribut tidak lengkap saat upacara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMATI
Teen FictionHanya sebuah fatamorgana yang mengacak pikiran tanpah henti, membuat sang tuan mau tidak mau harus menuangkannya dalam sebuah karya yang jauh dari kata sempurna. *** Ini sebuah kisah tiga sahabat yang saling melengkapi satu sama lain. Zay Deo dan N...