BAB 8 : Bukan Dinner Romantis

21 0 0
                                    


Sean menyambar tangan Viona ketika berjalan meninggalkan rumah. Membukakan pintu mobil untuk gadis itu dan mempersilakan dia masuk. Setelah itu, barulah ia masuk ke kursi bagian kemudi.

"Viona."

"Hmm?" Mengarahkan pandangannya pada Sean yang ada di kursi sampingnya.

"Jangan ngambek terus. Kamu sedang bersamaku. Aku ada salah, ya ... sampai kamu terus menunjukkan muka menyebalkan seperti itu di depanku?"

"Ya maaf," ucapnya. "Habisnya aku lagi badmood banget. Malah ngajakin dinner."

"Trus kamu maunya kita kemana?" tanya Sean sambil mengusap lembut wajah dia.

"Ke rumahmu saja."

"Vio ..."

"Kenapa. Nggak boleh?"

"Masalahnya di rumah lagi nggak ada siapa-siapa. Papa di rumah sakit, mama lagi ke rumah tante Amira. Trus, kamu ke rumahku mau ngapain? Numpang tidur?"

Menyenderkan punggungnya, lengkap dengan hembusan napas berat.

"Yaudah, dinner. Yuk lah." Memasang sabuk pengamannya.

"Atau ... kita ke hotel saja?" tanya Sean memberikan penawaran.

"Ih, Kakak apa, sih!" Berengut Viona, tapi kali ini diselingi oleh tawa recehnya. "Kenapa juga kepikiran ngajakin ke hotel." Ia sampai mencubit lengan Sean saking gregetnya.

"Lah, kenapa. Memangnya kita ke hotel mau ngapain?"

"Lah kamu, ngajakin aku ke hotel mau ngapain?"

"Pasti pikiran kamu udah mesum tuh."

"Apaan. Enggak lah."

Lihat, kan ... separah apapun ngambeknya dia, kalau sudah bersama Sean seolah-olah gampang luluh. Riga memang saudara terbaik karena memberikan kasih sayang yang besar pada dia, tapi Sean memberikan Viona cinta mendalam.

"Jangan ke restoran yang minggu lalu. Aku nggak suka," ujar Viona saat dalam perjalanan.

"Kenapa?" tanya Sean.

"Isinya kebanyakan manusia yang kamu kenal dan aku dikacangin. Berasa jadi nyamuk di tengah-tengah obrolan kalian yang ... begitulah."

"Kan kamu juga mengenal mereka."

"Aku cuman kenal sama Kak Rendi dan Kak Zafi, itu saja. Apalagi ketemunya sama ... udahlah. Mood ku lagi nggak bagus. Kalau kamu ajakin ke sana dan aku ngamuk. Mau?"

Sean hanya bisa tersenyum mendengar perkataan Viona. Ya, memang minggu lalu saat keduanya makan malam, malah ketemu sama teman-temannya sesama dokter. Terlihat jelas jika Viona tak nyaman dengan hal itu. Jelaslah, ya ... lagi makan malam romantis, malah jadi rame. Tapi ia juga tak menyangka jika akan terjadi hal seperti itu. Ditambah lagi dengan adanya Mareta yang seakan ikut nimbrung pada obrolan keduanya.

"Maaf karena minggu lalu membuatmu nggak nyaman. Aku juga nggak tahu akan terjadi hal seperti itu."

"Dimaafkan," respon Viona langsung.

"Gampang banget."

Viona mengarahkan pandangannya pada Sean yang fokus mengemudi.

"Aku hanya nggak akan memaafkanmu jika itu menyangkut wanita. Sisanya terserah kamu mau ngapain, Kak."

Berasa diperingatkan dengan lantang. Memang Sean tak seperti itu, tapi ketika Viona mengatakan itu rasanya seolah dia begitu menakutkan.

"Aku juga nggak akan berpikiran sampai ke sana, kan."

Pemilik Hati Sang Pewaris (Session 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang