BAB 19 : Kemarahan Viona

21 0 0
                                    


Jam menunjukkan pukul tiga siang. Ah, tidak ... bukankah ini sudah menjelang sore namanya. Viona dan Billa masih mondar-mandir menelusuri area Mall.

"Udah, kan?"

"Udah," jawab Billa.

"Akhirnya," lega Viona. "Elo bikin gue lapar lagi tahu nggak," keluhnya pada Billa.

"Makan dulu?"

Belum Viona menjawab pertanyaan dari Billa, ponsel miliknya berdering. Merogoh tas dan mengecek siapa yang menghubunginya. Ternyata dari papanya.

"Ya, Pa?"

"Kamu di mana? Udah mau sore loh ini. Ayok, pulang."

"Lah, papa masih di sini? Kirain udah pulang dari tadi," balas Viona sampai kaget.

"Ya Papa nungguin kamu ini," ujar Viona.

"Kenapa juga pake ditungguin sih, Papa. Aku bisa dianterin sama Billa ntar."

"Kenapa nggak bilang dari tadi sih, Sayang."

"Ya ku pikir Papa memang nggak nungguin." Viona tak mau kalah.

"Berhubung Papa udah nungguin, ayok pulang bareng."

Viona memasang muka cemberut.

"Yaudah, yaudah ... bentar. Aku jalan ke sana."

Langsung menutup percakapan dengan papanya, kemudian memasang muka masam pada Billa.

"Kenapa?"

"Gue malah ditungguin sama Papa di restoran tadi buat pulang bareng."

Billa malah langsung ngakak mendengar perkataan Viona.

"Lucu?"

"Banget lah," jawab Billa langsung. "Kapan lagi coba seorang Viona ngemall ditungguin sama papanya. Kalau Kak Sean yang nungguin ya udah biasa, kan. Tapi kalau Om Justin? Baru sekarang kayaknya."

"Udah, ah ... ngakak mulu."

Jadilah, keduanya menuju ke restoran di mana posisi Justin berada. Sampai di sana, langsung duduk di kursi.

"Udah selesai?"

'Udah," jawab Viona. "Tapi ngapain sih papa pake acara nungguin segala."

"Katanya biar kamu nggak lupa waktu," sahut Tian.

"Ini juga udah mau pulang, kok, Om. Apaan yang lupa waktu."

"Ini pulang karena papa telepon, kan. Coba kalau enggak ... bisa pulang malam kamu." Justin langsung mengomel.

"Om paham banget alurnya," balas Billa malah tertawa mendengar tebakan Justin. "Padahal kita juga barusan memang mau pulang, kok, Om. Serius. Soalnya Viona mau ke rumah sakit katanya."

Justin mengarahkan pandangannya pada Viona yang masih memasang muka cemberut.

"Aku mau ketemu cogan," ujar Viona to the point.

Baru ini kan ada anak yang secara langsung ngomongin cogan di depan papanya sendiri.

"Papa kamu juga cogan pada masanya. Makanya mama kamu bisa klepek-klepek," tambah Tian.

"Kok aku nggak percaya. Ntar aku tanya langsung sama mama. Mama yang duluan naksir Papa, atau papanya aja yang main paksa."

Justin berasa terpental mendengar perkataan Viona. Bisa-bisanya dia menebak masa lalunya yang ada benarnya. Sedangkan Tian, dia malah tampak tertawa puas melihat kemenangan Viona. Padahal tadi seolah berada satu server dengannya, sekarang justru di tim Viona.

Pemilik Hati Sang Pewaris (Session 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang