BAB 16 : Gagal Tidur

15 0 0
                                    

Viona mengantarkan Sean menuju teras depan, karena akan segera pulang.

"Jangan lupa makan siang nanti," pesan Viona.

"Iya," jawabnya.

"Nanti malam pulang jam berapa, Kak?"

"Kisaran jam 9 atau 10 mungkin."

"Tapi ini kamu pulang dulu, kan ... nggak langsung ke rumah sakit?"

"Iya, pulang dulu. Masih beberapa jam lagi, kan."

Viona mengangguk, kemudian mendekat pada Sean dan dengan sedikit berjinjit mencium pipi dia.

Mendapatkan ciuman hangat di pipinya, seketika Sean dibuat kaget. Percayalah, dia nggak pernah menciumnya jika berada di sekitar area rumah ini. Ya, apalagi kalau bukan perkara tuan rumah yang banyak sekali memasang kamera CCTV.

"Tumben? Nggak takut CCTV?"

"Udah, biarin aja itu CCTV. Anggap aja nggak ada."

"Baiklah," respon Sean singkat, kemudian malah langsung mencium bibir Viona.

Viona langsung menutup mulutnya, karena sikap Sean itu. Mengarahkan pandangannya ke sekeliling untuk memastikan keadaan.

"Hm, kenapa?" tanya Sean dengan wajah heran.

Viona menggeplak lengan Sean karena kesal. "Kok kenapa? Kamu kenapa menciumku, sih?"

"Kamu bilang abaikan dan anggap nggak ada kamera CCTV."

"Iya tapi nggak sampe cium bibir juga dong, Sean," berengut Viona malah menekankan nama Sean, tanpa embel-embel Kak.

"Eh, berani kamu, ya. Aku lebih tua dari kamu, loh, Sayang," peringatkan Sean dengan senyumannya yang tertahan.

"Biarin," responnya. "Kamunya, sih. Ngeselin banget."

Jadilah, sebelum masuk ke dalam mobil malah gelud dulu di teras.

Di saat yang bersamaan, Bibik datang dari arah dalam dan menghampiri keduanya.

"Maaf, Non ... ada telepon dari Non Billa."

"Ke ponselku?"

"Ke telepon rumah, Non. Kata Non Billa sudah menghubungi ke nomer ponselnya Non Vio, tapi tidak ada jawaban," terang Bibik.

"Eh, ponsel mu masih di dalam mobil, Vi," ujar Sean segera membuka pintu mobil dan ya benar sekali. Benda pipih itu masih tergeletak di sana.

"Rajin sekali dia menelepon, sampai 17 kali," ujar Sean mengecek benda itu.

"Biar ku telepon balik, Bik," ujar Viona pada bibik, hingga akhirnya wanita itu langsung berlalu dari sana.

Viona duduk di teras, kemudian menelepon Billa balik.

"Aku langsung balik, ya."

"Hati-hati, ya. Jangan ngebut. Kalau sempat, kamu istirahat aja. Masih ada beberapa jam lagi, kan."

"Hm," angguk Sean, mengusap lembut pipi Viona.

"Bye."

Sean segera memasuki mobil dan segera melajukan kendaraannya meninggalkan area pekarangan rumah.

Sementara Viona kembali mengulangi menelepon Billa. Karena barusan tak dijawab.

"Apa, Sayangku," ujar Viona pada Billa.

"Apa, apa ... lo kemana, dari mana dan lagi ngapain sih, Viona? Perasaan dari semalam gue nelepon nggak ada yang langsung dijawab."

Pemilik Hati Sang Pewaris (Session 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang