BAB 18 : Bertemu Nanda

21 0 0
                                    


Sampai di luar barulah Viona melepaskan Billa dari cengkeramannya.

"Anjir, Viona! Gue berasa kehabisan napas!" Saking kesalnya sampai ia cubit lengan sobatnya itu sampai merah.

"Sakit, Billa!" ringis Viona saat mendapatkan serangan daro sobatnya itu.

"Lo yang mulai."

"Kan gue cuman nyari aman dari mulut ember lo," balas Viona memberengut.

Billa kembali menelisik tajam pada Viona.

"Memangnya lo semalam ngapain, sama siapa dan di mana?"

"Gue nggak ngapa-ngapain," jawab Viona megalihkan pandangannya ke arah lain.

"Bohong."

"Ih, beneran," balasnya. "Oke, gue semalam sama Kak Sean. Trus, tiba-tiba ada masalah yang bikin emosi dia naik sampai ubun-ubun. Trus, gue temenin di apart. Udah itu doang," jelasnya.

"Lo yakin itu doang? Dengerin suara Kak Sean manggil pake kata-kata sayang aja pikiran gue udah nyampe di adegan vanas," ungkap Billa jujur.

Viona menarik napasnya panjang, berusaha menahan emosi yang bercampur rasa kesal.

"Masa manggil sayang doang lo udah mikir adegan vanas. Secinta-cintanya gue sama Kak Sean, nggak bakalan jugalah ngelakuin hal senekad itu. Mending langsung nikah aja sekalian, biar puas adegan panas sampai brutal sekalipun."

Tawa Billa sampai menyembur mendengar perkataan Viona yang menurutnya terlalu random. Sampai-sampai orang-orang yang lewat di sekitar keduanya terheran-heran.

"Udah, ah ... lo bikin kita diliat aneh sama orang-orang." Billa menarik tangan Viona agar mengikuti.

"Lo tuh nggak percayaan sama gue." Viona masih cemberut.

"Iya, iya ... gue percaya."

"Trus kita kemana?"

"Shooping time!"

Tujuan pertama, toko buku. Ini sebenarnya bukan jiwa keduanya banget. Cuman karena ada tugas yang memerlukan sebuah buku buat referensi, makanya malah nyangkut di sini. Biasanya yang goyan ke toko buku mah Riga dan Sean. Sepertinya mereka berada di dalam satu sirkel.

"Berasa kencan sama Kak Sean gue kalau nongki di toko buku kayak gini," ujar Viona sambil celingak celinguk mencari buku yang keduanya butuhkan.

"Dan, berasa diajakin Kak Riga makan siang di luar, endingnya kita malah dibawa ke toko buku," tambah Billa pada keluhan Viona.

"Apes banget, kan."

Keduanya sering diajak Riga dengan ending yang sudah bisa ditebak, makanya tahu rasanya seperti apa.

"Tapi kalau nggak punya buku itu, besok di kampus bakalan mampet lah ini otak kita."

"Btw, gue besok nggak masuk," ujar Viona.

Billa langsung shock dan mengarah pada Viona. "Kok nggak masuk? Wah, ini pasti Kak Sean dan Kak Riga nggak tahu, ya. Kalau tahu, pasti bakalan ..."

"Sayangnya tebakan elo salah," sanggah Viona menjulurkan lidahnya pertanda meledek. "Gue izin, kok."

"Kok bisa?" tanya Billa makin heran.

Karena setahunya Sean ataupun Riga itu satu tipe. Mana pernah mereka memberikan Viona izin untuk libur kuliah, kecuali ada hal yang penting.

"Gue besok mau ke Joyga sama Kak Sean. Jadi, ya begitulah."

"Ih, enak banget." Billa sampai ikutan heboh. "Tapi tumben banget Kak Sean ngajakin? Maksud gue, kok tumben ngajakin di jam kuliah."

Pemilik Hati Sang Pewaris (Session 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang