Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
91.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
92.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
93.
Setelah membaca pesan terakhir dari Evan, Ryder menaruh poselnya di meja nakas dan langsung bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi.
"Rumah kita ya? Semoga aja deh ini jadi awal yang bagus buat anak ini." Ucap Ryder sambil mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit sambil menatap kearah cermin dalam kamar mandi.
Tak butuh waktu lama Ryder berada di dalam kamar mandi karena ia hanya ganti baju, cuci muka serta sikat gigi. Ryder langsung jalan keluar kamar dan turun ke lantai dasar rumah tersebut menuju kearah meja makan yang salah satu kursinya sudah ditempati oleh Evan yang sedang menunggu kehadirannya.
"Sini kak, kita sarapan, maaf ya aku cuma bikin omelette aja." Sambut Evan setelah melihat Ryder menuruni anak tangga dan menghampirinya.
"Hmm... ini pada kemana? Kok sepi? Nggak ada art-nya?" Tanya Ryder yang melihat sekitar terlihat tidak ada orang lain selain mereka berdua.
"Iya, belum, aku nunggu Kak Ray."
"Oke" Singkat Ryder
Setelah itu hanya ada suara dentingan piring dari kedua orang yang sibuk dengan pemikirannya masing-masing, sampai tiba Ryder merasakan aneh pada dirinya lagi.
"Toilet."
"Kenapa kak?"
"Toilet dimana Evan? Cepet kasih tunjuk"
"Itu tuh disana, belok kiri, ada pintu buka aja itu toilet kok."
Setelah mendapatkan jawaban dari Evan, Ryder langsung berlari sambil menutup mulutnya, Evan yang bingung akan situasi tersebut ikut menyusul Ryder dan menunggu di depan pintu toilet tersebut.
"Kasihan, ternyata Kak Ray masih suka mual-mual." Gumam Evan pada dirinya sendiri, hingga ia tersentak karena Ryder yang membuka pintu kamar mandi dengan keras.
"Lo tuh, dibilang ganti parfume ya ganti! Udah tau bau lo tuh nggak enak." Ucap Ryder marah.
"Lo ganti parfume!" Final Ryder sebelum meninggalkan Evan yang membeku di depan pintu toilet.
Evan yang masih bingung atas kejadian yang barusan terjadi hanya melirik kearah sekitar dapur, setelah itu ia menghampiri Ryder yang ternyata kembali duduk di kursi meja makan tersebut.
"Yaudah, gimana kalo Kak Ray bantu pilihin parfume-nya?"
"Nggak, gue males."
"Ayolah kak, dari pada nanti aku salah beli parfume dan berakhir bikin kamu mual- mual lagi?"
Ryder yang terlihat memikirkan perkataan Evan akhirnya menganggukkan kepalanya, "ok, gue temenin."
94.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.