Hari berikutnya akhirnya Serena dan Alan melakukan kerja kelompok juga. Mereka bahkan sudah membicarakan kalau Hadden akan mengantar dan menunggu. Itu pesan papanya, mau ditolak macam apa kalau Andrew Harits berkata udah lah harus diiyakan.
"Parkir dimana?" tanya Serena ke Alan yang sedang bersiap dengan jaket hitamnya.
"Di sayap kanan." sayap kanan? Serena bahkan tak pernah parkir disana. Ia selalu di dikiri dekat tangga.
"Duluan Lan, Ser." pamit Jay.
"Iya hati hati."
"Turun aja dulu, nanti ketemu digerbang." ucap Alan ke Serena yang malah menungguinya.
"Bareng aja, Hadden belum spam berarti anaknya juga belum ke parkiran." gumam Serena. Akhirnya Alan selesai bersiap, mereka berjalan beriringan.
"Oh iya, jangan lupa. Selain kerja kelompok, lo harus menjelaskan pertanyaan kemarin. Jangan berpikir gue lupa ya Alan." ucap Serena sembari berjalan mundur untuk melihat bagaimana ekspresi Alan.
"Astaga, itu nggak penting." ucap Alan malas.
"Penting bagi gue soalnya."
"Gue tolak anaknya kemarin." jawab Alan tak menunggu nanti. Semakin cepat ia selesaikan maka secepatnya saja.
"Kenapa?" tanya Serena penasaran.
"Sama alasannya."
"Secara nggak langsung lo samain gue sama dia gitu? aww you hurt me." ucap Serena dengan tawa terpaksa. Emang anjing ini Alan lama lama.
"Maaf." ucap Alan. Kann dia tuh sebenernya nggak pengen buat orang sakit hati karena dirinya. Tapi ini beneran tak ada pilihan lain.
"Terus alasan lo kenapa harus chat dia di dm instagram? nggak lo tolak langsung saat itu? Kalau lo bilang dia sama gue sama harusnya lo tolak saat itu juga. Dan, gue nggak mau disamain sama siapapun." ucap Serena sedikit serius.
"Gue nggak mungkin nolak dia dihadapan orang orang, kasian. Lagipula dia masih adek kelas, kalau sampai tersebar kasian. Gue nggak samain lo sama dia Serena, maksunya alasan gue nolak itu sama. Gue lagi nggak dalam masa pengen berhubungan, lagipula banyak yang lebih dari gue." jawab Alan.
Alan merasa setelah putus beberapa waktu yang lalu dia memang tidak dalam mode pengen pacaran. Mantannya itu ya pacar pertamanya dulu, ya siapa yang nggak patah hati kala putus. Tapi untuk move on memang tak sesulit itu. Alan mudah bahkan sekarang pun dia nggak pernah teringat mantannya itu walau dulu putus atas keputusan bersama. Mereka bahkan masih save nomor masing masing, followan tapi tak pernah chat saja.
"Kok pas gue gitu?" tanya Serena tak terima. Anjirlah Alan malah mikirin itu adek kelas daripada dirinya.
"Kan waktu itu nggak ada orang? karena waktu itu gue nggak bisa mikir. Pikiran pertama ya tolak jadi gitu. Maaf kalau itu nyakitin hati lo Serena." ucapan tulus itu malah buat Serena hampir menggila.
"Ohh jelas, kalau sampai lo terima itu adek kelas. Lihat aja, gue bikin dia yang putusin lo juga."
"Yang bikin lo suka sama gue itu sebenernya apa?"tanya Alan.
"Ntar gue jawab pas sampai tempatnya."
"Gue tunggu gerbang." pamit Serena. Ia melihat Serena berlari kecil menuju mobil putih yang terlihat dikursi kemudi ada 1 laki laki muda. Alan langsung berjalan menyusuri lorong dan menuju tempat parkir motornya. Memakai helm dan langsung keluar menuju gerbang yang sudah ditunggu oleh Serena. Ia memilih burjo karena jaraknya dekat dan tentu terjangkau.
"Lah, Alannn anjir Hadden." ucap Serena panik karena sepenglihatannya belum ada mobil disekitarnya kok Hadden udah bergerak.
"Lihat dulu, itu siapa kalau bukan Alan kak." tunjuk Hadden ke Alan yang membuat Serena total membulatkan matanya kaget. Alan naik motor sekolah? dan dia baru tau?
![](https://img.wattpad.com/cover/369404338-288-k261301.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Rythm ✔
Teen Fiction[COMPLETED] [IRAMA'S SERIES 2] Sense Of Rythm adalah sebuah rasa dari sebuah irama. Tak seperti sebelumnya, cinta yang baru saja timbul tanpa alasan. Saling mencari dan berusaha mendapatkan. Hingga menemukan sebuah 'rasa' dalam irama. Rumit, menyeba...